************************************************************************************************************************
Saudaraku, kalau artikel dalam blog ini bermanfaat informasikanlah kepada muslim yang lain
(Setiap kata yang mencerahkan orang lain, Insya Allah, anda akan mendapat ganjaran pahala)
============================================================================

Selasa, 30 Desember 2008

Islamic Phrase

1. When starting to do something: "Bismillahir Rahmanir Raheem."
(In the Name of Allah, the Compassionate, the Merciful.)
2. When mentioning something that will be done in the future. "Insha'llah." (If Allah wills.)
3. When praising something say, "Subhanullah." (Glory to Allah.)
4. When in pain or distress. "Ya Allah." (O Allah.)
5. When appreciating something say, "Masha-Allah." (As Allah willed.)
6. When thanking someone. "Jazakullah." (Allah reward you.)
7. When you see something bad. "a’oothubillah." (Allah protect us.)
8. When saying you're sorry to Allah for a sin. "Astaghfirullah." (Allah forgive.)
9. After sneezing or when you're happy about something. "Alhumdulillah." (Praise Allah.)
10. When meeting someone. "Assalamu 'alaykum." (Peace be upon you.)
11. Replying to the above greeting. "Wa 'alaykum assalam." (And upon you be peace.)
12. When hearing about a death or tragedy. "Inna lillahi wa inna ilayhi rajiun."
(To Allah we belong and to Him we return.)
13. When giving in charity. "Fee eemanullah." (In Allah's faith.)
14. When taking an oath. "Wallah." (I Swear to Allah.)
15. If someone sneezes and they say, "alhumdulillah," you reply with, "Yarhamakullah." (Allah have mercy upon you.) The sneezer will reply back, "Yehdikumullah" which means, "Allah guide you."

Berduka

From: darwin malang [mailto:darwin.malang@bni.co.id]
Sent: Tuesday, December 19, 2006 8:18 AM
To: Rekan-rekan TEK
Subject: Berduka

Rekan-rekan TEK

Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun

Telah berpulang ke Rahmatullah Istri Rekan kita ...., di Bekasi tgl. 18 Desember 2006

Rencana pemakaman : jam 11:00 siang


Allhumma Ya Allah, Engkau telah panggil hambamu
Dosa-dosanya telah engkau ampuni dengan rentetan penyakitnya
Engkau kurangi lagi dengan sakaratul maut
Kalau masih ada sisa-sisanya bersihkanlah dengan doa anak-anaknya
Sucikanlah dengan doa-doa kaum muslimin yang lain.


Allahumma Ya Allah,
Jadikanlah rentetan peristiwa mengingatkan kami ke halte sakarulmaut
Jadikanlah setiap kejadian mengingatkan kami akan tujuan akhir – kembali kepadaMu
Jadikanlah nafsu-nafsu kami tunduk kepada Maha Kasihmu
Jadikanlah akhir periode kami menjadi khusnul khotimah

Tahun Baru, saatnya berubah


"Barang siapa yang hari ini sama saja dengan kemarin, merugilah dia. Jika hari ini lebih buruk dari kemarin, dia celaka. Dan beruntunglah bila hari ini lebih baik dari kemarin." (Hadist)

Pesan dari hadist diatas sangat jelas, yaitu setiap hari kita harus berubah, berubah dari kebaikan ke kebaikan yang lebih baik lagi, berubah dari melalukan perbuatan dosa ke perbuatan baik. Seberapa besar perubahan yang dilakukan disitulah letaknya kualitas iman seseorang. Yang paling penting harus selalu ada perubahan, sekecil apapun bentuknya.

Perubahan yang kita alami tentunya melalui banyak peran dan media. Mungkin melalui kajian buku-buku, melalui media elektonik, melalui koran dan majalah, atau langsung dari para ulama dan ustadz, atau mungkin juga orang-orang biasa disekitar kita sehari-hari. Untuk itulah kita patut bersyukur dan bertekad untuk menjadi bagian dari mereka, menyampaikan pesan agama ini kepada siapa saja walau hanya satu kalimat atau satu ayat.

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. [QS. 103:1-3]

Sangat jelas dari ayat-ayat diatas, bahwa setiap manusia, bukan hanya para ulama, harus saling nasehat menasihati apabila ingin terhindar dari kerugian. Nasehat bisa berbentuk pesan kata-kata, tulisan, keteladanan dsb. Dan perbuatan ini tidak hanya sebatas pernah dilakukan, tetapi harus menjadi kebiasaan yang terus menerus dijalani seumur hidup. Apabila berhenti melakukannya, maka kita jatuh kembali berada dalam kerugian.

Peran yang kita ambil, tentunya disesuaikan dengan kondisi atau kedudukan kita dalam kehidupan ini, sehingga tidak ada alasan bahwa tidak mampu melakoninya. Barangkali anda pernah ke Mekah atau Madina atau mendengar, di dalam mesjid Al haram dan Nabawi, banyak jamaah yang mengantar air zamzam dalam gelas kecil kepada orang-orang yang sedang tawaf atau itikaf, atau membagi-bagi mushaf quran untuk dibaca, atau bagaimana para penjaga mesjid merapikan sandal dan sepatu orang yang sedang shalat, seperti di mesjidnya Aa Gym. Semua mereka lakukan dengan suka rela. Bukankah membantu orang yang sedang melakukan kebaikan akan terimbas juga berkah dan pahalanya kepada kita?

Pembaca yang budiman, mungkin masih ada yang bingung peran apa yang akan diambilnya. Kalau demikian ayo jangan buang-buang waktu, mari kita memperbanyak serial buletin ini, satu dua lembar, untuk diberikan ke teman, tetangga, mesjid, kantor, atau kemana saja, siapa tahu melalui usaha kita, ada orang-orang yang merasa putus asa bangkit kembali. Orang yang putus hubungan tersambung kembali. Hati yang beku kembali melunak. Hati yang lalai ingat kembali kepada Sang Maha Kekasih.

Saudaraku, pergantian tahun hijriah yang lalu, mungkin telah mambawa perubahan kepada kita, tetapi pergantian tahun ini harus lebih bermakna lagi. Targetkanlah bahwa pergantian tahun depan tidak akan menyapa kita lagi. Kita perlu amal pamungkas (khusunul khatimah)


Kamis, 25 Desember 2008

Pensiun


Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. [QS. 63:9]

Sudah berapa tahun kita bekerja keras membanting tulang mencari nafkah untuk membiayai rumah tangga dan anak keturunan kita? Dan kini sampai saatnya untuk pensiun. Mungkin harta yang diperoleh telah cukup banyak dan anak-anak juga semua telah mandiri. Mungkin juga harta belum seberapa sementara anak-anak masih perlu biaya untuk menyelesaikan pendidikannya. Apapun kejadiannya, kita telah pensiun dan orientasi pemikiran harus dirobah untuk lebih focus ke Allah seperti pada ayat tsb. diatas. Tanggung jawab untuk membiayai keluarga kalau mereka belum mandiri, tetap mutlak harus dilaksanakan, tetapi menumpuk-numpuk harta sudah saatnya harus dihentikan dan dibalik menjadi membagi-bagi harta kedalam pundi-pundi amal akhirat kita.

Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu. [QS. 63:10]

Berbahagialah, apabila diberi kesempatan sampai pensiun. Bukankah pensiun berarti anda terbebas dari rasa kebanggaan kekuasaan yang meletakkan Allah dibelakang egoisme, anda terbebas dari rasa dipertuan yang merasa bisa memutih hitamkan kehidupan seseorang, anda terbebas dari menyembah-nyembah kepada seseorang hanya karena suatu proyek. Berbahagialah, anda telah pensiun. Anda telah Merdeka. Segala masalah, usuran, persoalan, atau apapun yang terjadi dalam kehidupan ini, solusinya telah jelas, serahkan semuanya kepada Allah. Bukankah sebentar lagi anda akan menemuiNya.

Dan bagaimana dengan yang belum pensiun. Pensiunkan dirilah. Pensiun bukan berarti produktivitas berkurang, hanya lebih seimbang karena sadar pintu kematian ada didepan mata. Pensiun berarti menyadari diri bahwa kita tidak ada apa-apanya, tidak berdaya, tidak memiliki apa-apa, kecuali yang diberikan oleh Allah SWT. Kita hanyalah musafir yang menunggu untuk dipanggil masuk ke liang lahat.

Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. [QS. 63:11]

Apakah anda sekarang berumur 50 tahun, 40 tahun, 30 tahun atau berapapun, tetapi bila mendengar kata pensiun, tersirat makna harus siap untuk menghadapi kematian, maka pensiunlah sekarang tanpa perlu merubah posisi anda, produktivitas anda. Bukankah dekatnya kematian tidak ada korelasi langsung dengan umur pensiun yang ada selama ini.

Saudaraku, Kalau ingin pergi kesuatu daerah atau keluar negeri, tentu perlu mengisi tabungan sebanyak yang dibutuhkan selama di daerah tsb. menjelang keberangkatan. Sekarang anda segera berangkat ke alam akhirat, tentu harus lebih siap dan menabung lebih banyak, apalagi disana tidak ada tempat meminta pertolongan. Sekaranglah saatnya anda mengisi tabungan akhirat. Ya, sekarang. Jangan cari alasan lagi. Sayangilah dirimu.

Saudaraku, jangan berjudi dengan waktu, apalagi dengan Izrail (malaikat pencabut nyawa).

Hidayah

From: darwin malang [darwin.malang@bni.co.id]
Sent: Thursday, March 08, 2007 9:39 AM
Subject: FW: Selamat
Assalamu Alaikum Wr. Wb.


Selalu ada rasa haru dan bahagia apabila kita mendengar orang mendapat kebahagiaan, apalagi kalau kebahagiaan yang diperoleh tersebut berupa hidayah yang sangat prinsip dalam kehidupan.

Kalau kehabagiaan itu berupa materi dan popularitas, maka keterlibatan emosi kita tidak murni, malah sering terselip dalam hati kecil memberontak dan berkata mengapa bukan aku yang memperolehnya.

Selain rasa haru dan bahagia, tentu juga akan muncul rasa kagum dan hormat. Betapa tidak ybs. Telah melewati suatu perjuangan berat dan bertahun-tahun dengan rintangan yang tiada tara, barangkali juga dilingkari dengan cemohan dan ancaman, tetapi semua ia sisihkan dan mengambil suatu tekad : Berubah.

Ya, apapun alasannya, setiap hari kita harus berubah
Dan itu telah kita lakukan sampai saat ini
Barangkali kemudi dan arah perubahan yang perlu kita presisi kembali
Menuju ketitik yang pasti; keridhaan Allah Swt
Dengan menggunakan model; Muhammad Saw.

Sahabat, kita memang harus berubah
Apapun hambatannya harus dilewati
Tidak perduli;
Suami,
Isteri,
Orang tua,
teman,
karier,
Atasan.

Kalau tidak, saatnya kita menyesal
Pasti menyesal.

Wassalam

Courtesy to Juni
Juga maaf


From: Juni Kusindrijani [mailto:juni.kusindrijani@bni.co.id]
Sent: Wednesday, February 28, 2007 5:22 PM
To: 'darwin malang'
Subject: RE: Selamat

Assalamu Alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah..
Saya juga merasa sangat bersyukur dan beruntung sekali Pak..
Dulu memang pernah terbersit niat untuk menutup aurat .. suatu saat…
Tapi masih belum menentukan kapan…
Seiring berjalannya waktu.. dan banyaknya problema yang saya dan keluaraga hadapi berkenaan dengan adik saya yang sakit..
Saya merasa Allah sedang menampar saya .. mengingatkan kesombongan-2an saya..
Seolah selama ini saya nggak pernah butuh pertolonganNya..

Semakin saya terpuruk dengan kenyataan penyakit adik saya.. semakin saya bersujud memohon pertolonganNya..
Dan benar-2 Allah Maha mendengar.. Maha memberi.. segala galanya..
Saya sampai malu hati.. apapun yang saya mohon.. begitu cepat Allah kabulkan..
Apappun yang saya minta.. begitu cepat Allah beri…
Allah kirim kan orang yang senantiasa selalu mengingatkan saya untuk jangan hanya bersedih.. boleh menangis.. tapi jangan pernah berhenti meminta pada Nya..
Jangan pernah berburuk sangka pada Nya..itu selalu yang teman saya ucapkan saat saya didera kesedihan…

Disetiap kesulitan yang saya hadapi saat itu.. begitu cepat ada obatnya..
Kemudahan-2 itu juga bertubi-2 datang …
Sejak itu saya selalu memohon pada Nya.. untuk jangan biarkan ada sesuatu pun yang dapat menjauhkan saya dari dekapan Allah..
Jangan ada yang menjauhkan saya dari rengkuhan Allah..
Dan rasanya ini lah jawaban atas doa dan permohonan saya pada Nya..
Semakin hari semakin saya senang berusaha mendekatkan diri pada Nya..
Saya masih terus butuh bimbingan..

Saya mohon Bapak juga jangan segan-2 mengingatkan saya dan membimbing saya..
Terima kasih atas doa dan perhatian Bapak..
Semoga kita semua Selalu dalam pelukan Allah SWT…
Amin…

Wasalamualaikum Wr Wb.

Jumat, 19 Desember 2008

Kalimat Syahadat


Syahdan, Ibrahim al Wasithi berada di tengah padang Arafah dengan tujuh buah batu kecil di tangannya. “Hai batu, sungguh aku bersaksi bahwa tiada yang pantas dipertuhankan di dunia ini selain Allah, dan Muhammad itu utusan-Nya,” kata Ibrahim pada tujuh buah batu kecil itu.
Tatkala malam tiba, ia jatuh tertidur dan bermimpi yang membuat jiwanya terguncang. Ia melihat kiamat sudah tiba dan setelah dihisab ternyata ia masuk neraka. Segera malaikat adzab menyeretnya masuk ke pintu neraka. Setiba disana, ternyata ada sebuah batu yang menutup jalan para malaikat adzab itu. Lalu dicarinya pintu lain untuk menyeret Ibrahim al Wasithi ke dalam neraka, tapi tak ditemukan pintu kecuali dengan batu besar yang menutupinya. Ternyata batu-batu itu adalah batu-batu kecil yang menyaksikan Ibrahim saat di padang Arafah.

Kemudian batu-batu itu secara serentak bersaksi, “Kami bersaksi bahwa ia (Ibrahim al Wasithi) telah bersaksi, tiada yang pantas dipertuhankan kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasul-Nya.” Para malaikat yang mendengar itu segera melapor pada Allah tentang kejadian yang dialaminya.

Allah yang Maha Mengetahui kemudian berfirman kepada Ibrahim, “Wahai Ibrahim, batu-batu itu telah memberi kesaksian atas kesaksianmu. Mereka tidak menyia-nyiakan hakmu, lalu apa alasan-Ku menyia-nyiakan hakmu sementara Aku menyaksikan kesaksianmu sendiri.”

Setelah itu, Allah memerintahkan para malaikat untuk membawa Ibrahim ke dalam surga. Sampai di pintu surga, didapatinya pintu-pintu itu masih tertutup rapat untuknya. Kemudian terdengarlah kalimat syahadat yang dulu diucapkan Ibrahim, dan terbukalah pintu-pintu surga.

Sumber : Herry Nurdi

Kenapa harus memaafkan


Kalau kita dikecewakan orang lain tentu menyakitkan. Kalau kita disakiti orang lain tentu menimbulkan kebencian. Kalau menerima penghinaan tentu akan menghadirkan dendam. Kata orang hal ini adalah manusiawi. Ya, tetapi bukan fitrah.

Mari kita renungkan, berapa lama sakit hati akan mengisi relung-relung hati kita. Sampai mati akan tersimpan di alam bawah sadar kita, dan akan muncul ke alam sadar apabila pemicu sakit hati tersebut hadir dihadapan kita, hadir dalam pemikiran kira, hadir dalam ingatan kita. Bagaimana kalau sedang berekreasi dengan keluarga, tiba-tiba ia muncul, bagaimana kalau anda sedang konsentrasi untuk mengambil keputusan yang penting, tiba-tiba ia muncul. Semuanya itu sangat mengganggu kenyamanan yang sedang dinikmati.

Energi yang dibutuhkan untuk marah, sedih, sakit hati, sangat mengurangi ketahanan fisik manusia sehingga menurunkan produktivitas selama kondisi tsb belum pulih kembali. Ketika seseorang marah memuncak, otot-otot tubuh menegang, detak jantung meningkat, tekanan darah naik, dan pernafasan menjadi sesak, kestabilan emosi akan kacau.

Dapat dibayangkan berapa banyak kerugian yang harus kita alami apabila kondisi emosional ini tidak secepatnya dinetralisir. Kerugian dari sisi finansial terjadi karena kita tidak focus dan maksimal dalam bekerja. Dari segi fisik, akan cepat menimbulkan kelelahan sehingga mudah dihinggapi penyakit dan stress. Kerugian akan semakin menumpuk kalau sumber yang menyebabkan kemarahan, kebencian, dan dendam dari banyak orang dan peristiwa serta kondisinya tidak diselesaikan berhari-hari atau berbulan-bulan.

Hal ini dapat diillustrasikan seperti orang yang menyimpan kentang busuk dalam tas yang selalu dibawa kemana-mana. Setiap muncul perasaan marah, benci, dendam maka kentang busuk dalam tasnya bertambah lagi, dan kentang busuk yang ada dalam tas tidak pernah dikeluarkan, tentunya sangat menyebalkan untuk membawanya kemana-mana setiap saat.

Saudaraku, kata kunci untuk mengakhiri penderitaan dan kerugian tersebut adalah hanya dengan kata ”maaf” . Ya, dengan memaafkan sumber yang membuat emosi kita terganggu dengan ikhlas dan tanpa prasyarat. Ini bukan perkara membantu atau menolong orang lain, tetapi untuk menyelamatkan dan kepentingan diri kita sendiri. Apakah kita mampu dan kuat membawa berton-ton kentang busuk di pundak kita?

Apakah ada orang yang mampu semudah itu memaafkan seseorang yang telah mengoyak-ngoyak harga diri dan kehidupannya?

Saudaraku, ini bukan perkara mampu atau tidak, tetapi masalah kehidupan kita sendiri, apakah mau membawa kentang busuk kemana-mana selamanya atau mengisi kehidupan kita dengan butiran-butiran mutiara. Mutiara kehidupan ada didalam lautan ke’maaf’an.

Saudaraku, mudah-mudahan hadist berikut ini dapat membantu kita memaafkan sesama dengan ikhlas apapun kesalahannya ”Kalian tidak akan beriman kecuali kalian saling mencintai. Maukah kutunjukkan kepada kalian sesuatu yang bila kalian kerjakan kalian saling mencintai? Sebarkan salam di antara kalian.” (HR. Muslim).

Jumat, 12 Desember 2008

Orang Kafir Pasti Kalah


"Kul lilladzina kafaruu satughlabuuna wa tuhsyaruuna ilaa jahannam, wa biksalmihaad" (Ali Imran, 12)

Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: "Kamu pasti akan dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring ke dalam neraka jahannam. dan Itulah tempat yang seburuk-buruknya".

Wahai saudaraku, janglanlah silau melihat keadaan orang-orang kafir, yang kelihatan hidup dengan senang, glamour, kaya dan memandang enteng terhadap keadaan kita. Di segala medan nampaknya mereka mendominasi, opini, pengaruh, lobby, dan kehidupan disegala bidang. Semua itu hanya dalam pandangan yang semu. Kalau kita dapat menyelam kedalam lorong dan relung hatinya, sesungguhnya didalamnya adalah kosong gersan dan penuh kegelisahan.

Bersabarlah, jangan terpengaruh dengan kemerajalelaan mereka, apalagi terbawa gaya hidup mereka. Kita memiliki sesuatu yang mereka tidak miliki. Itulah sebabnya mereka selalu memerangi kita. Mereka tidak punya IMAN, dan kita punya. Yang mereka miliki hanyalah remang-remang ketidakpastian yang menyebabkan mereka selalu bimbang dan limbung.

Bersabarlah, mereka pasti kalah.

Tikungan hidup


Di dekat rumah kami ada suatu tikungan, sebenarnya pertigaan, saya namakan ‘tikungan hidup’ karena di sana terjadi beragam kegiatan yang memberikan banyak makna bagi sisi kehidupan orang yang meliwatinya

Untuk memulai warna kehidupan di sana, saya tampilkan seorang yang mungkin dialah yang memulai kehidupan di sana setiap paginya, Wijaya, sebutlah namanya seperti itu. Dia hadir di sana sebelum azan subuh berkumandang dari menara mesjid-mesjid disekitarnya. Dia hadir di sana tidak perduli dalam keadaan hujan atau terik, demi untuk menjaga dan memlihara kekuasaannya yang panjangnya + 500 meter. Anda tahu kan, ya ia adalah petugas kebersihan. Kadang-kadang saya merasa sangat kecil dihadapannya apabila melihat pada dedikasinya yang luar biasa tersebut. Sudah bertahun-tahun dan tidak pernah luntur pengabdiannya. Apabila berbagi rezeki dengannya, dia akan mendoakan dengan tulus dengan doa yang panjang dan fasih. Kekurangannya adalah berkali-kali saya ajak shalat, termasuk shalat jumat, tetapi selalu alasan dengan tugasnya yang harus diselesaikan. Mudah-mudahan suatu ketia hatinya terbuka mendapat hidayah.

Tamu kedua yang sering menyinggahi tikungan tersebut, adalah orang-orang yang dilupakan masyarakat, bahkan mungkin mereka telah melupakan dirinya sendiri. Orang-orang yang tidak sadar akan kesadarannya karena beratnya perjuangan hidup. Apakah mereka datang ke ‘tikungan hidup’ ini untuk berusaha agar dirinya yang saat ini terabaikan oleh kehidupan untuk hidup kembali dengan harapan-harapan yang nyata. Yang jelas mereka datang ke sini dengan kondisi sendiri-sendiri. Ada yang masih berbusana ‘pantas’ dengan status yang masih orientasi lingkungan, tetapi sudah disorientasi kesadaran. Ada yang antara busana dan badannya tidak dapat dibedakan lagi. Ada yang sudah doyan berkoteka ala Jakarta, saingan koteka ala papua,dan yang paling top adalah yang tak punya apa-apa lagi, bahkan pakaian penutup kehormatan terakhir. Mungkin karena mereka tidak mengenal kehormatan lagi. Kalau disodorkan mekanan mereka kembali ke fitrahnya lagi.

Alhamdulillah, di sini paling sering dijumpai orang-orang jujur, orang yang tidak malu mengakui ketidaktahuannya. Mereka yang sadar butuh tuntunan, agat kehidupan dan perjalanan selanjutnya lebih terarah dan efektif. Mereka terdiri dari berbagai golongan dari pejalan kaki sampai pengendara mobil bagus, dari luar kota juga dari daerah Jakarta sendiri. Pertanyaan atau tuntunan yang mereka ajukan umumnya juga tidak sulit. Pak Wijaya, tukang kebersihan diatas, paling sering memberikan tuntunan. Syaratnya, arah atau wilayah yang ditanyakan diketahui lokasinya, mungkin karena pernah kesana atau tahu dari Peta. Ada kepuasan tersendiri apabila dapat memberi arahan atau bantuan, tetapi juga ada kekewaan apabila tidak dapat membantu mereka.

Penghuni atau pengguna yang paling heboh di ‘tikungan hidup’ ini, terutama pada saat-saat kampanye, adalah attribute para pendamba ‘kerajaan senayan’. Disini ada perlombaan spanduk dari bibir bumi sampai puncak-puncak tembok dan tonggak-tonggak bambu, bahkan sampai ke puncak pohon randu yang tumbuh dekat tikungan. Kadang-kadang juga saling tumpang tindih dan ke depan membelakangi yang lain. Untung saja belum ada bentrok yang terjadi. Kalau bukan attribute kampanye juga sering dijumpai spanduk dan baliho produk-produk baru dan tabloid terbitan pekanan, turut meramaikan dan mencemari daerah ini

Meskipun sebenarnya ‘tikungan hidup’ ini cenderung sepi, tetapi masih banyak aktivitas lain yang mewarnai dan memaknai tempat ini. Seperti; tukang ojek yang sering nongkrong meskipun kelihatan ogah-ogahan, penjual pikulan yang istirahat di pinggiran trotoar, agak kedalam sedikit mangkal penjual ikan segar, persis dekat tikungan beberapa penjual bubur yang membakar perapiannya setiap pagi, atau galian kabel yang selalu muncul merusak trotoar dan kenyamanan pejalan kaki dan lain-lain yang tidak sempat disebutkan semua disini. Inilah komunitas ‘tikungan hidup’ yang menjadikan daerah ini bergairah dan bermakna setidaknya menurut yang saya lihat.

Tikungan ini saya lalui minimal dua kali dalam sehari, kalau tidak ada acara alias di rumah saja, saya lewati daerah ini bisa sampai delapan kali dalam sehari. Dari perlintasan tersebut penghuni yang paling sering saya jumpai adalah pak Wijaya.

Kenangan ini sebenarnya belum selesai, karena di tikungan hidup selalu memprodusir kenangan yang baru selama masih berintegrasi dengannya. Ya sekian saja dulu.

Rabu, 10 Desember 2008

Prosesi Agung

Maka prosesipun dimulai dengan panggilan Allah; Haiiya Alal falaah : marilah meraih kemenangan, kesuksesan. Lalu Siapa yang tidak menganggap kemenangan, siapa tidak menganggap kesuksesan kalau yang mengundang adalah Allah.

Sang hambapun mengawali dengan mengambil air wudhu di rumahnya dengan sesempurna mungkin dan diakhiri dengan membaca doa ”Asy hadu alla ilaha illallah wah dahu la syarika lahu, wa asy hadu anna muhammadan abduhu wa rasuluhu”, sebab Umar bin Khattab meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda ”Delapan pintu surga dibuka dan bebas dimasuki dari pintu mana saja oleh orang yang menyempurnakan wudhunya kemudian membaca doa tersbut” (HR. Muslim)

Kemudian berjalan kaki ke mesjid dengan tenang tidak tergesah-gesah sambil membaca zikir dan doa untuk melaksanakan shalat berjamaah, meraih karunia dan pahala dari Allah.

Dari Abdullah bin Mas’ud ra. Bahwasanya Rasulullah Saw bersabda ”Tidaklah seseorang yang bersuci dengan sempurna dirumahnya kemudian pergi ke mesjid(shalat berjamaah), melainkan dengan setiap langkah yang ditempuhnya, Allah akan mencatat satu kebaikan untuknya, meninggikan derajatnya satu tingkat (di surga) dan menghapuskan satu dosanya.” (HR. Muslim).

Ketika masuk ke mesjid membaca doa masuk mesjid, lalu melakukan shalat sunah tahiyatul masjid dan shalat-shalat sunah lainnya. Sekali lagi merengkuh karunia dan pahala dari Allah.

”Shalat sunnah dua rakaat sebelum shalat subuh itu lebih baik dari pada dunia seisinya” (HR. Muslim) Shalat sunah rawatib yang lain, insya Allah bedanya tidak terlaluh jauh.

Shalat jamaah mengikuti iman dengan tertib dan khusuk

Dalam sebuah hadist Rasulullah s.a.w. bersabda "Shalat Jamaah lebih utama dua puluh tujuh kali dibanding shalat sendiri" (H.R. Bukhari Muslim dll.).

Sebelum kembali ke rumah, sempat menjalin silaturrahim dengan jamaah yang lain, karena Rasulullah saw bersabda ”Orang yang ingin rezekinya dilapangkan atau umurnya dipanjangkan,hendaklah dia menyambungkan tali silaturrahim”(HR. Bukhari-Muslim).

Sebelum berpisah Berjabat tangan (sesama lelaki) karena Nabi saw bersabda ”Tidaklah dua oang muslim yang bertemu lalu berjabat tangan, melainkan diampuni dosa-dosa mereka sebelum berpisah”. (HR. Abu Dauwud) Hadis hasan.

Saudaraku, adakah upacara, adakah prosesi yang sedahsyat ini dalam kehidupan kita sehari-hari. Sungguh suatu berkah dan anugerah berkelimpahan yang disediakan Allah kepada kita untuk diraih dengan usaha yang tidak ‘susah-susah amat’, dan dapat diperoleh lima kali dalam sehari. Sungguh luar biasa. Terima kasih ya Allah atas anugerahMu ini.

Sungguh ini hanyalah hal sepele bila ingin menganggap seperti itu. Kalau iman sudah mati!!!

Sabtu, 06 Desember 2008

Membangun kepedulian


Tidak disebut Mukmin yang sempurna keimanannya orang yang tidak menganggap bala itu ni’mat dan kemewahan itu musibah (bala) (HR.At-Tabrani)

Akhir-akhir ini kita banyak mendengar diberitakan kisah seorang guru madrasah, namanya: Maryudi, 36 tahun, seorang guru ngaji anak-anak di Kampung Nangela, Desa Jagabita, Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor. Yang mengagumkan ia hanya memungut bayaran sebesar Rp. 100,- per minggu kepada setiap anak didiknya yang berjumlah 50-an anak. Ini berarti bahwa setiap bulan ia hanya menerima 25000, itupun kalau semua anak rutin membayarnya. kenyataannya sebagian besar anak tidak melunasi karena kesulitan ekonomi di daerah tsb. Penghasilan sebesar itulah yang digunakan untuk menghidupi isteri dan 5 anak-anaknya, selain penghasilan dari upah buruhan sebagai petani yang tak punya tanah garapan sendiri.

Kalau kita cermati, orang-orang tangguh seperti Maryudi ini banyak terdapat disekitar kita, cuma tidak terekpos ke media. Sungguh mereka menjadi sumber inspirasi dan pelajaran yang sangat berharga, mereka memiliki kepedulian kepada orang lain yang tinggi meskipun mereka dililit kesulitan yang luar biasa. Mereka sangat menyadari sabda Nabi SAW bahwa "Sebaik-baik manusia ialah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya."

Memikirkan kehidupan kadang-kadang membawa kita kesituasi yang ’serba perhitungan’ kata orang, sehingga membunuh fitrah kita yang dilandasi kasih sayang dan suka tolong menolong. Akal kita tidak bisa menjangkau kondisi-kondisi yang dialami seperti Maryudi diatas dan Maryudi-Maryudi lain ditengah-tengah kita.

Dan tidak ada suatu binatang melata (dan manusia) pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi/menjamin rezekinya [QS.11:6]

Dan berapa banyak binatang (dan manusia) yang tidak dapat mengurus rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya (QS. 29:60]

Kita sering membaca atau mendengar ayat-ayat tsb. diatas, tetapi masih susah untuk memaknainya. Kita lebih yakin dan percaya terhadap perhitungan atau prediksi kita sendiri.

Saudaraku, saatnya kita melakukan revolusi pemikiran kedalam diri sendiri yang lebih mengandalkan pengetahuan kita yang hanya secuil, kepada petunjuk-petunjuk Allah yang jelas dalam Al Quran dan sunnah RasulNya. Yang jelas tidak akan salah perthitungannya. Tentu saja hal ini tidak mudah, tetapi dengan banyak membaca dan berpikir serta merenungkan pengalaman-pengalaman seperti Maryudi diatas dan membangun kepedulian sesama, insya Allah kita akan sampai kesana.

Kebahagiaan yang langgeng adalah kebahagiaan atau kepuasan yang dicapai melalui banyak pengorbanan diri (momentum yang tepat pada idul qurban ini ), yang dilandasi kepada rasa keimanan yang kuat kepada Allah, untuk membahagiakan orang-orang lain, sedangkan kebahagiaan yang dinikmati hanya dengan memuaskan diri sendiri kehadirannya tidak akan bertahan lama. Yakinlah, Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji. (QS.3:9)