************************************************************************************************************************
Saudaraku, kalau artikel dalam blog ini bermanfaat informasikanlah kepada muslim yang lain
(Setiap kata yang mencerahkan orang lain, Insya Allah, anda akan mendapat ganjaran pahala)
============================================================================

Sabtu, 31 Mei 2008

SI TUKANG KAYU

Seorang tukang kayu tua bermaksud pensiun dari pekerjaannya di sebuah perusahaan konstruksi real estate. Ia menyampaikan keinginannya tersebut pada pemilik perusahaan. Tentu saja, karena tak bekerja, ia akan kehilangan penghasilan bulanannya, tetapi keputusan itu sudah bulat. Ia merasa lelah. Ia ingin beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian bersama istri dan keluarganya.

Pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan salah seorang pekerja terbaiknya. Ia lalu memohon pada tukang kayu tersebut untuk membuatkan sebuah rumah untuk dirinya.

Tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan pribadi pemilik perusahaan itu. Tapi, sebenarnya ia merasa terpaksa. Ia ingin segera berhenti. Hatinya tidak sepenuhnya dicurahkan. Dengan ogah-ogahan ia mengerjakan proyek itu. Ia cuma menggunakan
bahan-bahan sekedarnya.

Akhirnya selesailah rumah yang diminta. Hasilnya bukanlah sebuah rumah baik. Sungguh sayang ia harus mengakhiri kariernya dengan prestasi yang tidak begitu mengagumkan.

Ketika pemilik perusahaan itu datang melihat rumah yang dimintanya, ia menyerahkan sebuah kunci rumah pada si tukang kayu. "Ini adalah rumahmu," katanya, "hadiah dari kami."

Betapa terkejutnya si tukang kayu. Betapa malu dan menyesalnya. Seandainya saja ia mengetahui bahwa ia sesungguhnya mengerjakan rumah untuk dirinya sendiri, ia tentu akan mengerjakannya dengan cara yang lain sama sekali. Kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang tak terlalu bagus hasil karyanya sendiri.

Itulah yang terjadi pada kehidupan kita. Kadangkala, banyak dari kita yang membangun kehidupan dengan cara yang membingungkan. Lebih memilih berusaha ala kadarnya ketimbang mengupayakan yang baik. Bahkan, pada bagian-bagian terpenting dalam hidup kita tidak memberikan yang terbaik. Pada akhir perjalanan kita terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan dan menemukan diri kita hidup di dalam sebuah rumah yang kita ciptakan sendiri.

Seandainya kita menyadarinya sejak semula kita akan menjalani hidup ini dengan cara yang jauh berbeda.

Renungkan bahwa kita adalah si tukang kayu. Renungkan rumah yang sedang kita bangun. Setiap hari kita memukul paku, memasang papan, mendirikan dinding dan atap. Mari kita selesaikan rumah kita dengan sebaik-baiknya seolah-olah hanya mengerjakannya sekali saja dalam seumur hidup. Biarpun kita hanya hidup satu hari, maka dalam satu hari itu kita pantas untuk hidup penuh keagungan dan kejayaan.

Apa yang bisa diterangkan lebih jelas lagi.
Hidup kita esok adalah akibat sikap dan pilihan yang kita perbuat hari ini. Hari perhitungan adalah milik Tuhan, bukan kita, karenanya pastikan kita pun akan masuk dalam barisan kemenangan.

"Hidup adalah proyek yang kau kerjakan sendiri".

Bagikanlah renungan ini kepada sahabat dan teman-teman anda, niscaya kebajikan dan hikmat akan kembali jua kepada kebaikan yang Anda bagikan.


Sumber : Internet

pemecah batu

29 Mar 2005

Apakah kamu pernah menyaksikan seorang pemecah batu yang sedang memecahkan batu yang besar?

Dia memukul batu itu dengan palu godamnya sehingga seratus kali tanpa terlihat tanda akan pecahnya batu tersebut, Akhirnya batu itu terpecah.

Pecahnya batu itu bukan disebabkan pukulan terakhir tetapi oleh keseluruhan seratus pukulan sebelumya.

Mungkin ramainya orang yang dalam usahanya gagal di tengah jalan, dan alangkah ramainya pula orang yang berputus asa dalam waktu yang tidak lama lagi.

Jika mereka tabah dan meneruskan sehingga pukulan terakhir setelah yang seratus pukulan, pasti mereka akan berjaya lebih dari itu.
Azy…

Oleh,azy
Sumber : Internet

Sujud dan bersujudlah karena ...

From: darwin malang [darwin.malang@bni.co.id]
Sent: Monday, March 12, 2007 2:34 PM
Subject: Sujud dan bersujudlah karena ...

Sahabat, beban kehidupan ini sungguh berat, dan lebih berat lagi untuk menjaga tetap berada dalam norma-norma kehidupan yang baik. Disinilah manusia perlu sandaran, dan sandaran yang paling kokoh adalah yang menyebabkan kita berada di dunia ini. Allah Swt. Marilah kita mencoba mengurangi beban-beban tersebut dengan banyak bersujud dan beristighfar kepada-Nya.

Sahabat, mari kita bersujud kepada-Nya karena dengan bersujud tersebut kita meletakkan posisi kita pada posisi yang terendah dihadapan Yang Maha Agung, dengan demikian sandaran dan pengangan kita kepada-Nya semakin kokoh. Dengan ini kelak Allah akan mengangkat kita kederajat yang lebih tinggi, sebagaimana riwayat berikut :

“Ma’dan bin Abi Thalha pernah bertemu dengan Tsauban, Ma’dan berkata kepada Tsauban “bertahu aku amal yang dapat membawa aku ke surga”. Tsauban terdiam, Ma’dan kembali berkata dengan dengan perkataan yang sama. Tsauban masih tetap diam, Ma’dan berkata ketiga kalinya dengan perkataan semula. Kemudian Tsauban menjawab “Saya pernah bertanya kepada Rasulullah tentang hal itu kemudian beliau menjawab: ‘Perbanyaklah sujud, karena setiap kali kamu bersujud kepada Allah, maka Allah mengangkat satu derajat untukmu, dan dengan sujud tersebut dihapus satu dosamu’” (HR. Muslim). Hadis Shahih.

Dan ..

Ubadah bin As-Shamit pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda “Setiap orang yang bersujud satu kali kepada Allah, maka ditulis untuknya satu kebaikan, dihapus satu kesalahan, dan diangkat satu derajat. Oleh sebab itu, perbanyaklah sujud”. (HR. Ibnu Majah) Hadis Shahih

Sahabat,

Teruslah bersujud meskipun merasa tidak khusus karena akan tiba saatnya kekhusukan itu
Teruslah bersujud meskipun belum ikhlas karena akan tiba saatnya keikhlasan itu
Teruslah bersujud meskipun terasa berat karena akan tiba saatnya kenikmatan
Teruslah bersujud dan istiqomalah karena derajatmu ada disitu

Sahabat, dan teruslah beristighfar karena Allah sangat merindukan ummatNya untuk beristighfar, sangat merindukan ummatNya menjadi makhluk yang mulia, sangat menginginkan ummatNya menempu jalan kebenaran. Dia mengetahui bahwa makhlukNya banyak bergelimang dosa, tegoklah riwayat ini :

”Abu Hurairah meriwayatkan Rasulullah Saw bersabda: “Demi Zat yang hidupku berada dalam genggamannya, seandainya kalian tidak ada yang mau berbuat dosa, Allah pasti mengganti kalian dengan suatu generasi yang mau berbuat dosa, kemudian mereka memohon ampunan kepada-Nya dan Allah pasti mengampuni mereka”. (HR. Muslim). Hadis Shahih.

Sahabat, sebesar apapun kesalahan yang diperbuat, ampunan Allah lebih besar lagi, sekeji apapun perbuatan yang dilakukan, kasih Allah lebih luas lagi, simaklah riwayat berikut :

”Bilal bin Yasar bin Zaid meriwayatkan, Zaid pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda: “Allah pasti mengampuni dosa, meskipun dosa lari dari perang bagi orang yang membaca : “Astaghfirullah hal Adziim . Allaadsii laa Ilaa ha Ilaa Hu wal Khoyyul Qoyyumuu Wa atuubu Ilaihi” (HR. Abu Dawud). Hadis Shahih

Sahabat, teruslah beristighfar karena banyak dosa-dosa yang setiap hari kita produksi tetapi tidak merasakannya.

Bukankah ketidakadilan pemerintah dalam menjalankan pemerintahan terjadi karena ada peran kita didalamnya

Bukankah koruptor yang merajalela didalam masyarakat tetap terjadi karena ada peran kita didalamnya

Bukankah kemaksiatan yang disiarkan melalui media elektronik tetap berjaya karena ada peran kita didalamnya

Bukankah majalah playboy Indonesia tetap beredar karena ada peran kita didalamnya

Ketidak pedulian dan ketidakterlibatan setidaknya itulah yang menyebabkan semua itu tetap berjalan

Sahabat, tersulah beristighfar, karena Allah selalu menerima ampunan ummatNya sebelum sakaratul maut menjemput.

Beruntunglah kalau

Energi positif selalu ditingkatkan dengan banyak bersujud, sementara
Energi negatif selalu dihilangkan dengan banyak beristighfar, akan menumbuhkan kekuatan yang dahsyat dalam menghadapi kehidupan yang berat ini.

Astaghfirullah hal Adziim
Semoga bermanfaat

Jumat, 30 Mei 2008

asmaul Husna

From: darwin malang [darwin.malang@bni.co.id]
Sent: Friday, November 24, 2006 2:16 PM
Subject: asmaul Husna

Sahabat, Group receiver dari pada email ini saya namakan “Asmaul Husna”. Tentunya kita tidak sependapat dengan Shakespeare yang mengatakan, apalah arti sebuah nama. Nama adalah sejuta doa dan harapan. Oleh karena itu, terkandung makna pemberian nama group ini adalah mengharapkan tetesan sifat-sifat ilahiyah mengalir bersama setiap email yang terkirim dan menyelinap kedalam setiap kalbu para penerimanya. Insya Allah.

Sahabat, papulasi dari kelompok penerima email ini sangat beragam; ada technolog, ada programmer, ada ahli hukum, ada ahli akuntansi, ada bankers, ada pengarang, ada photographer, ada yang fakih dalam agama, ada tinggal di luar negeri, ada asisten, ada juga komisaris, ada yang muda, ada juga yang telah pensiun, ada yang beratnya 40 an kg, ada juga bobotnya mendekati 100 kg. Banyak lagi kali yang lain, yang jelas arah tujuannya sama, yaitu : Allah.

Sahabat, kalau email yang datang dengan beberapa catatan yang disadur sana sini bersamanya, tidak berarti bahwa saya lebih tahu, dan yang lain tidak tahu, tidak juga bermaksud untuk menggurui, tidak juga merasa lebih alim. Tidak. Lalu mengapa masih juga tetap menyebarkan email kepada sesama ikhwan. Ada beberapa motivasi yang membuat ini terjadi :

Pesan ini datang dari hati
Sarana menunaikan kewajiban sebagi sesama muslim
Menanam kebaikan untuk bekal ke akhirat
Sarana pembelajaran/perbaikan untuk diri sendiri
Menghadirkan Allah


Sahabat, Saya sadar bahwa coretan yang saya emailkan secara redaksional kurang bermutu, namun ada keyakinan bahwa apabila disampaikan dengan niat yang ikhlas akan lebih mudah diterima oleh hati-hati yang lain. Apalah artinya mutu kalau tidak dapat menusuk kedalam dinding hati. Tidak selamanya hati mengeras.

Sahabat, Saling mengingatkan bagian dari kewajiban kita. Mungkin dapat dilihat hal ini pada Firman Allah, surah Al’Asr :

[103.1] Demi masa.
[103.2] Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,
[103.3] kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.

Sahabat, melaksanakan kewajiban tentu mendapat ganjaran yang baik dari Allah, akan tetapi tidak sampai disini saja, sebab dengan menebarkan kebaikan laksana menyebar jaring laba-laba, atau menciptakan multi level kebaikan dan kedamaian, sebagimana disebutkan dalam salah satu Hadis Rasulullah.

"Whoever guides [another] to a good deed will get a reward similar to the one who performs it." [HR Muslim ]

Sahabat, sesungguhnya saya berterima kasih karena masih ada orang yang dapat dikiri email, dengan demikian selalu ada kesempatan untuk menambah wawasan dan pengetahuan dan mengharap agar mileu seperti ini mendorong untuk perbaikan diri sendiri, kata orang bijak apabila ingin pintar maka bergaul dengan orang-orang berilmu, apabila ingin menjadi orang baik maka bergaullah dengan para orang alim. Apabila ingin menerima input yang baik maka tebarkanlah kebaikan itu kepada yang lain.

Sahabat, tulisan ini tidak layat naik cetak, sehingga lebih baik lewat email karena tidak ada sensor akan menghalanginya. Oleh karena itu membacanya diletakkan pada prioritas belakang, atau boleh di delete sebelum dibaca isinya. Tidak apa. Paling tidak dengan membaca subject dan pengirimnya sejenak membawa ingatan pembaca kepada Allah. Itu sudah cukup.

Dan ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenang” (Ar Ra’d : 28)

Semoga bermanfaat
Wassalam.

Kembalikan Keranjang Itu

Suatu saat ada sepasang suami istri yang hidup serumah dengan ayah sang suami. Orang tua ini sangat rewel, cepat tersinggung, dan tak pernah berhenti mengeluh. Akhirnya suami istri itu memutuskan untuk mengenyahkannya.

Sang suami memasukkan ayahnya ke dalam keranjang yang dipanggul di bahunya. Ketika ia akan meninggalkan rumah, anak lelakinya yang baru berusia sepuluh tahun muncul dan bertanya, "Ayah, kakek hendak dibawa kemana?"

Sang ayah menjawab bahwa ia bermaksud membawa kakek ke gunung agar ia bisa belajar hidup sendiri. Anak itu terdiam. Tapi pada waktu ayahnya sudah berlalu, ia berteriak, "Ayah, jangan lupa membawa pulang keranjangnya."

Ayahnya merasa aneh, sehingga ia berhenti dan bertanya mengapa. Anak itu menjawab, "Aku memerlukannya untuk membawa ayah nanti kalau ayah sudah tua."

Sang ayah segera membawa kembali sang kakek. Sejak saat itu mereka memperhatikan kakek itu dengan penuh perhatian dan memenuhi semua kebutuhannya.

”Hukuman” yang kita berikan pada orang lain, mungkin akan berbalik pada diri kita sendiri.
Sumber : Internet

Selalu ada maaf bagimu

From: darwin malang [darwin.malang@bni.co.id]
Sent: Tuesday, November 28, 2006 4:18 PM
Subject: Selalu ada maaf bagimu

Sahabat, Ibnu Abbas Ra. Berkata bahwa ada seorang wanita berkulit hitam yang berpenyakit epilepsi dan sering tidak sadarkan diri. Suatu ketika ia datang kehadapan Rasulullah Saw, lalu berkata : “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya sering tidak sadarkan diri, maka doakanlah kepada Allah agar Dia menyembuhkan penyakitku.

Rasulullah Saw menjawab ‘Jika engkau suka, aku akan berdoa kepada Allah untuk kesembuhanmu, maka Dia akan menyembuhkanmu. Dan jika engkau suka untuk bersabar dan berharap pahala, maka bagimu surga’.

Wanitu itu berkata: kalau begitu, aku lebih suka bersabar dan berharap pahala dari-Nya. Akan tetapi doakanlah kepada Allah agar auratku tidak terbuka bila penyakitku kambuh.’ Rasulullah Saw pun berdoa untuknya agar auratnya tidak terbuka saat tak sadarkan diri. Ternyata dia lebih memilih bersabar terhadap cobaan itu karena besarnya pahala baginya disisi Allah (HR Bukhari No.5524 dan Muslim No.6523).

Sahabat, suatu hal yang perlu digarisbawahi dari peristiwa ini adalah keyakinan yang bulat dari wanita tersebut dan tentunya sahabat-sahabat yang lain, akan kata-kata Rasulullah Saw, apalagi terhadap firman Allah. Kata kunci yang menjadi fondasi adalah keyakinan terhadap firman Allah dan sabda Rasulallah Saw. Apabila kedua hal ini mengakar dalam diri, maka segala kejadian apapun bentuknya akan menjadi berkah bagi dirinya.

Sahabat, setiap hari kita menghadapi ujian. Setiap orang menghadapi ujian yang berbeda-beda, sesuai dengan kondisi dan posisinya, yang jelas ujian tidak diluar jangkauan kita, Ia ada bersama kita dan bukan di awang-awang. Allah berfirman ” Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”. (Al-Baqarah; 286). Dengan demikian apabila seseorang tidak lulus ujian, bukan karena tidak sanggup tetapi karena belum maksimal untuk mengeksploitir potensi yang dimilikinya.

Sahabat, ada suatu riwayat menyebutkan bahwa para penghuni surga ada yang menyesal saat mengenang kembali kehidupannya di dunia. Dia berharap seandainya pada saat di dunia dahulu lebih banyak lagi mendapat cobaan dan musibah, bahkan kalau seluruh hidup yang dijalani didunia mendapat musibah terus-tenerus. Hal tersebut diucapkan karena dia telah menikmati pahala-pahala yang diperolehnya sebagai kompensasi atas musibah yang menimpanya di dunia dan sabar menjalaninya.

Sahabat, barangkali hal-hal seperti inilah yang menyebabkan orang-orang alim terutama pada saman pendahulu, yang sama sekali tidak risau kalau mendapat cobaan dan musibah. Banyak diantara mereka yang diasingkan, dipenjara, difitnah dan cobaan lain-lain, semuanya diterima dengan ikhlas. Mereka yakin setiap musibah dan cercaan adalah menjadi jalan untuk lebih dekat kepada Allah. Terhadap orang-orang yang menfitnah dan mencelai dirinya, tidak ada dendam, yang muncul adalah maaf yang tidak bertepi. Bukankah dengan demikian ia akan memperoleh 2 kali lipat pahala yaitu pahala karena musibah/cobaan dan pahala karena memaafkan sesama. Mereka cinta mengamalkan perintah Allah : Memaafkan sesama Manusia.

[3.133] Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,

[3.134] (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Hendaknya kita mengarah kesana jua. Amin.

Wassalam

CERITA DARI GUNUNG

Seorang bocah mengisi waktu luang dengan kegiatan mendaki gunung bersama ayahnya. Entah mengapa, tiba-tiba si bocah tersandung akar pohon dan jatuh. "Aduhh!" jeritannya memecah.

keheningan suasana pegunungan. Si bocah amat terkejut, ketika ia mendengar suara di kejauhan menirukan teriakannya persis sama, "Aduhh!". Dasar anak-anak, ia berteriak lagi, "Hei! Siapa kau?" Jawaban yang terdengar, "Hei! Siapa kau?" Lantaran kesal mengetahui suaranya selalu ditirukan, si anak berseru, "Pengecut kamu!" Lagi-lagi ia terkejut ketika suara dari sana membalasnya dengan umpatan serupa. Ia bertanya kepada sang ayah, "Apa yang terjadi?" Dengan penuh kearifan sang ayah tersenyum, "Anakku, coba perhatikan." Lelaki itu berkata keras, "Saya kagum padamu!" Suara di kejauhan menjawab, Saya kagum padamu!" Sekali lagi sang ayah berteriak "Kamu sang juara!" Suara itu menjawab, "Kamu sang juara!" Sang bocah sangat keheranan, meski demikian ia tetap belum mengerti. Lalu sang ayah menjelaskan, "Suara itu adalah gema, tapi sesungguhnya itulah kehidupan."

Kehidupan memberi umpan balik atas semua ucapan dan tindakanmu. Dengan kata lain, kehidupan kita adalah sebuah pantulan atau bayangan atas tindakan kita. Bila kamu ingin mendapatkan lebih banyak cinta di dunia ini, ya ciptakan cinta di dalam hatimu.Bila kamu menginginkan tim kerjamu punya kemampuan tinggi, ya tingkatkan kemampuan itu. Hidup akan memberikan kembali segala sesuatu yang telah kau berikan kepadanya. Ingat, hidup bukan sebuah kebetulan tapi sebuah bayangan dirimu.

Kamis, 29 Mei 2008

Melalui Seorang Juru Masak , Profesor Austria Temukan Islam

Ia dibesarkan dengan cara Kristen konservatif. Kedua orangtuanya penganut Kristen Protestan taat. Namun ia mengenal Islam melalui seorang juru masa restoran

Hidayatullah.com--Lahir di Austria, namun dibesarkan di Jerman. Keluarganya adalah penganut Kristen Protestan yang taat. Namun beranjak dewasa mulai ragu dengan dogma-dogma dalam ajaran agamanya yang dianggap tidak rasional. Pencarian kebenaran pun dimulai. Pada usia 16 tahun kembali ke Austria dan meneruskan studi lanjutnya di Salzburg University hingga meraih gelar doktor ilmu Biologi. Selanjutnya diterima sebagai dosen dan peneliti di almamaternya. Hingga, dalam sebuah perjalanan ke Mesir, ia menemukan hidayah melalui perantaraan seorang juru masak hotel yang kemudian jadi suaminya. Itulah dia Prof. Dr. Aminah Islam (54), Guru Besar Ilmu Biologi pada Universitas Salzburg yang memeluk Islam Ramadhan 2004 silam. Wanita yang malu difoto karena belum berjilbab itu menceritakan kisah perjalanan spiritualnya di situs Islam terkemuka www.readingislam.com.
**

“Saya lahir di Linz, Austria tahun 1953. Namun menghabiskan masa kecil di Muenchen, Jerman hingga akhirnya pindah ke Salzburg, Austria kala berusia 16 tahun,” ujar Prof. Aminah di awal tulisannya. Dikatakannya, ia dibesarkan dengan cara Kristen konservatif. Kedua orangtuanya penganut Kristen Protestan yang taat. Keluarganya juga mengajarkan pendidikan etika dan moral.
Semasa remaja Aminah tidak mengikuti aktifitas di gereja Protestan. Alhasil, orangtuanya lalu memintanya untuk aktif di gereja Evangelis dan segera menjadi anggota aktif serta menjadi ketua salah satu kelompok pelajar. Ia belajar Bibel dan yakin dengan dogma bahwa Yesus adalah anak Tuhan. Demikian juga ia yakini Yesus mati disalib guna menebus dosa-dosa pengikutnya.
Pada mulanya ia jalani semua itu tanpa ada penolakan. Namun beberapa tahun kemudian, masih di komunitas yang sama, hati kecilnya mulai menolak hingga keluar dari perkumpulan itu karena bertentangan dengan rasionalnya. Secara berulangkali ia mengatakan bahwa Tuhan masih misterius baginya. Kala itu ia mulai ragu Yesus sebagai Tuhan. Sejak itula ia mulai mencari kebenaran hidup.
Aminah menyelesaikan sekolah menengahnya di kota Salzburg. Selanjutnya, di kota kelahiran komponis kenamaan Mozart itu ia meneruskan pendidikan tinggi di Universitas Salzburg dan mengambil jurusan Biologi. Belajar sembari bekerja sampingan (part time) di universitas tempatnya belajar pun dilakoni.
Setelah menyelesaikan program doktor, Aminah kemudian menikah dan prosesinya berlangsung di gereja. Dari permenikahan itu ia memiliki dua orang anak. Namun kebahagiaannya tak berlangsung lama. Karena alasan tak ada keharmonisan kemudian cerai. Sejak saat itu ia sudah mulai meninggalkan gereja.

Diterima menjadi dosen
Aminah mencoba melamar kerja karena ia sendirian mengasuh anak-anak. “Alhamdulillah saya dapat pekerjaan bagus di Universitas Salzburg sebagai staf pengajar dan peneliti di bidang Biologi,” ujarnya mengenang.
Kemudian ia memutuskan menikah untuk kedua kalinya. Ketika itu ia juga masih dalam proses mencari kebenaran. Namun pernikahan kedua itu juga bak bencana dan akhirnya cerai lagi.
Mirip dengan kasus pertama.
“Waktu itu suami yang kedua itu mengambil keuntungan dari pekerjaan saya sebagai dosen. Sementara ia hanya santai saja tanpa ada upaya untuk mencari dukungan financial lainnya. Sakitnya lagi, ia bahkan tidak peduli terhadap anak-anak,” tukasnya lagi. Syukurnya saat cerai yang kedua itu Aminah sudah meraih posisi sebagai profesor dan memegang tanggungjawab penuh pekerjaan di kampus.
“Namun saya merasa belum mendapatkan kebahagiaan dalam hidup. Pekerjaan pun dobel dan bahkan melebihi kapasitas. Ya mengajar, mengasuh anak-anak, mengurus rumah. Hingga saya kelelahan fisik dan psikis sampai akhirnya mengalami depresi berkepanjangan. Namun saya masih bisa bertahan, itu karena anak-anak,” akunya.
Selepas perceraian kedua, Aminah mengaku hidup bersama tanpa nikah dengan seorang pria yang usianya lebih muda 9 tahun dengannya. Hidup bersama tanpa nikah adalah hal lazim di dunia Barat.
“Hanya sebentar, kemudian saya ditinggalkan lagi. Sejak itu saya mulai lagi mengatur hidup sebagai wanita single, tanpa berharap akan ada pria lagi yang datang. Saya pikir untuk apa lagi. Saya sudah punya kerja, anak-anak sudah besar, punya apartemen nyaman, mobil, bisa menyalurkan hobi seperti mendaki gunung, main ski. Sudah bisa berdiri sendiri di atas kedua kaki. Saya sudah tidak punya kerinduan asmara lagi,” imbuhnya lagi. Namun ia mengaku masih belum puas untuk terus mencari kebenaran dalam hidup.

Berkenalan dengan Islam
“Pengetahuan tentang Islam sangatlah minim. Masa itu yang saya tahu –melalui media- Islam agama yang tidak simpatik,” ujarnya. Kala itu ia mengaku tidak pernah mendapatkan kontak dengan Islam secara langsung dan juga tidak ingin bersentuhan dengan orang-orang dari agama yang waktu itu disebutnya sebagai agama suka perang.
Sampai akhirnya situasi berubah secara tak terduga. Ceritanya, September 2002 ia bersama koleganya berencana menghabiskan liburan selama sepekan.
“Kami booking penerbangan pas detik-detik akhir. Syukurlah akhirnya dapat tawaran murah ke Mesir. Saya memang lagi ingin rilek, mengatur irama hidup kembali selepas lelah bekerja, dan berharap menemukan kebenaran yang kucari. Jujur saja, tidak ada lagi keinginan untuk menemukan pria idaman sebagai suami,” ujarnya seraya melanjutkan kisahnya.
“Kala itu, persis di sore pertama kami di hotel saya pergi ke restoran untuk makan malam. Eh entah bagaimana saya bertemu pandang dengan seorang pria yang terakhir saya ketahui bernama Walid. Ia juru masak di hotel itu. Kala mata kami bertemu, hati saya bergetar aneh. Ah saya jatuh cinta lagi!. Walid menceritakan, selepas menjadi suami saya, bahwa ia juga mengalami hal yang sama pada pandangan pertama itu,” kisah Aminah lagi.
Setelah kejadian itu hampir dua hari mereka tidak bertemu sampai kemudian Walid menulis sepucuk surat. Isi surat pertamanya itu Walid langsung mengajak Aminah untuk nikah.
“Liburan tinggal beberapa hari lagi dan saya merasakan hati seperti berat meninggalkan tempat itu. Akhirnya saya kembali ke Austria tanpa ada nomor kontak Walid yang dapat dihubungi. Namun dengan segera aku berpikir realistis bahwa ada pembatas yang sangat dalam diantara kami (umur, budaya, agama, pendidikan dan bahasa),” kilahnya. Namun hati tidak bisa ditipu. Akhirnya ia kembali ke Mesir dua bulan kemudian untuk mendapatkan cintanya lagi. Hanya saja masalah terbesar kala itu adalah sulitnya komunikasi karena faktor bahasa.
“Nampaknya Allah memang mengatur semua ini. Allah seakan mulai memperlihatkan jalan dalam hidupku. Beberapa hari selepas kembali ke Austria dari Mesir, seorang wanita datang dari Mesir dan bekerja sebagai peneliti tamu di institut kami selama satu tahun. Dua minggu kemudian saya pun mulai ikut kursus bahasa Arab di kampus yang ditawarkan oleh seorang profesor dari Mesir. Mereka juga mengajarkan banyak hal tentang Islam dan budayanya. Bahasa Arab adalah sebagai upaya untuk mempermudah komunikasi dengan Walid,” tuturnya mengenang. Karena tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang Islam, ia membeli banyak buku dan sebuah terjemahan Al-Quran dalam bahasa Jerman.

Menikah diam-diam
Pada kunjungan kedua kalinya ke Mesir Aminah berkunjung ke keluarga Walid. Ia mengaku terkesan dengan Walid yang sangat ulet dan berasal dari sebuah keluarga besar yang bermata pencaharian sebagai petani. Keluarganya memegang teguh ajaran Islam.
“Saya diajak bertemu keluarga besarnya itu. Sore pertama di sana, akhirnya kami sepakat untuk menikah secara Islam. Hanya melalui bantuan penghulu setempat di desa itu. Kesannya kami menikah secara diam-diam. Semata-mata untuk menghindari kemaksiatan. Walid sangat komit dengan ajaran agamanya, bahwa laki-laki dan perempuan yang belum ada ikatan pernikahan haram melakukan hubungan yang dilarang agama.”
Setelah perjalanan kali kedua itu, Aminah sempat ke Mesir beberapa kali hingga akhirnya kami bisa menikah secara resmi di Kairo.
“Saya sungguh sangat bahagia waktu itu. kami pun segera mengurus visa Walid untuk memperoleh ijin berkunjung ke luar negeri. Akhirnya Walid bisa ke Austria persis setahun selepas pertemuan pertama kami di hotel,” kenangnya.
Aminah secara perlahan mulai belajar banyak hal tentang Islam, baik melalui buku-buku maupun dengan bantuan rekan-rekan muslim di Austria. Ada hal menarik, yakni tanpa disangka ia diminta oleh Cairo University untuk menjadi penguji tesis salah seorang mahasiswa di sana. Nah dari beberapa kali kunjungan akademik itulah ia akrab dengan salah satu Muslimah Mesir yang kemudian jadi tempatnya bertanya hal Islam. Ia mengaku kagum dengan kebanyakan muslim termasuk kaum mudanya yang terbuka dan sangat respek jika bicara tentang Allah dan Islam.
Segera selepas kedatangan suaminya ke Austria, merekapun mengadakan kontak dengan mesjid yang ada di kota Salzburg. Ia menerima hadiah beberapa buku. Salah satu yang sangat berkesan adalah buku “Bible, Al-Quran dan Ilmu Pengetahuan Alam” karangan Maurice Bucaille, ilmuwan Perancis. Buku itu sangat sesuai dengan aktivitas yang ia tekuni saat ini. Ia baru tahu, semua pernyataan ilmiah yang ada dalam Quran ternyata sangat sesuai dengan hasil-hasil penelitian terkini. Matanya makin terbuka.
“Al-Quran ternyata tidak hanya menjelaskan tentang Tuhan dan dunia, tapi juga semua pernyataan di dalamnya, semisal ilmu-ilmu alam, tidak kontradiksi dengan kenyataan,” ujarnya. Bagi Prof Aminah yang seorang saintis ilmu alam, tentu saja penjelasan
Al-Quran makin membuatnya mantap untuk mempelajari Islam. “Semakin jelas, Islam bukanlah agama baru, tapi justru agama yang menyempurnakan agama-agama sebelumnya, misal Yahudi dan Nasrani. Nabi Muhammad sebagai nabi terakhir, yang oleh agama lain tidak diakui, adalah pembawa risalah, pembawa kebenaran yang berasal dari Allah. Tak ada yang disangsikan, Al-Quran adalah perkataan Allah dan Muhammad utusannya! Jika ini merupakan kebenaran dan saya yakin atas itu, maka saya harus menerima dan menjalankan semua isi Al-Quran,” tegasnya.

Mengucap dua kalimah syahadah
Persis memasuki Ramadhan 2004, Walid menanyakan dengan bijak akankah Aminah melakukan langkah terakhir dalam pencariannya (memeluk Islam).
“Tak ada keraguan sama sekali. Saya bahkan menginginkan agar prosesi itu dilaksanakan di rumah kami dengan mengundang beberapa saudara terdekat, Muslim dan Muslimah. Alhamdulillah, Ramadhan tahun 2004 saya mengukir sejarah hidup, bersyahadah disaksikan suami, anak-anak dan beberapa rekan-rekan kami. Sungguh, saya sangat bahagia. Bahagia sekali bisa menjadi bagian dari umat Islam,” kenangnya.
Mulai saat itu Prof. Fatimah berupaya untuk meningkatkan keyakinan dan ketaqwaannya kepada Allah, demikian juga pengetahuannya tentang Islam. Dan, berusaha sebaik mungkin melaksanakan ajarannya. Shalat misalnya, ternyata jauh-jauh hari ia telah belajar bagaimana menunaikan salah satu tiang agama Islam itu. Juga ia mulai berpuasa di bulan Ramadhan.
Di akhir penuturannya, ia mengakui masih ada dua masalah yang tersisa. Pertama, ia masih ragu memberitahukan hal keislamannya itu kepada kedua orangtuanya.
“Meskipun mereka telah tahu pendapat saya tentang Islam, tapi saya belum bisa beritahu bahwa saya sudah masuk Islam. Mereka sudah sangat tua dan sering sakit-sakitan. Takutnya, jika mereka terkejut bisa berbahaya bagi kesehatan. Tapi ini hanya masalah waktu saja,” ungkapnya.
“Satu lagi masalah yang masih mengganjal, saya belum bisa mengenakan jilbab di tempat kerja. Memang Austria tidak ada masalah dengan Islam yang telah jadi agama negara. Namun masalahnya, masyarakat atau lingkungan di universitas saya bekerja masih tabu dengan itu.”
Profesor Fatimah mengaku, kendati begitu ia tetap berjuang untuk jilbabnya itu. Buktinya, dalam setiap kesempatan ia gunakan untuk bicara dan menjelaskan tentang Islam.
“Alhamdulillah, Allah akhirnya menolong saya menemukan jalan kebenaran yang telah lama saya cari. Karena itu saya berusaha untuk menjadi muslimah yang baik. Di lingkungan kerja, saya mencoba mempraktekkan ajaran Islam yang saya ketahui dengan memberikan contoh-contoh yang bagus,” tukasnya mengakhiri penuturannya kepada Readingislam. Selamat, semoga hidayah Allah kekal bersamamu saudaraku Fatimah! [zulkarnain jalil (Aceh)
/www.hidayatullah.com]

KISAH PENCURI KUE

Kiriman: widuri@excelcom.co.id

Seorang wanita sedang menunggu di bandara suatu malam. Masih ada beberapa jam sebelum jadwal terbangnya tiba. Untuk membuang waktu, ia membeli buku dan sekantong kue di toko bandara lalu menemukan tempat untuk duduk. Sambil duduk wanita tersebut membaca buku yang baru saja dibelinya.

Dalam keasyikannya tersebut ia melihat lelaki di sebelahnya dengan begitu berani mengambil satu atau dua dari kue yang berada di antara mereka. Wanita tersebut mencoba mengabaikan agar tidak terjadi keributan. Ia membaca, mengunyah kue dan melihat jam. Sementara si pencuri kue yang kurang ajar itu menghabiskan persediaannya. Ia semakin kesal sementara menit-menit berlalu. Wanita itu sempat berpikir, "Jika aku bukan orang baik, sudah kutonjok dia!" Setiap ia mengambil satu kue, si lelaki juga mengambil satu.

Ketika hanya satu kue tersisa, ia bertanya-tanya apa yang akan dilakukan lelaki itu. Dengan senyum tawa di wajahnya dan tawa gugup, si lelaki mengambil kue terakhir dan membaginya dua. Si lelaki menawarkan separo miliknya, sementara ia makan yang separonya lagi. Si wanita pun merebut kue itu dan berpikir, "Ya ampun orang ini berani sekali. Ia juga kasar, malah ia tidak kelihatan berterima kasih." Belum pernah rasanya ia begitu kesal.

Ia menghela napas lega saat penerbangannya diumumkan. Ia mengumpulkan barang miliknya dan menuju pintu gerbang tanpa menoleh pada si "Pencuri tak tahu terima kasih".

Ia naik pesawat dan duduk di kursinya, lalu mencari bukunya, yang hampir selesai dibacanya. Saat ia merogoh tasnya, ia menahan napas dengan kaget. Di situ ada kantong kuenya, di depan matanya. "Koq milikku ada di sini," erangnya dengan patah hati. Jadi kue yang ia makan di bandara bukanlah miliknya, tetapi milik lelaki yang bersedia berbagi. Terlambat untuk minta maaf, ia tersandar sedih. Bahwa sesungguhnya dialah yang kasar, tak tahu terima kasih dan dialah pencuri kue itu.

Dalam hidup ini kisah pencuri kue seperti tadi sering terjadi. Kita sering berprasangka dan melihat orang lain dengan kacamata kita sendiri. Serta tak jarang kita berprasangka buruk. Orang lainlah yang kasar, orang lainlah yang tak tahu diri, orang lainlah yang berdosa, orang lainlah yang salah. Padahal kita sendiri yang mencuri kue tadi, padahal kita sendiri yang tidak tahu. Kita sering mengomentari, mencemooh pendapat atau gagasan orang lain sementara sebetulnya kita tidak tahu betul permasalahannya.

Sumber : Milis

Kisah Orang Tua Bijak

Pernah ada seorang tua yang hidup di desa kecil. Meskipun ia miskin, semua orang cemburu kepadanya karena ia memiliki kuda putih cantik.
Bahkan raja menginginkan hartanya itu. Kuda seperti itu belum pernah dilihat orang, begitu gagah, anggun dan kuat.

Orang-orang menawarkan harga amat tinggi untuk kuda jantan itu, tetapi orang tua itu selalu menolak : "Kuda ini bukan kuda bagi saya", katanya
: "Ia adalah seperti seseorang. Bagaimana kita dapat menjual seseorang.
Ia adalah sahabat bukan milik. Bagaimana kita dapat menjual seorang sahabat ?" Orang itu miskin dan godaan besar. Tetapi ia tidak menjual kuda itu.

Suatu pagi ia menemukan bahwa kuda itu tidak ada di kandangnya. Seluruh desa datang menemuinya. "Orang tua bodoh", mereka mengejek dia : "Sudah kami katakan bahwa seseorang akan mencuri kudamu. Kami peringatkan bahwa kamu akan di rampok. Anda begitu miskin... Mana mungkin anda dapat melindungi binatang yang begitu berharga ? Sebaiknya anda menjualnya. Anda boleh minta harga apa saja. Harga setinggi apapun akan dibayar juga. Sekarang kuda itu hilang dan anda dikutuk oleh kemalangan".

Orang tua itu menjawab : "Jangan bicara terlalu cepat. Katakan saja bahwa kuda itu tidak berada di kandangnya. Itu saja yang kita tahu; selebihnya adalah penilaian. Apakah saya di kutuk atau tidak, bagaimana Anda dapat ketahui itu ? Bagaimana Anda dapat menghakimi ?".
Orang-orang desa itu protes : "Jangan menggambarkan kami sebagai orang bodoh! Mungkin kami bukan ahli filsafat, tetapi filsafat hebat tidak di perlukan. Fakta sederhana bahwa kudamu hilang adalah kutukan".

Orang tua itu berbicara lagi : "Yang saya tahu hanyalah bahwa kandang itu kosong dan kuda itu pergi. Selebihnya saya tidak tahu. Apakah itu kutukan atau berkat, saya tidak dapat katakan.Yang dapat kita lihat hanyalah sepotong saja. Siapa tahu apa yang akan terjadi nanti ?"
Orang-orang desa tertawa. Menurut mereka orang itu gila. Mereka memang selalu menganggap dia orang tolol; kalau tidak, ia akan menjual kuda itu dan hidup dari uang yang diterimanya. Sebaliknya, ia seorang tukang potong kayu miskin, orang tua yang memotong kayu bakar dan menariknya keluar hutan lalu menjualnya. Uang yang ia terima hanya cukup untuk membeli makanan, tidak lebih. Hidupnya sengsara sekali. Sekarang ia sudah membuktikan bahwa ia betul-betul tolol.

Sesudah lima belas hari, kuda itu kembali. Ia tidak di curi, ia lari ke dalam hutan. Ia tidak hanya kembali, ia juga membawa sekitar selusin kuda liar bersamanya. Sekali lagi penduduk desa berkumpul sekeliling tukang potong kayu itu dan mengatakan : "Orang tua, kamu benar dan kami salah. Yang kami anggap kutukan sebenarnya berkat. Maafkan kami".

Jawab orang itu : "Sekali lagi kalian bertindak gegabah. Katakan saja bahwa kuda itu sudah balik. Katakan saja bahwa selusin kuda balik bersama dia, tetapi jangan menilai. Bagaimana kalian tahu bahwa ini adalah berkat ? Anda hanya melihat sepotong saja. Kecuali kalau kalian sudah mengetahui seluruh cerita, bagaimana anda dapat menilai ? Kalian hanya membaca satu halaman dari sebuah buku. Dapatkah kalian menilai seluruh buku ? Kalian hanya membaca satu kata dari sebuah ungkapan.
Apakah kalian dapat mengerti seluruh ungkapan ? Hidup ini begitu luas, namun Anda menilai seluruh hidup berdasar! kan satu halaman atau satu kata.Yang anda tahu hanyalah sepotong! Jangan katakan itu adalah berkat. Tidak ada yang tahu. Saya sudah puas dengan apa yang saya tahu.
Saya tidak terganggu karena apa yang saya tidak tahu".

"Barangkali orang tua itu benar," mereka berkata satu kepada yang lain.
Jadi mereka tidak banyak berkata-kata. Tetapi di dalam hati mereka tahu ia salah. Mereka tahu itu adalah berkat. Dua belas kuda liar pulang bersama satu kuda. Dengan kerja sedikit, binatang itu dapat dijinakkan dan dilatih, kemudian dijual untuk banyak uang.

Orang tua itu mempunyai seorang anak laki-laki. Anak muda itu mulai menjinakkan kuda-kuda liar itu. Setelah beberapa hari, ia terjatuh dari salah satu kuda dan kedua kakinya patah. Sekali lagi orang desa berkumpul sekitar orang tua itu dan menilai. "Kamu benar", kata mereka
: "Kamu sudah buktikan bahwa kamu benar. Selusin kuda itu bukan berkat.
Mereka adalah kutukan. Satu-satunya puteramu patah kedua kakinya dan sekarang dalam usia tuamu kamu tidak ada siapa-siapa untuk membantumu... Sekarang kamu lebih miskin lagi.

Orang tua itu berbicara lagi : "Ya, kalian kesetanan dengan pikiran untuk menilai, menghakimi. Jangan keterlaluan. Katakan saja bahwa anak saya patah kaki. Siapa tahu itu berkat atau kutukan ? Tidak ada yang tahu. Kita hanya mempunyai sepotong cerita. Hidup ini datang sepotong-sepotong".

Maka terjadilah dua minggu kemudian negeri itu berperang dengan negeri tetangga. Semua anak muda di desa diminta untuk menjadi tentara. Hanya anak si orang tua tidak diminta karena ia terluka. Sekali lagi orang berkumpul sekitar orang tua itu sambil menangis dan berteriak karena anak-anak mereka sudah dipanggil untuk bertempur. Sedikit sekali kemungkinan mereka akan kembali. Musuh sangat kuat dan perang itu akan dimenangkan musuh. Mereka tidak akan melihat anak-anak mereka kembali.
"Kamu benar, orang tua", mereka menangis : "Tuhan tahu, kamu benar. Ini buktinya. Kecelakaan anakmu merupakan berkat. Kakinya patah, tetapi paling tidak ia ada bersamamu. Anak-anak kami pergi untuk selama-lamanya".

Orang tua itu berbicara lagi : "Tidak mungkin untuk berbicara dengan kalian. Kalian selalu menarik kesimpulan. Tidak ada yang tahu. Katakan hanya ini : anak-anak kalian harus pergi berperang, dan anak saya tidak. Tidak ada yang tahu apakah itu berkat atau kutukan. Tidak ada yang cukup bijaksana untuk mengetahui. Hanya Allah yang tahu".


Moral cerita : Orang tua itu benar. Kita hanya tahu sepotong dari seluruh kejadian. Kecelakaan-kecelakaan dan kengerian hidup ini hanya merupakan satu halaman dari buku besar. Kita jangan terlalu cepat menarik kesimpulan. Kita harus simpan dulu penilaian kita dari badai-badai kehidupan sampai kita ketahui seluruh cerita.

"Fa maadza ba'da-lhaqq, illa-dl_dlalaal"Leo Imanov Abdu-lLah AllahsSlave
Sumber : internet

JUARA

Dikirim oleh: Ucu Sirojul Alam (xxx@s...)

Suatu ketika diadakan sebuah lomba balap mobil mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab ini adalah babak final. Hanya tersisa empat anak yang harus memamerkan mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab memang begitulah peraturannya.

Di antara finalis itu ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak istimewa. Dibanding semua lawannya, mobil Mark lah yang paling tak sempurna. Beberapa
anak menyangsikan kekuatan mobil itu bisa berpacu melawan mobil lainnya. Memang, mobil itu tak begitu menarik. Dibuat dari kayu sederhana dan sedikit lampu kedip di atasnya. Tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki finalis lainnya. Namun, Mark bangga dengan itu semua. Mobil itu buatan tangannya sendiri.

Tibalah saat yang dinantikan: final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap empat mobil, dengan empat "pembalap" kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan jalur-jalur terpisah di antaranya.

Sesaat sebelum lomba, Mark meminta waktu sebentar. Ia tampak berkomat-kamit
seperti sedang berdoa. Matanya terpejam, dengan tangan yang bertangkup
memanjatkan doa. Semenit kemudian, ia berkata, "Ya, aku siap!".

Dor. Tanda pacuan telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing. "Ayo.. ayo..cepat... cepat..., maju... maju...", begitu teriak mereka. Aha, bagaimana pun sang pemenang harus ditentukan. Tali lintasan finish pun telah terlambai. Dan, Mark lah pemenangnya. Mark senang sekali. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati. "Terima kasih."

Saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya. "Hai jagoan, kamu tadi pasti berdoa kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?".

Mark terdiam. "Bukan, pak. Bukan itu yang aku panjatkan" kata Mark. Ia lalu melanjutkan, "Sepertinya tak adil meminta pada Tuhan untuk menolongku mengalahkan orang lain. Aku, hanya bermohon pada Tuhan, supaya aku tak menangis jika aku kalah"

Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan. (020801)

(Dikirim oleh: Ucu Sirojul Alam (xxx@s...), Maaf, penulis asli atau sumber tulisan tersebut tidak diketahui. Editor: Terima kasih untuk rekan Ucu atas kirimannya.)

Nikmatnya berprasangka baik kepada Allah

Anaa 'inda zhanni 'abdiibii

Aku adalah menurut persangkaan hamba-Ku kepada-Ku,

Sungguh dahsyat pernyataan dan janji yang terkandung didalam hadist kudsi yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim diatas. Ini adalah jaminan, yang apabila dipegang dan diikuti dengan istiqomah, akan mendatangkan keberhasilan dan kesuksesan dalam mengharungi samudra kehidupan ini. Tidak ada keraguan padanya.

Ketika ada jaminan anak anda akan diterima di universitas ternama, kemungkinan besar apapun hambatannya, anda akan siap menghadapinya.
Ketika ada jaminan anda akan terpilih sebagai gubernur, segala rintangan yang ada tentu anda akan hadapi dengan keyakinan yang gagah berani.
Ketika ada jaminan usaha anda akan berhasil, urusan apapun yang berbelit-belit anda akan selesaikan dengan tekun dan sabar.
Nah, ketika jaminan Allah yang datang, apalagi yang harus anda risaukan dan ragukan. Dengan berprasangka baik, dan berusaha semaksimal mungkin untuk mematuhi perintah dan larangan-Nya segalanya bisa dilalui dengan hasil yang lebih baik.
Kalau jaminan dari manusia kita yakin, kenapa tidak dengan jaminan Allah.

Kalau sedang sakit. Oh, Allah menyayangi aku dengan penyakit ini, sehingga dapat tersadar dari kealpaan dan dosa-dosa yang pernah aku perbuat, dan dengan penyakit ini dosaku dibersihkan.
Kalau tidak lulus SPMB. Oh, Allah menyayangi aku dengan tidak lulus, aku harus lebih bersungguh-sungguh lagi atau ada hal lain yang lebih baik yang akan dianugerahkan Allah.
Kalau saat ini direnda kemiskinan. Oh, Allah menyayangi aku, mungkin kalau diberi kekayaan malahan lupa kepada Allah dan segala nikmat pemberianNya, dan saatny untuk latihan bersabar.
Kalau dianugerahi kekayaan. Oh, Allah menyayangi aku, dengan kekayaan ini aku diuji agar dapat mengeluarkan banyak infaq untuk membantu orang lain yang membutuhkannya.

Dengan berprasangka baik kepada Allah, kalau ditimpa banyak masalah dapat memperkokoh kesabaran, dan kalau diberi banyak nikmat lebih banyak bersyukur dan tidak berlaku sombong dan lupa diri. Prinsip ini mengantarkan kepada kebahagiaan yang hakiki yang tidak tergantung kepada kondisi yang sedang dialami seseorang. Segala peristiwa hadir bersama kasih sayang Allah. Inilah yang dinyatakan oleh Rasulullah seperti dalam sabdanya :

''Sungguh mengagumkan perkara orang Mukmin, seluruh urusannya mengandung kebaikan dan hal itu tidak akan terdapat pada orang lain. Orang Mukmin, Jika diberikan kebahagiaan dan kenyamanan hidup ia bersyukur, maka hal itu menjadi kebaikan baginya dan jika ditimpa kemalangan ia bersabar, maka hal itu juga merupakan kebaikan baginya.'' (HR Ahmad).

Didalam hukum ketertarikan (law of attraction) yang banyak digandrungi orang barat dan kaum sekuler, berlaku hukum yang menyatakan bahwa semakin besar harapan yang dipancarkan seseorang, semakin besar pula hasil yang akan dipersembahkan alam semesta kepadanya.

Manakah yang lebih ampuh, apakah mereka yang berharap kepada alam dan mereka telah membuktikan hasil dengan kajian secara ilmiah dan empiris. Atau kita yang hanya berharap kepada Allah Swt yang menciptakan alam semesta. Disinilah iman berbicara.

Menabur kebaikan menuai kemuliaan

Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri, [QS. Al-Isra, 7]

Ketika engkau memberi uang kepada fakir miskin, sesungguhnya engkau memberi uang (menabung) untuk dirimu sendiri
Ketika engkau menyajikan hidangan lezat makanan kepada tamu-tamumu, sesungguhnya engkau telah menyajikan makanan lezat untuk dirimu sendiri.
Ketika engkau menyampaikan pesan-pesan keteladanan kepada orang lain, sesungguhnya pesan-pesan keteladanan itu untuk dirimu sendiri.
Ketika engkau memberi pertolongan terbaik kepada siapa saja, sesungguhnya engkau telah menolong dirimu sendiri dengan cara yang terbaik.
Apapun kebaikan yang engkau lakukan, sesungguhnya kebaikan itu akan kembali kepada dirimu sendiri. Tentu saja berlaku juga sebaliknya kalau menebar keburukan balasannya yang dipanen adalah keburukan pula.

Kalau hal-hal diatas dapat dihayati, maka kebaikan apapun yang kita perbuat akan dilakukan dengan kualitas yang terbaik. Bukankah semua yang dilakukan adalah untuk diri kita sendiri. Kalau memberi yang terbaik pasti akan memperoleh yang terbaik pula. Oleh Allah Swt. yang terbaik itupun dijanjikan diberi tambahan berlipat ganda dari 10 kali sampai 700 kali bahkan bisa tidak terbatas dengan yang terbaik pula.

Renungan selanjutnya akan menghantarkan dan membimbing kita kepada setiap perbuatan yang dilakukan untuk tidak memusingkan lagi, apakah orang lain memuji atau menghargai, memberi imbalan atau tidak, bahkan timbulnya resiko kebencian yang disebabkan dari perbuatan tsb tidak diperdulikan lagi. Karena kita sudah yakin bahwa apapun yang kita lakukan adalah untuk kebaikan kita juga, dan sangat yakin dengan janji Allah berikut :

Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula [QS. Ar-Rahman, 60].

Keberuntungan yang diperoleh tidak hanya sampai disini, dengan banyak membantu orang lain (yang sebenarnya menolong diri sendiri), otomatis juga banyak memberi manfaat kepada diri sendiri. Semakin banyak manfaat yang ditebar maka predikat sebagai orang yang terbaik dapat diraih pula, sebagaimana yang dijanjikan dalam sebuah hadist :

"Sebaik-baik orang adalah yang paling banyak memberi manfaat kepada orang lain." (hadist)

Saudaraku, tidak perlu dilakukan penelitian yang njelimet untuk membuktikan bahasan kita diatas. Dari pengamatan yang sederhana dapat kita lihat bahwa orang-orang yang banyak berbuat baik kepada sesama, hidupnya diliputi ketenangan, kemudahan, dan orang lain senang bergaul dan berasama dengannya. Ada kesulitan dapat diselesaikan dengan mudah. Sebaliknya orang-orang yang banyak meresahkan orang lain, hidupnya susah, keras, dijauhi orang dan diliputi banyak persoalan.

Hati nurani mengetahuinya, dan yakin dapat diaplikasikan dalam hidup ini. Untuk kita juga.

Perbanyak shalawat pada hari jum'at

From: darwin malang [darwin.malang@bni.co.id]
Sent: Friday, November 10, 2006 8:19 AM
Subject: Perbanyak shalawat pada hari jum'at

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya (Al Ahzab:56).

Ucapkanlah : Allahumma shalli 'ala saiyidina Muhammad

Sunat memperbanyak bacaan shalawat pada malam dan pada hari Jumat

Dari Aus bin Aus r.a Rasulullah saw bersabda: "Harimu yang paling utama ialah hari Jumat. Pada hari itulah Adam dicipta dan pada hari itu pula dicabut rohnya, serta pada waktu itu pula ditiup sangkakala dan dimatikan semua manusia. Karena itu perbanyaklah membaca shalawat atasku, dan bacaanmu itu akan disampaikan kepadaku". Para sabahat bertanya: "Ya rasulullan, bagaimana caranya bacaan shalawat itu disampaikan kepada Anda, padahal waktu itu jasad Anda telah hancur luluh ? Ujar Nabi saw: " Sesungguhnya Allah 'azza wajalla telah melarang bumi untuk memakan
jasat pada Nabi. (Diriwayatkan oleh Buchari, Muslim, Abu Daut dan Nasa'i)

Suatu hari Rasulullah SAW, datang dengan wajah tampak berseri-seri, dan bersabda: "Malaikat Jibril datang kepadaku sambil berkata, "Sangat menyenangkan untuk engkau ketahui wahai Muhammad, bahwa untuk satu shalawat dari seseorang umatmu akan kuimbangi dengan sepuluh doa baginya." Dan sepuluh salam bagiku akan kubalas dengan sepuluh salam baginya." (HR. an-Nasa'i)

Sabda Rasulullah SAW: "Kalau orang bershalawat kepadaku, maka malaikat juga akan mendoakan keselamatan yang sama baginya, untuk itu hendaknya dilakukan, meski sedikit atau banyak." (HR. Ibnu Majah dan Thabrani)

Sabda Nabi SAW, "Manusia yang paling uatama bagiku adalah yang paling banyak shalawatnya." (HR. at-Tirmidzi)

Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda yang maksudnya : "Apakah tidak lebih baik saya khabarkan kepada kamu tentang sebakhil-bakhil manusia? Para sahabat menjawab: Baik benar, ya Rasulullah. Maka Nabi pun bersabda: Orang yang apabila disebut namaku di hadapannya, maka ia tidak bershalawat kepadaku".(Hadith riwayat At-Tirmidzi)

Sabdanya, "Sesungguhnya di bumi ada malaikat yang berkeliling dengan tujuan menyampaikan shalawat umatku kepadaku." (HR. an-Nasa'i)

Sabdanya, "Tak seorang pun yang bershalawat kepadaku, melainkan Allah mengembalikan ke ruhku, sehingga aku menjawab salam kepadanya." (HR. Abu Dawud).

"Sesiapa yang bershalawat kepadaku daripada umatku dengan satu shalawat yang ikhlas dari hatinya, maka Allah bershalawat kepadanya dengan shalawat yang diucapkannya itu sepuluh shalawat, dan Allah mengangkatnya dengan shalawatnya itu sepuluh derajat, dan dengan shalawatnya itu juga, Allah memberikan sepuluh kebaikan kepadanya dan

menghapus sepuluh keburukan".(Hadith riwayat An-Nasa'i)

Ibnu Hajar di dalam kitabnya "Az-Zawajir" berkata; "Tidak bershalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam ketika mendengar orang menyebut namanya adalah merupakan dosa besar yang ke-enam puluh".

Diantara faedah bershalawat adalah:

1. Memperoleh curahan rahmat dan kebajikan daripada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
2. Menghasilkan kebaikan, meninggikan derajat dan menghapuskan kejahatan.
3. Memperoleh pengakuan kesempurnaan iman, apabila kita membacanya 100 kali.
4. Menjauhkan kerugian, penyesalan dan digolongkan ke dalam golongan orang-orang yang shalih.

5. Mendekatkan diri kepada Allah.
6. Memperoleh pahala seperti pahala memerdekakan budak.
7. Menghasilkan syafa'at.
8. Memperoleh penyertaan dari Malaikat Ar-Rahmah.
9. Memperoleh hubungan yang rapat dengan Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam. Seseorang yang bershalawat dan bersalaman kepada Nabi, shalawat dan salamnya itu disampaikan kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam.

10. Membuka kesempatan berbicara dengan Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam.
11. Menghilangkan kesusahan, kegundahan dan meluaskan rezeki.
12. Melapangkan dada. Apabila seseorang membaca shalawat 100 kali, maka Allah akan melapangkan dadanya dan menerangkan hatinya.

13. Menghapuskan dosa. Apabila seseorang membaca shalawat dengan tetap tiga kali setiap hari, maka Allah akan menghapuskan dosanya.

14. Menggantikan sedekah bagi orang yang tidak mampu bersedekah.
15. Melipatgandakan pahala yang diperoleh. Apabila seseorang bershalawat pada hari Jumaat, maka Allah akan memberikan kepadanya pahala yang berlipat ganda.

16. Mendekatkan kedudukan kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pada hari kiamat.

17. Menyebabkan doa diterima oleh Allah.
18. Melepaskan diri dari keresahan pada hari kiamat. Apabila seseorang meninggalkan shalawat kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, maka ia akan menghadapi keresahan dan kekacauan pada hari mahsyar.

19. Memenuhi satu hak Nabi atau menunaikan suatu tugas ibadat yang diwajibkan ke atas kita. Apabila seseorang tidak bershalawat, bererti dia enggan memenuhi satu hak Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam yang wajib dia penuhi.

Disarikan dari beberapa artikel.
Ma’af agak panjang.

Bukan Kotak Pandora

From: darwin malang [darwin.malang@bni.co.id]
Sent: Tuesday, November 14, 2006 10:05 AM
Subject: Bukan Kotak Pandora


Ucapkanlah : Alhamdulillah


Ucapkanlah Alhamdulillah, karena hari ini masih diberi kesempatan untuk bersua
Ucapkanlah Alhamdulillah, karena hari ini tugas masih berjibun, sehingga ladang beramal saleh masih terbuka
Ucapkanlah Alhamdulillah, karena hari ini bukan hari spesial, sehingga selalu ada area untuk perbaikan

Ucapkanlah Alhamdulillah, karena hari ini masalah belum terpecahkan, sehingga menjadi jalan silaturrahmi untuk menanyakan kepada ahklinya.
Ucapkanlah Alhamdulillah, karena hari ini masih banyak kritikan yang diterima, sehingga selalu masih dalam jalur perbaikan menuju yang lebih utama

Ucapkanlah Alhamdulillah, karena hari ini masih banyak gossip, fitnah dan ghibah yang menggoncang, sehingga pundi-pundi amal kita tetap diisi orang lain, tetapi kalau dimaafkan, maka malah bertambah banyak lagi.
Ucapkanlah Alhamdulillah, karena hari ini masih banyak boss, pejabat, penguasa yang galak, sehingga sadar bahwa kekuasaan yang kita miliki tidak ada artinya. Selalu ada yng lebih tinggi.

Ucapkanlah Alhamdulillah, karena hari ini masih diberi kehidupan, sehingga masih ada waktu untuk menyempurnakan kematian
Ucapkanlah Alhamdulillah, karena hari ini penyakit belum terangkat, sehingga setiap saat ada kuminkasi dengan Yang Maha Menyembuhkan

Ucapkanlah Alhamdulillah, ada tsunami di Aceh, ada Gempa di Jogya, ada Lumpur Lapindo di Sidoarjo, kalau kita masih sempat dan mau mengambil pelajaran dari kejadiannya.
Ucapkanlah Alhamdulillah, negara ini masih gonjang ganjing, purak puranda, jorok seronok, kalau kita dapat melihat setitik peluangpun untuk digunakan berjihad untuk membalikkan keadaan ini.
Ucapkanlah Alhamdulillah, masih ada orang seperti bush. . . . . . .

· Ucapkanlah Alhamdulillah, karena seutama-utama doa adalah : Alhamdulillah


Ibn Juazy pernah berkata : Hidup ini adalah rangkaian dari hari hari, setiap hari adalah rangkaian dari jam jam, dan jam adalah rangkaian dari tarikan nafas. Rangkaian nafas adalah bagaikan kotak-kotak yang engkau persiapkan. Jangan sampai kotak-kotak itu diakhirat nanti bertumpuk-tumpuk banyaknya tetapi isinya kosong.

Isilah kotak-kotak itu dengan amal sebanyak-banyaknya.
Isilah kotak-kotak itu dengan ucapan : Alhamdulillah.
Alhamdulillah
Alhamdulillah
Alhamdulillah


Aisyah Bhutta Islamkan Orangtua dan 30 Temannya

Namanya Aisyah Bhutta. Tapi hatinya tidak “buta”. Setelah mengenal Islam, ia membawa orangtua dan 30 temannya memeluk Islam

Aisyah Bhutta (34), dulu, ia bernama Debbie Rogers. Kini hidup tenteram dan bahagia setelah memeluk Islam. Di apartemennya yang terletak di Cowcaddens, Glasgow, ia melewati hari-hari dengan amalan Islam. Rumahnya pun telah dihiasi dengan nuansa Islam. Di dinding tergantung kaligrafi Al-Quran. Ada juga poster bergambar kota suci Mekkah. Lalu jam yang disetel khusus dengan suara azan yang senantiasa mengingatkanAisyah dan keluarganya tiap masuk waktu shalat. Wajahnya kini terbungkus rapi oleh jilbab yang makin menunjukkan kesalehannya. Dia sangat gigih dalam berdakwah. Tidak saja untuk keluarganya dan kerabat bahkan tetangga-tetangga juga tak luput dari dakwahnya. Alhasil, dia dapat mengislamkan orangtua, kerabat dan 30 temannya. Berikut kisahnya seperti dilansir dari Islamweb.com.
***
Bagi seorang gadis Kristen taat seperti Debbie Rogers, masuk Islam lalu menikah dengan pria Muslim, adalah suatu hal yang luar biasa. Tak hanya itu, ia juga telah mengislamkan kedua orantuanya, beberapa orang saudaranya. Dan yang menakjubkan ia telah mengajak sedikitnya 30 orang teman dan tetangganya masuk Islam!
Debbie Rogers dulunya berasal dari keluarga Kristen yang taat. Mereka aktif dalam aneka kegiatan gereja. Kala remaja lainnya asyik dengan idola mereka, misalnya mengoleksi poster penyanyi kesayangan mereka, katakanlah seperti penyanyi terkenal George Michael atau asyik dengan hura-hura sepanjang malam. Maka Debbie Rogers justru sebaliknya. Di dinding kamarnya penuh dengan poster Yesus. Musiknya adalah musik bernuansa rohani, bernada puji-pujian bagi Yesus. Itulah aktifitasnya sebelum kenal Islam.
Tapi akhirnya dia “lelah” sendiri. Ia merasa tak mendapatkan apa-apa dari apa yang dipelajarinya. Bahkan banyak sekali daftar pertanyaan tentang paham Kristen yang tak berjawab. Debbie Rogers kemudian berkenalan dengan seorang pria keturunan Pakistan, Muhammad Bhutta namanya. Pria yang mengenalkan Islam padanya dan dikemudian hari menjadi suaminya. Tapi jangan dikira ia masuk Islam gara-gara jatuh cinta dengan Muhammad.

Terkesan dengan shalat
“Waktu itu saya masih kecil. Baru berumur 10 tahun. Kebetulan keluarga kami punya toko dan Muhammad adalah salah satu pelanggan tetapnya. Saya sering mengintip Muhammad kala shalat di belakang toko kami.
“Dari wajahnya saya melihat pancaran kedamaian. Tampaknya dia sangat ikhlas dan menikmati shalatnya. Kala saya tanya, dia bilang dia orangIslam. Apa itu Islam?” tanya Aisyah kecil heran.
Berselang beberapa lama, dengan bantuan Muhammad, Aisyah cilik mulai mendalami Islam lebih jauh. Sekitar lima tahunan ia pelajari kitab suci tersebut dan menariknya dia telah mampu membaca seluruh isi Al-Quran dengan bahasa Arab.
”Semua saya baca. Sungguh sangat menarik sekali. Serasa menancap di hati,” kenangnya.
Alhasil, di usianya yang ke-16 Debbie Rogers pun mengucap dua kalimah syahadat. ”Ketika saya mengucapkan kalimah itu, serasa seperti baru melepaskan beban berat yang lepas dari pundak saya. Luar biasa. Saya merasa seperti seorang bayi yang baru dilahirkan,” ujarnya. Ia lantas mengganti namanya, Debbie Rogers menjadi Aisyah.
Meskipun Aisyah sudah memeluk Islam, namun bakal calon mertuanya --ayah kandung Muhammad-- tidak setuju putranya menikah dengan wanita Barat. Orangtua Muhammad masih berpikiran tradisional yang menganggap perempuan Barat sulit menerima Islam. Dan, menurut mereka, malah nanti Muhammad yang dibawa ke jalan yang tidak benar. Mereka takut nanti nama keluarga menjadi jelek di mata masyarakat Islam. Namun tekad Muhammad sudah bulat.
Iman Aisyah harus diselamatkan.
Muhammad melaksanakan pernikahan di mesjid setempat. Bahkan pakaian nikah yang dikenakan Aisyah dijahit sendiri oleh ibu kandung Muhammad dan saudaranya yang menyelinap secara sembunyi-sembunyi. Sebab bapaknya menolak menghadiri acara sakral dalam hidup anaknya itu. Halnya Michael dan Marjory Rogers, orangtua Aisyah, turut hadir di pernikahan anaknya. Mereka mengaku terkesan dengan baju nikah Aisyah.
Hubungan hambar dengan bapaknya akhirnya mencair. Ceritanya, nenek Muhammad datang khusus dari Pakistan untuk menjenguk cucunya yang baru menikah. Bagi neneknya, pernikahan dengan perempuan Barat juga masih tabu. Namun, semuanya berubah tatkala nenek Muhammad berjumpa dengan Aisyah. Dia sangat takjub dengan perempuan Skotlandia itu yang sudah mampu membaca Al-Quran dan menariknya lagi Aisyah bisa bercakap dalam bahasa Punjab. Perlahan Aisyah telah jadi bagian dari keluarga besar Muhammad.

Islamkan orangtua
Enam tahun kemudian, Aisyah mulai menjalankan misi sulit, yakni mengislamkan kedua orangtua dan anggota keluarganya. Aisyah dan suaminya menceritakan apa itu Islam. Aisyah sendiri kini telah berubah banyak dan hal itu tentu bagian dari dakwah kepada kedua orangtuanya. Misalnya kini dia jadi anak yang sopan, tidak suka membantah kata-kata orangtuanya seperti dulu.
Kesan perubahan sikap dan tingkah laku sang anak rupanya merasuk ke hati sang ibu. Tak lama, ibunya memeluk Islam dan berganti nama menjadi Sumayyah.
“Bahkan ibu kini sudah mengenakan jilbab. Ibu shalat tepat waktu. Kini tak ada yang menarik baginya kecuali senantiasa berhubungan dengan Allah,” tuturAisyah bangga.
Akan halnya dengan ayah Aisyah, ternyata sangat sulit untuk diajak. Ibu Aisyah turut membantu mengenalkan sang ayah kepada Islam. “Ibu dan saya sering berdiskusi tentang Islam. Nah satu hari kami duduk-duduk di dapur. Lalu ayah berkata; Apa yang kalimat yang kalian ucapkan ketika masuk Islam? Spontan saya dan ibu melompat ke atasnya,” cerita Aisyah sumringah. Ayah pun memeluk Islam.
Lalu, tiga tahun kemudian, abang kandung Aisyah juga mengucap dua kalimah syahadah. Uniknya sang abang memeluk Islam melalui telepon, karena ia tinggal agak jauh. Aisyah makin bersemangat tatkala melihat istri abangnya, diikuti oleh anak-anaknya juga memeluk Islam. Bahkan keponakan istri si abang juga masuk Islam. Bukan main bahagianya Aisyah.

Membuka kelas Islam
“Saya belum mau berhenti berdakwah. Keluarga sudah, lalu saya beralih kepada para tetangga di Cowcaddens. Kawasan ini perumahannya sangat padat, bahkan bisa dikatakan kumuh. Tiap hari Senin selama 13 tahun saya membuka kelas khusus tentangIslam bagi wanita-wanita Skotlandia yang ada di situ,” kisah Aisyah mengenang. Sejauh ini dia sudah berhasil mengislamkan tetangga sekitar 30 orang.

“Latar belakang mereka macam-macam. Trudy misalnya, dia seorang dosen di Universitas Glasgow. Trudy adalah seorang Katolik yang awalnya mengikuti kelas saya untuk mengumpulkan data penelitian yang sedang dikerjakannya. Namun setelah berjalan enam tahun Trudy memutuskan memelukIslam. Menurutnya Kristen sulit diterima akal dan membingungkan,” sebut Aisyah. Trudy sendiri mengaku masuk Islam karena terkesan dengan kuliah Aisyah yang mudah diterima dan masuk akal.
Disamping siswa non-Muslim, kelas binaan Aisyah juga dipenuhi oleh gadis-gadis Islam yang telah terkena polusi pemikiran Barat. Menurut Aisyah, justru mereka yang patut diselamatkan. Aisyah pun fleksibel dalam kuliahnya. Dia menerima secara terbuka setiap pertanyaan dan mengajak peserta berdiskusi.
Suami Aisyah, Muhammad Bhutta (43), tampaknya tidak begitu tertarik untuk berdakwah di kalangan warga asli Skotlandia. Dia konsentrasi pada usaha restorannya. Fokus suami Aisyah adalah keluarga dan usaha. Suami nya yang bertugas memberikan ajaran Islam kepada kelima anaknya. Tumbuh dengan akhlak dan nuansa Islam, itulah obsesi Aisyah dan suaminya akan anak-anak mereka. Bahkan Safia, anaknya tertua yang berusia 14 tahun menjadi sebab masuk Islamnya seorang wanita tua.
Ceritanya, suatu hari Safia melihat seorang nenek di jalan, dia tergerak untuk membantu si nenek dengan membawakan belanjaannya. Sang nenek rupanya terkesan. Tak berapa lama si nenek pun ikut kelas Aisyah Bhutta, dan beberapa waktu kemudian akhirnya bersyahadat.
“Muhammad orangnya romatis,” ujar Aisyah tersipu. “Saya seakan telah mengenalnya selama berabad-abad. Jadi tak mungkin terpisahkan. Dia bukan hanya kawan dalam hidup di dunia ini, tapi yang lebih penting lagi semoga juga kawan di surga nanti dan selama-lamanya. Itulah hal terindah,” tutup Aisyah. [Zulkarnain Jalil/www.hidayatullah.com]

Karima Burns: Cintaku kepada Islam tertambat di Istana Al-Hambra

Ketika membuka Al-Quran perasaan yang hadir persis seperti orang yang baru saja menemukan kembali anggota keluarganya yang telah lama hilang

Hidayatullah.com--Karima Kristie Burns, MH, ND nama lengkapnya. Karima (39) dikenal sebagai perempuan dengan banyak bakat. Ya sebagai editor, penulis, guru, dan juga pakar herbalis. Di dunia herbalis dia sangat dikenal lewat konsultasi online di website Herb'n Muslim yang dikelolanya sejak 1994. Sejak masuk Islam, dia membuka usaha Herb'n Muslim yang dikenal dengan teknik penyembuhan alami dan islami. Dia juga telah menulis lebih dari 120 artikel kesehatan yang bisa didownload via websitenya itu. Karima menghabiskan separuh hidupnya di Midwest, Iowa (AS), tempat dia dibesarkan. Dan separuhnya lagi di kawasan Timur Tengah (Mesir dan Arab Saudi).
Karima mulai tertarik dengan metode penyembuhan alami justru ketika berupaya menyembuhkan dirinya sendiri yang mengidap penyakit asma, alergi, mudah panik, depresi, dan beberapa penyakit bagian dalam lainnya. Kala itu dia mencoba dengan terapi alami dan bantuan tumbuh-tumbuhan. Dia berkeliling hingga ke Mesir guna mencari berbagai informasi berkenaan penyembuhan tradisional. Dari kegigihannya itu, dia bahkan berhasil memperoleh gelar formal master of herbalist dan doktor bidang naturopathic tahun 1996 dari Trinity College di Dublin, Irlandia. Naturopathic adalah teknik pengobatan alamiah yang meresepkan herbal untuk para pasiennya. Namun tak banyak yang tahu, ketertarikan Karima kepada Islam justru ketika berkunjung ke Spanyol. Dia mengaku terkagum-kagum dengan tulisan Arab di Istana Al-Hambra di kota Granada. Istana itu sendiri dulunya bekas mesjid hingga bekas kaligrafinya masih ada. Berikut penuturan Karima yang disadur dari beberapa sumber.
***

Kenal Islam di Spanyol
Karima Burns awalnya adalah seorang mahasiswi program sarjana studi kawasan Arab di Universitas Iowa, AS. Karima mengaku Islam hadir di hatinya berawal dari membaca rangkaian tulisan ayat suci Al-Quran dalam rangka penyelesaian tugas kuliahnya. Dan dia tak kuasa menghindar dari bisikan hati itu.
Ceritanya, satu ketika dia dan teman-temannya mengadakan studi tur ke Granada, Spanyol. Granada merupakan salah satu bekas kawasan yang pernah dikuasai Islam selama hampir tujuh abad. Kala itu dia sedang duduk-duduk di Istana Al-Hambra. Istana itu dulunya adalah mesjid. Karima takjub melihat jejeran tulisan di dinding gedung tua itu. Baginya itulah tulisan terindah yang pernah dia lihat.
“Bahasa apa itu?” tanyanya pada salah seorang turis Spanyol. ”Bahasa Arab,” sahut turis lokal itu. Hari berikutnya, tatkala pemandu wisata menanyakan buku panduan dalam bahasa apa yang dia inginkan, Karima menjawab spontan bahasa Arab.
"Apa, bahasa Arab? Anda bisa bahasa Arab?" tanya si pemandu terkejut.
"Tidak, tapi tolong berikan juga yang dalam bahasa Inggris," sahut Karima.
Di akhir tour tas Karima penuh dengan buku-buku petunjuk wisata dari tiap-tiap kota yang dia singgahi di seluruh Spanyol. Dan semuanya dalam bahasa Arab!
“Tas travel saya sudah terlalu penuh hingga saya bermaksud membuang beberapa potong pakaian dan beberapa barang lainnya agar tasnya bisa muat. Namun, untuk buku-buku bahasa Arab rasanya berat untuk ditinggalkan. Buku-buku itu ibarat emas bagi saya. Saya sering membolak-balik halamannya tiap malam. Kata per kata-nya saya amati dengan seksama. Huruf-hurufnya juga unik, beda dengan huruf latin biasa. Saya membayangkan andainya saja bisa menulis dengan huruf yang demikian indah itu. Waktu itu saya punya pikiran pasti akan sangat berharga jika bisa mengetahui bahasa Arab ini. Saya pun berniat dalam hati untuk belajar bahasa ini. Ya satu saat nanti kala kembali ke kampus di musim gugur,” tukas Karima.

Mencari jawaban
“Ketika itu ada sekitar dua bulan saya meninggalkan keluarga di Iowa untuk mengikuti tour sepanjang kawasan Eropa ini. Sendirian pula. Kala itu usia saya baru 16. Makanya saya kepingin jalan-jalan dulu sembari “melihat dunia”. Itu alasan yang saya katakan pada keluarga dan kawan-kawan. Tapi sebenarnya saya sedang mencari jawaban atas konsep Kristen yang sudah lama saya pendam. Saya meninggalkan gereja (baca: Kristen -red) persis beberapa bulan sebelum berangkat ke Eropa dan belum bisa menentukan pilihan (agama) lain. Saya merasa belum mendapatkan apapun dengan apa yang telah saya pelajari selama ini. Sampai kini pun belum mendapatkan alternatif-alternatif lain,” ungkapnya.
“Tempat dimana saya dibesarkan, yakni Midwest, sebenarnya sangat cocok buat saya. Misalnya hal keyakian, tidak ada yang perlu dipusingkan disana. Mau jadi bagian dari gereja silahkan. Tidak, ya juga ndak masalah. Tapi karena itu pula saya tidak punya gambaran agama lain yang bisa dijadikan alternatif. Makanya ketika ada waktu keliling Eropa saya berharap bisa berjumpa dengan “sesuatu” yang lain itu,” imbuhnya.
“Di gereja tempat kami tinggal, kami hanya boleh melakukan ibadah untuk Yesus dan menyandarkan segala sesuatu padanya agar bisa menyampaikan pesan kepada Tuhan. Secara intuitif saya merasakan bahwa ada sesuatu yang salah dengan dogma itu,” kata dia.
“Saya kala itu dengan patuh pergi ke gereja tiap hari minggu dan sangat serius dengan apa yang saya pelajari tentang kejujuran, murah hati dan saling berkasih sayang. Tapi ada yang bikin saya bingung tatkala melihat jamaah gereja. Sikap mereka tampak begitu beda selama satu hari itu. Apakah Cuma sehari dalam sepekan bersikap jujur, murah hati dan kasih sayang? Apakah mereka cuma bahagia di hari minggu saja? Aku mencari-cari di beberapa buku panduan, namun tak menemukan apa-apa. Ada hal tentang 10 perintah Tuhan yang meliputi hal-hal yang sudah nyata sekali seperti larangan membunuh, mencuri dan berbohong. Uniknya, orang-orang ke gereja seperti tak ada etiket. Misalnya, sejauh yang saya tahu, banyak yang pakai rok mini ke gereja. Ironisnya lagi, ada juga dari mereka pergi ke sekolah minggu hanya karena ada cowok ganteng disana,” tukas Karima.

Kitab Bibel aneka versi
Satu hari Karima berkunjung ke rumah salah seorang dosennya. Disana dia melihat beberapa kitab Bibel tersusun rapi di rak lemari si dosen. “Saya tanya apa itu. Dosennya menjawab bahwa itu kitab Bibel dalam berbagai versi. Saya sebenarnya tak mau mengganggunya dengan pertanyaan seputar Bibel dalam aneka versi itu. Tapi makin dipendam makin sangat mengganggu pikiran. Saya beranikan diri mengamati beberapa dari Bibel itu. Saya terkejut. Memang ada yang benar-benar beda satu versi dengan versi lainnya. Bahkan ada beberapa bab yang tidak sama dengan Bibel kepunyaan saya. Kala itu saya benar-benar bingung. Bahkan mulai timbul perasaan bimbang,” katanya-

Ikut kelas bahasa Arab
Selepas tur Eropa Karima kembali ke kampus dengan perasaan kecewa sebab tak menemukan jawaban yang diharapkannya. Akan tetapi dengan keinginan yang begitu besar akan sebuah bahasa, Karima mengaku tertarik untuk mempelajari bahasa Arab. “Ironis ya, mendapat secercah jawaban yang saya cari-cari justru di dinding istana Al Hambra. Setelah pulang dari Spanyol, butuh dua tahun bagi saya untuk merealisasikan semua itu (masuk Islam-red),” ujarnya.
“Hal pertama sekali yang saya lakukan kala aktif kembali di kampus adalah mendaftar kelas bahasa Arab. Saya amati tampaknya kelas itu tidak begitu diminati. Entah kenapa. Buktinya peserta yang mendaftar cuma tiga. Saya dan dua mahasiswa lainnya. Tapi saya tak ambil pusing,” kata dia. Karima pun langsung tenggelam dengan pelajaran bahasa Arab. Rasa ingin tahunya sangat tinggi, hingga sang dosen takjub melihatnya.
“Saya kerjakan tugas-tugas yang diberikan dengan pulpen khusus untuk menulis huruf kaligrafi. Bahkan seringkali saya pinjam buku-buku dalam bahasa Arab dari dosen hanya untuk melihat huruf-huruf Arab yang ada dalam buku itu. Memasuki tahun kedua di universitas, saya putuskan untuk memilih bidang Studi Timur Tengah. Jadi dengan begitu bisa fokus pada satu kawasan saja. Nah di salah satu mata kuliahnya adalah belajar Al-Quran. Saya gembira bukan main,” aku Karima mengenang.

Kagum dengan Al-Quran
“Satu malam saya buka Al-Quran untuk mengerjakan PR. Heran campur takjub. Makin saya baca makin terasa nikmat. Sulit untuk berhenti membacanya. Persis seperti seseorang baru mendapatkan sebuah novel baru. Ketika itu saya bergumam dalam hati; wow menarik sekali. Inilah yang selama ini saya cari-cari. Semuanya ada dalam Al-Quran. Semua penjelasan betul-betul menarik. Saya sungguh kagum, kitab suci ini menguraikan semua yang juga saya percayai dan saya cari-cari jawabannya selama bertahun-tahun. Sangat jelas disebutkan bahwa hanya ada satu Tuhan yang patut disembah, yakni Allah. Tidak seperti di Kristen, satu dalam tiga,” imbuhnya.
Hari berikutnya Karima kembali ke ruang kelas untuk menanyakan siapa gerangan pengarang kitab itu. Karima melihat ada sebuah nama tertulis di halaman depan Al-Quran itu. “Awalnya saya menyangka itu nama pengarangnya. Misalnya seperti kitab Gospel yang dikarang oleh St. Luke atau kitab-kitab dalam agama lain yang pernah saya pelajari sebelumnya,” kata dia.
Salah seorang dosen Karima yang beragama Kristen memberitahu bahwa itu bukan nama pengarangnya. “Ternyata itu adalah nama penerjemahnya. Masih menurut dosen itu, dia mengutip pernyataan penganut Islam, bahwa tak ada seorang pun yang mampu menulis kitab suci itu. Quran, kata orang Islam, merupakan perkataan Allah dan tidak berubah dari pertama diturunkan hingga saat ini. Al-Quran dibaca dan dihafal banyak orang. Wow…tak perlu saya katakana bagaimana gembiranya hati saya. Makin terpesona dan takjub. Setelah penjelasan itu saya tambah tertarik, bukan hanya mempelajari bahasa Arab, tapi juga mempelajari Islam. Hingga timbul keinginan pergi ke Timur Tengah,” katanya sumringah.

Masuk Islam
Di tahun terakhir kuliah akhirnya Karima mendapat kesempatan mengunjungi Mesir. Salah satu tempat favorit yang ingin dia lihat di sana adalah mesjid. “Saya merasakan seolah-olah sudah jadi bagian dari mereka. Berada di dalam mesjid, keagungan Allah semakin nyata. Dan, seperti biasanya, saya sangat menikmati rangkaian tulisan kaligrafi yang ada di dinding mesjid itu,” kata dia.
Satu hari seorang teman menanyakan kenapa tidak masuk Islam saja kalau memang sudah sangat tertarik. “Tapi saya sudah jadi seorang muslim,” kata Karima. Si teman terkejut mendengar jawaban itu. Tak cuma dia, bahkan Karima sendiri terkejut dengan jawaban spontan yang keluar dari bibirnya. “Tapi kemudian saya sadari hal itu logis dan normal. Islam telah merasuk dalam jiwa saya dan selalu memberikan perasaan lain. Begtupun pernyataan teman saya itu ada benarnya. Kenapa saya tidak masuk Islam saja?” tanya Karima pada dirinya sendiri. Temannya menyarankan agar lebih resmi (masuk Islam) sebaiknya pergi ke mesjid saja dan menyatakan keislaman di hadapan jamaah di sana sebagai saksinya.
“Tanpa menunggu lama saya ikuti sarannya. Ringkas saja, Alhamdulillah, akhirnya saya pun bersyahadat. Pihak mesjid lalu memberikan selembar sertifikat resmi selepas bersyahadat. Tapi sertifikat itu tak penting dan hanya saya simpan dilemari. Sama seperti dokumen-dokumen lain seperti asuransi, ijazah dan lainnya. Tak ada niat menggantung kertas itu di dinding rumah sebagai bukti telah ber-Islam. Bagi saya yang penting sudah jadi seorang muslim,” akunya.

“Kini saya habiskan waktu hanya untuk mempelajari Al-Quran. Ketika membuka Al-Quran perasaan yang hadir persis seperti orang yang baru saja menemukan kembali anggota keluarganya yang telah lama hilang,” ungkap Karima. Di rumahnya Karima tak lupa menggantung foto Istana Al Hambra, tempat dimana dia pertama kali melihat tulisan Arab yang membuat dirinya takjub dan jatuh cinta dengan Al-Quran. Kini, disamping mengelola praktek penyembuhan alaminya dia juga aktif menulis. Ada lebih dari 120 artikel yang telah dia tulis. Umumnya bertema kesehatan. Tulisannya yang terkenal antara lain The “Yoga” of Islamic Prayer, Vetegarian Muslim, dan banyak lainnya lagi. Begitulah. [Zulkarnain Jalil/dari berbagai sumber/www.hidayatullah.com]

Rabu, 28 Mei 2008

Mensyukuri nikmat Iman dan Islam

al-Islaamu ya'lu wa laa yu'la 'alaih
(Islam itu tinggi dan tak ada yang lebih tinggi daripadanya).

Setiap kita mendengar ceramah agama biasanya dimulai dengan ajakan untuk mensyukuri nikmat Iman dan Islam, selain mensyukuri nikmat-nikmat yang lain.

Sayang sekali ajakan mensyukuri Iman dan Islam ini seakan berlalu saja seperti yang seharusnya memang terjadi. Jarang ada sentuhan yang menggugah seperti pada saat kita mensyukuri memperoleh nikmat materi, seperti ketika lulus menjadi sarjana baru, ketika diangkat sebagai pegawai baru, ketika naik pangkat, ketika memiliki rumah baru, ketika mantu baru, atau bahkan ketika mendapat undian berhadiah.

Ketika kita sakit, rasanya nikmat sehat luar biasa. Ketika kesibukan sangat tinggi, waktu luang rasanya sangat berharga. Demikianlah, manusia merasakan pentingnya sesuatu apabila hal itu terlepas dari jangkauannya. Tetapi apakah untuk merasakan nikmatnya Iman dan Islam, harus menjadi kafir terlebih dahulu. Tentu saja tidak perlu dan tidak boleh. Akan tetapi mungkin ada perlunya mengetahui bagaimana orang-orang yang sebelumnya kafir menghayati dan menikmati Iman dan Islam setelah masuk ke agama islam.

Karima Kristie Burns, MH, ND dikenal sebagai perempuan dengan banyak bakat. Ya sebagai editor, penulis, guru, dan juga pakar herbalis yang dikenal dengan teknik penyembuhan alami dan islami. misalnya mengatakan ”perasaan yang hadir persis seperti orang yang baru saja menemukan kembali anggota keluarganya yang telah lama hilang”.
”Ketika saya mengucapkan kalimah syahadat itu, serasa seperti baru melepaskan beban berat yang lepas dari pundak saya. Luar biasa. Saya merasa seperti seorang bayi yang baru dilahirkan,” ujar Debbie Rogers (kemudian menjadi Aisyah) yang telah mengislamkan 30 orang keluarga dan teman-temannya setelah masuk Islam.
Adam Ibrahim (Don Trammell) seorang ahli computer setelah memeluk islam mengatakan seperti merasa “pulang kampung/rumah” setelah mengembara berpuluh tahun.

Ini adalah beberapa contoh, betapa orang yang sebelumnya bukan islam sangat menikmati hidayah keislaman yang mereka terima. Dari sini mereka umumnya memulai untuk meraup ilmu keislaman sebanyak-banyaknya lalu mengamalkan dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga sangat tekun, bahkan untuk yang sunnah-sunnah seperti zikir yang dilantunkan sebanyak-banyaknya, seakan-akan ingin mengqodha puluhan tahun kealpaannya sebelum memeluk islam. Mereka tenggelam dalam kerinduan kepada Allah yang membuncah.

Saudaraku, marilah kita mensyukuri nikmat Iman dan Islam dengan jalan berusaha untuk menikmati setiap melaksanakan kewajiban-kewajiban yang fardhu dan sunnah dan dalam meninggalkan setiap yang haram dan makruh. Dengan demikian apa yang dilaksanakan bukan hanya sekedar melepas kewajiban yang tidak memberi kesan mendalam dalam kalbu.

Saudaraku, apakah kita mengundang orang lain untuk menikmati warisan terbaik(Islam) yang kita miliki, sementara kita sendiri tidak perduli dan tidak sempat untuk menikmatinya.

Menemukan kebahagiaan dalam setiap proses

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. [51.56]

Inilah tujuan penciptaan manusia dan jin. Karena tujuan penciptaan adalah ibadah, maka setiap aktifitas yang dilakukan oleh manusia tentunya adalah ibadah. Ada ibadah yang sifatnya hubungan dengan Allah dan ada ibadah yang terkait dengan hubungan dengan alam semesta. Setiap ibadah yang dilakukan dengan niat yang baik akan memperoleh ganjaran kebaikan demikian pula sebaliknya.

Ketika membersihkan kendaraan yang akan digunakan ke kantor, itu adalah ibadah
Ketika mempersiapkan sarapan untuk seluruh keluarga, itu adalah ibadah
Ketika akan berbaring pada malam hari untuk istirahat, itu adalah ibadah
Ketika menata etalase barang-barang yang ada di toko, itu adalah ibadah
Ketika membaca iklan lowongan kerja atau membaca artikel ini, itu adalah ibadah
Ketika bangun dipagi hari sampai tidur dimalam hari, sesungguhnya adalah rangkaian dari ratusan atau ribuan ibadah. Subhanallah.

Kesadaran untuk memahami bahwa setiap aktifitas yang dilakukan adalah ibadah merupakan suatu karunia yang perlu selalu diasah. Ini akan membangkitkan energi positif yang dahsyat dalam diri sehingga apa saja yang dikerjakan menciptakan suatu harapan, suatu kebahagiaan, tidak perduli apakah tujuan usaha yang direncanakan tercapai atau tidak.

Kebahagiaan tidak diletakkan hanya pada keberhasilan mencapai tujuan sesuai yang direncakanan, tetapi kebahagiaan ada sejak awal bersama setiap tetesan keringat yang mengucur dari tubuh kita. Kenapa, karena sadar bahwa setiap tetesan keringat tersebut adalah bukti cinta dan ibadah kepada Allah Swt.

Sesungguhnya Allah menyukai hamba yang berkarya dan terampil. Barangsiapa yang bersusah payah mencari nafkah untuk keluarganya, maka dia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah Azza wa Jallah (HR Ahmad).

Saudaraku, berusahalah karena meskipun pada akhirnya tujuan akhir yang hendak dicapai tidak berhasil, tetapi anda telah berjihad, berarti anda telah berhasil meraih pujian Allah Swt. Bekerja dalam Islam bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan perut tetapi juga untuk memelihara harga diri, ibadah, martabat kemanusian yang seharusnya dijunjung tinggi. Oleh karenanya, bekerja menempati posisi yang mulia.

Barang siapa yang pada malam harinya merasa kelelahan karena bekerja pada siang harinya, maka pada malam itu ia diampuni oleh Allah S.W.T (HR Ahmad).

Saudaraku, menikmati pencapaian tujuan hanyalah sejenak, sedangkan menikmati suatu proses akan berkekalan sampai akhir hayat. Subhanallah.

Meningkatkan derajat orang tua di Surga

From: darwin malang [darwin.malang@bni.co.id]
Sent: Wednesday, June 21, 2006 11:02 AM
Subject: Meningkatkan derajat orang tua di Surga

Sahabat, beruntunglah anda kalau saat ini masih bersama dengan orang tua. Masih dapat memberikan kasih saying disaat masa-masa tua mereka, masih dapat membanggakan hasil keringat mereka yang menitis dalam prestasi anak-anaknya.

Anda juga masih diberi kesempatan untuk membalas budi baiknya, masih diberi kesempatan untuk memohon maaf atas pola laku dimasa remaja dan sesudahnya, dan yang terpenting anda masih punya kesempatan untuk memohon ridhanya atas apapun perbuatan anda terhadapnya. Sebab, bukankah Ridho Allah berada diatas Ridho orang tua?

Sahabat, apabila telah ditinggalkan orang tua, maka marilah kita selalu mengantarkan hadiah dan amal kepada mereka dengan banyak berbuat baik, menyebar salam, memberi sedekah, dan lebih mendekat kepada Allah. Dan hindarilah mengirimkan azab kepada mereka melalui sifat-sifat kita yang sukah menggiba’, ngegossip, memfitnah, mengadu domba, dan amalan-amalan setan lainnya.

Sahabat, marilah kita meningkatkan derajat kedudukan orang tua kita disurga dengan banyak mengirimkan doa dan istighfar setiap hari, setiap saat dan setiap kesempatan. Bukankah Rasulullah telah bersabda :

Sesungguhnya Allah mengangkat derajat seorang hamba yang saleh di surga. Mak dia berkata ‘Ya Allah, darimana saya mendapatkan ini semua?’ Allah menjawab, ‘Dengan istighfar yang diucapkan anakmu untukmu’ (HR. Ahmad dan Ath-Thabarani) “.

Sahabat, saatnya kita membalas jasa orang tua, karena merekalah dengan izin Allah kita bisa menjadi seperti saat ini.

Mengoptimalkan Doa

From: darwin malang [darwin.malang@bni.co.id]
Sent: Friday, June 30, 2006 2:53 PM
Subject: Mengoptimalkan Doa

Sahabat, kehidupan kita dibalut oleh doa. Tanpa doa kita sebenarnya telah mati. Harapan-harapan yang memacu sisi-sisi kehidupan kita adalah doa yang tak diucapkan. Oleh karena itu mengoptimalkan doa adalah pintu menuju sukses dan keselamatan.

Sahabat, mari kita mengevaluasi doa-doa yang kita panjatkan selama ini, apakah telah optimal atau belum. Doa sapujagat, doa yang paling agung, yang kita panjatkan setiap hari kita jadikan sebagai titik tolak untuk mengoptimalkan doa kita. ”Robbanaa aatiinaa fiddunyaa hasanataw wafil aakhirati hasanataw waqinaa adzaabannaar – Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka. ” (Al-Baqarah, 201).

Sahabat, ketika membaca doa diatas, anda meminta kebaikan di dunia dan diakhirat dan terpelihara dari neraka untuk diri anda. Apakah sekedar diri anda atau dengan segenap keluarga atau handai tolan. Doa diatas menggunakan kata ganti kami. Kami bisa berarti saya, bisa berarti saya sekeluarga, bisa berarti saya sebangsa, atau bisa juga kami seluruh kaum muslimin dan muslimat. Dengan demikian untuk mengoptimalkan doa tersebut hendaknya kami dimaknai dengan seluas-luasnya.

Sahabat, pada bahasan sebelumnya kita telah mengutip hadis berikut : “Doa seorang muslim kepada sahabatnya yang tidak ada (bersamanya) adalah mustajab. Diatas kepalanya terdapat malaikat. Setiap kali dia berdoa untuk sahabatnya malaikat tersebut berkata ‘Semoga Allah mengabulkan doamu dan bagimu juga semisalnya’” (HR. Muslim).

Dan ”Barangsiapa meminta ampunan untuk orang mukmin laki-laki dan perempuan, maka Allah akan menulis kebaikan untuknya atas kebaikan yang dimiliki oleh setiap orang mukmin laki-laki dan perempuan” (HR. Ath Thabarani).

Sahabat, dengan mengoptimalkan doa kita (salah satu contoh yang kita sebutkan diatas), sebanyak orang yang kita doakan, sebanyak itu pula banyaknya doa yang kita terima.

Berdoa untuk diri sendiri yang diperoleh hanya satu (itupun belum tentu makbul)
Berdoa untuk banyak orang sebanyak itu pula yang diperoleh.
Menghormati diri sendiri hasilnya semu
Menghormati banyak orang hasilnya kemuliaan.

Selamat mencoba

Selasa, 27 Mei 2008

Tempat yang termulia

Bertasbih kepada Allah di mesjid-mesjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, [QS, 24.36]

Ketika baru dilantik sebagai pejabat dan diberi fasilitas khusus berupa rumah jabatan, atau mungkin istana, ada perasaan terbersit dalam hati merasa mulia dan mendapatkan tempat yang mulia. Langkah pertama ketika memasukinya dapat menghapus keletihan karena kerja keras dan beban psikologis yang diderita selama menperjuangkan untuk mendapatkannya. Jangankan pejabat yang menerimanya, orang-orang lain yang datang silaturahmi atau sekedar kunjungan biasa kesana yang hanya sesaat akan merasakan keni’matan yang luar biasa.

Lalu bagaimana dengan mesjid yang adalah tempat termulia di muka bumi ini, sebagaimana disebutkan pada ayat tersebut diatas. Pastilah akan menancapkan rasa keni’matan yang luar biasa apabila kita memasukinya. Apalagi ketika memasukinya diperintahkan berwudhu untuk mensucikan diri. Dalam kondisi yang suci dan memasuki tempat yang mulia tentulah akan menciptakan suatu kedamaian, ketenangan dan ketenteraman. Ini Jaminan dari Allah SWT.

Tempat yang paling dicintai Allah di permukaan bumi ini adalah mesjid (HR. Muslim)

Mungkin muncul pertanyaan, bahwa selama ini kita sudah sering keluar masuk mesjid, tetapi yang diperoleh kadang-kadang malah rasa kecewa, ketus, perselisihan, dll yang dijumpai didalam mesjid. Jawabannya, sebenarnya sangat sederhana, usahakanlah lebih sering ke mesjid dengan mensucikan raga dan jiwa berupa wudhu terlebih dahulu. Tidak ada teori yang lebih manjur daripada praktek ini. Tentu saja harus mematuhi etika yang berlaku, etika yang mulia karena berada ditempat yang termulia.

Saudaraku, ketika kaki dilangkahkan dari rumah, maka proses pemuliaan diri dimulai, karena setiap langkah akan mengugurkan satu dosa dan menambah satu kebaikan serta meningkatkan satu derajat (hadist Muslim), mengapa? Karena kita menuju ke tempat yang mulia. Di mesjid kita mengerjakan pekerjaan yang mulia dan akan diberi ganjaran pahala yang berlipat ganda. Kemuliaan akan meliputi kita selama berada di mesjid, oleh karena itu selayaknya berlama-lama didalam mesjid.

Saudaraku, kemana lagi kita melangkah untuk merengguh kemuliaan. Kalau ke cafe atau ke mall perlu menyediakan banyak uang dan berbagai resiko, sedangkan mesjid, ada disekitar kita dan selalu merindukan kita dengan kemuliaannya.

Muliakankah diri dengan sering-sering berkunjung ke tempat (mesjid) yang mulia.

Menuntaskan Amanah

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat lalim dan amat bodoh. [QS.33:72]

Saudaraku, kita semua telah menerima amanah yang dititahkan Allah Swt dan harus siap untuk mempertanggungjawabkan amanah tsb.

Amanah sebagai pemimpin kepada yang dipimpin, amanah sebagai rakyat yang dipimpin, amanah sebagai kepala keluarga, amanah sebagai ibu rumah tangga, amanah sebagai anak-anak, amanah sebagai pengajar, amanah sebagai murid, amanah sebagai hakim, amanah sebagai tukang ojek, sebagai pedagang dan profesi-profesi lainnya. Pertanyaannya adalah apakah berbagai peran yang kita lakonkan diatas telah dilaksanakan dengan baik, sehingga ketika ditanya Allah Swt, kita sudah siap mempertanggung jawabkannya.

Lebih lanjut harus dipertanyakan pula, apakah amanah penglihatan berupa mata, pendengaran berupa telinga, gerak-gerik melalui segenap phisik tubuh, gagasan dan pemikiran, dan gerakan hati siap untuk dipertanggungjawabkan, digunakan sesuai yang digariskan oleh Sang Penciptanya.

Saudaraku, setelah diteliti, berbagai peran yang harus kita lakoni diatas tidak sepenuhnya dapat kita lakukan sesuai dengan pedoman (Alquran & As Sunnah). Apabila tidak sesuai dengan pedoman berarti peran-peran yang dilakukan tersebut akan memproduksi dosa. Ada berapa banyak peran yang menyimpang dan berapa lama sudah dijalani sebanyak itulah dosa-dosa yang tercipta dan menumpuk.

Lalu fungsi-fungsi tubuh berupa, mata, telinga, tangan, kaki, mulut, pikiran, dan hati, yang melenceng penggunaannya sesuai yang diamanahkan, juga setiap saat dengan gigih menumpuk dosa-dosa baru.

Saudaraku, sadar atau tidak, setiap hari begitu banyak dosa yang kita kerjakan, kalaulah Allah tidak Maha Pengasih, Penyayang dan Pengampun, sungguh bala bencana yang kita terima akan lebih dahsyat lagi. Oleh karena itu mari kita membenahi peran-peran kita dan mengontrol diri, dan kembali kepada Allah memohonkan ampun atas ketidakberdayaan kita.

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [QS, 39:53]

Apabila kita belum mampu menjalankan perintahNya atau meninggalkan laranganNya, misalnya belum menutup aurat, atau belum haji padahal sudah mampu, jangan mencari alasan untuk membenarkan kelakukan kita tsb. akuilah dengan jujur kemudian datanglah bersimpuh kepadaNya untuk minta ampun, dan perbanyaklah beristighfar karena Nabi sendiri beristighfar minimal 100 kali dalam sehari.

Raihlah ketenangan

From: darwin malang [darwin.malang@bni.co.id]
Sent: Wednesday, July 19, 2006 3:03 PM
Subject: Raihlah Ketenangan

Sahabat, tentunya setiap hari kita menginginkan adanya kemajuan; dalam prestasi kerja, karier, kedudukan dalam masyarakat, dan yang lebih penting lagi adalah nuansa kedekatan dengan Allah. Nah untuk untuk mempermudah jalan ke sana ada baiknya kita mencoba anjuran Imam Al Ghazali dibawah ini.

Bagi sahabat yang telah terbiasa, bahkan sudah jauh melampaui, anggaplah sebagai reminder untuk lebih memacu lagi.

Sahabat, jumlahnya yang disebutkan disini adalah sekedar perangsang atau target untuk memacu. Kalau terpaku kepada jumlah yang dijadikan patokan yang kaku malah bisa membuat bid’ah yang baru. Jadi jumlah ini tidak perlu pas, tetapi usahakan lebih banyak.

____________________________________________________________


Zikir harian anjuran Iman Al Ghazali
(Masing-masing dilafazkan 1000 kali)



Jumaat - Ya Allah (10 menit)

Sabtu - Laa ila ha il lallah (Tiada Tuhan melainkan Allah) (17 menit)

Ahad - Yaa Hayyu Yaa Qayyum (Ya Allah yang maha
hidup lagi berdiri dengan sendirinya) (15 menit)

Isnin - La hawla wala quwwata illa billahil 'aliyyil 'azhim
(Tidak ada upaya dan kekuatan melainkan dengan kuasa Allah yang
Maha tinggi dan maha besar) ( 50 menit)

Selasa - Allahumma shalli 'ala saiyidina Muhammad
(Ya Allah rahmatilah ke atas Nabi Muhammad s.a.w) (30 menit)

Rabu - Astaghfirullahal-'azhim (Aku mohon ampun
Kepada Allah yang maha besar) (20 menit)

Khamis - Subhanallahil-'azhimi wa bihamdih (Maha suci
Allah yang maha besar dan pujian kepadaNya) (22 menit)


Target : Tiga ahad dapat dilakukan secara rutine
Alternatif/ : Ahad pertama : 250 kali sehari
Step Ahad kedua : 600 kali sehari
Ahad ketiga : 1000 kali sehari


Catatan :

· Lama menit dalam kurung moderate

· Dhikir dapat dilakukan dalam perjalanan dari rumah ke kantor atau
sebaliknya, atau pada kesempatan-kesempatan lain yang lowong.

_______________________________________________________________________

Sahabat, kelihatannya agak berat, iya memang begitu, tetapi kalau dilaksanakan jauh lebih mudah. Jumlah 1000 hanyalah step dalam latihan, setelah terbiasa makin banyak makin baik

Sebabnya karena mata dan pikiran kita terlalu banyak dipengaruhi oleh resonansi yang menjauh dari titik fitrah, sedangkan hati yang menggerakkan kerja/pelaksanaan tetap punya naluri ketundukkan yang bersih.

Raihlah kasih saying Allah

Selamat!

Ikan dengan Air

From: darwin malang [darwin.malang@bni.co.id]
Sent: Wednesday, November 08, 2006 9:07 AM
Subject: Ikan dengan Air

Ucapkanlah setiap saat :


“SUBHANALLAH”


Syeikhul Islam Islam, Ibu Taimiyah berkata :

“Dzikir itu bagi manusia adalah laksana air dengan ikan”.


Tanpa air ikan menggelepar
Tanpa air ikan akan mati.

Tanpa dzikir manusia adalah bangkai berjalan
Tanpa dzikir hati manusia telah mati

Makin banyak dzikir makin banyak air kehidupan yang diraup
Makin dalam dzikir makin dalam air kehidupan yang diselami
Makin intens dzikir makin jernih air kehidupan yang dihirup

Senin, 26 Mei 2008

Mari meraih sukses

Suatu malam di Rumah Sakit Angkatan Bersenjata Riyad, Arab Saudi ada seorang pasien yang meninggal, maka seorang dokter memastikan akan kematian pasien tersebut dengan meletakkan stetoskop diatas dadanya. Tetapi apa yang terjadi sang dokter terkejut karena dari stetoskop terdengar suara ”Allahu Akbar, Allahu Akbar, Asyhadu alla ilaha illallah, ...
”Jam berapa sekarang”, tanya dokter (yang mengira waktu subuh telah masuk) kepada perawat
”jam satu malam”, jawab suster

Sang Dokter meletakkan kembali stetoskop ke dada pasien itu dan mendengarkan azan secara lengkap. Setelah ditelusuri, ternyata pasien itu semasa hidupnya adalah seorang muazzin yang sering mengkhatamkan Al Quran dan sangat menjaga lisannya dari kesalahan.

Itulah sukses (husnul khatimah) yang hakiki.

Saudaraku, apakah kita ingin juga sukses.
Bukankah Allah selalu mengundang kepada setiap hamba-Nya untuk meraih suskses, betapun hamba-Nya itu tidak memperdulikan keberadaan-Nya.
Bukankah Allah tidak pernah lelah memanggil hamba-Nya, melalui muazzin lima kali dalam sehari semalam untuk meraih kesuksesan, kemenangan.

”Haiya Alashshalah, ... Haiya Alal falah,..”
”Mari menunaikan shalat, .. . Mari meraih kesuksesan, ...”

Ya, kesusksesan hakiki adalah memenuhi panggilan shalat berjamaah di mesjid.
”Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata.” [QS, 48:1]

Ketika anda sedang bernegosiasi bernilai milyaran rupiah, dan sayup-sayup suara azan dikumandangkan dari menara mesjid, kesuksesan bukan terletak pada deal milyaran yang disepakati, tetapi kesuksesan ketika anda melangkahkan kaki ke mesjid untuk bersujud kepada-Nya.

Ketika pembeli bergelombang antri memesan barang dagangan anda, dan suara azan merayap masuk ke kiost/toko/mall dari mushallah atau mesjid terdekat, kesuksesan bukan terletak pada omset penjualan yang membumbung tinggi, tetapi terletak pada keputusan anda menutup sementara kiost/toko/mall dan menuju mesjid untuk bersujud dan mensyukuri nikmat-nikmat-Nya.

Ada yang mengatakan bahwa kesuksesan engkau capai setelah memperoleh kenikmatan dunia berupa harta, jabatan, kekuasaan, anak dan isteri yang jelita. Benar, tetapi ia hanyalah kesuksesan semu dan murahan. Sejatinya kesuksesan adalah setelah engkau mampu bersujud sepenuhnya kepada Allah.

”Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan... maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya.” (QS, 110:1 & 3)

Inilah kesuksesan dan kemenangan membanggakan. Ketika kenikmatan yang lama didambakan tercapai, ditandai dengan bertasbih dan bersujud serta memohon ampun kepada-Nya, dan digunakan untuk berjihad di jalan-Nya. Itulah orang-orang yang tinggi derajatnya di sisi Allah.