************************************************************************************************************************
Saudaraku, kalau artikel dalam blog ini bermanfaat informasikanlah kepada muslim yang lain
(Setiap kata yang mencerahkan orang lain, Insya Allah, anda akan mendapat ganjaran pahala)
============================================================================

Rabu, 29 September 2010

Sue Watson: Misionaris yang Kini Menyerahkan Hidupnya untuk Islam

Rabu, 29 September 2010, 17:02 WIB

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--''Apa yang terjadi padamu?'' Pertanyaan itu kerap diterimanya ketika bertemu mantan teman-teman sekolah, teman dan pendeta ketika mengetahui dirinya telah memeluk Islam. Mereka heran dan tak habis pikir mengapa Sue Watson, seorang profesor, pendeta, dan misionaris, yang pantas disebut sebagai fundamentalis radikal, kini telah menjadi seorang Muslimah.

Tapi itulah jalan hidup. Hidayah menghampiri Watson, membuatnya menjadi tertarik pada Islam, dan akhirnya memeluk agama yang diturunkan melalui Nabi Muhammad SAW ini. Semua itu bermula ketika ia baru saja lulus dari pendidikan pasca sarjana. Lima bulan setelah mendapatkan gelar Master of Divinity (Ketuhanan) dari sekolah seminari ternama, dia bertemu seorang wanita yang pernah bekerja di Arab Saudi dan telah memeluk Islam.

Jiwa misionarisnya muncul. Dia pun coba bertanya-tanya kepada wanita itu dengan maksud menjalankan misi kristennya. Kepada wanita itu, Watson bertanya tentang perlakuan Islam terhadap wanita. ''Saya terkejut dengan jawabannya. Jawaban itu bukan yang saya harapkan, jadi saya bertanya lagi tentang Tuhan (Allah SWT) dan Muhammad,'' ujarnya. Namun wanita itu tidak mau menjawab pertanyaan tersebut. Wanita itu justru mengajak Watson untuk berkunjung ke Islamic Center karena di sana ada orang yang bisa menjawab pertanyaan itu dengan lebih baik.

Selama delapan tahun, Watson kuliah di sekolah teologi. Sebagai seorang penganut Kristen yang taat, dia memandang Islam sebagai agama setan. Dalam setiap doanya, dia meminta kepada Yesus agar dilindungi dari roh-roh jahat. Namun setelah peristiwa di atas dan dia kemudian berdialog di Islamic Center tersebut, dia seperti mendapatkan pandangan lain tentang Islam. ''Saya cukup terkejut dengan pendekatan mereka (umat Islam), karena langsung dan lugas. Tidak ada intimidasi, pelecehan (terhadap agama lain), dan tak ada manipulasi psikologis,'' kisahnya.

Bahkan, Watson menceritakan, ulama atau ustadz di Islamic Center itu menawarkan dirinya untuk mempelajari Alquran di rumahnya. ''Ini seperti studi tandingan untuk Alkitab. Saya tak percaya, mereka kemudian memberikan beberapa buku mengenai Islam dan mengatakan jika saya memiliki pertanyaan maka mereka akan bersedia menjawabnya di kantor,'' katanya.

Malamnya, Watson langsung membaca semua buku itu. Itulah untuk kali pertama, dia membaca buku tentang Islam yang ditulis oleh seorang Muslim sendiri. Selama ini, dia hanya membaca buku-buku mengenai Islam yang ditulis oleh orang Kristen. Keesokan harinya, dia kembali menemui Ustadz itu untuk menanyakan beberapa hal mengenai Islam yang didapatnya dari membaca buku itu. Hal itu terus terulang setiap hari selama sepekan. Hingga tanpa terasa, dia telah membaca sebanyak 12 buku dalam tempo sepekan itu.

Dari situ, dia mulai memahami mengapa Muslim itu merupakan orang yang paling sulit di dunia ini untuk diajak memeluk Kristen. ''Mengapa? Karena tak ada lagi yang bisa ditawarkan kepada mereka (Muslim). Islam mengajarkan hubungan dengan Tuhan, pengampunan dosa, keselamatan, dan janji kehidupan yang kekal,'' paparnya.

Selama menjalani proses dialog itu, secara alamiah, pertanyaan pertamanya terpusat kepada Allah, Tuhan-nya umat Islam. Siapakah Allah yang disembah kaum Muslim ini? Sebagai seorang Kristen, dia diajarkan bahwa Allah itu merupakan Tuhan palsu. Namun setelah membaca buku Islam dan berdialog, dia baru mengetahui bahwa Allah itu Maha Kuasa, Maha Mengetahui, dan Allah itu Esa. Tak ada Tuhan lain yang mendampingi Allah.

Lantas, pertanyaan penting tentang Muhammad. Siapa ini Muhammad? Dia baru mengetahui bahwa umat Muslim tidak berdoa kepada Muhammad, seperti orang Kristen berdoa kepada Yesus. Dia (Muhammad) juga bukan seorang perantara, sehingga dilarang berdoa kepadanya. Dia pun mengetahui bahwa umat Islam juga percaya pada Yesus sebagai seorang nabi seperti Muhammad. Menurutnya, banyak kesalahpahaman dari penganut Kristen tentang Islam.

Tanpa disadarinya, dia mulai mengakui kebenaran Islam. ''Tapi saya tidak beralih memeluk Islam pada waktu itu juga karena saya belum percaya sepenuhnya di dalam hati. Saya terus pergi ke gereja, membaca Alkitab, tapi di satu sisi juga belajar Islam di Islamic Center. ''Saya benar-benar meminta petunjuk Tuhan, karena tak mudah untuk pindah agama. Saya tak mau kehilangan keselamatan,'' ucapnya.

Dua bulan setelah proses pengenalannya tentang Islam, Watson masih terus meminta kepada Tuhan agar diberikan petunjuk. Hingga akhirnya, suatu ketika, dia merasakan ada sesuatu yang jatuh meresap ke dalam dirinya. ''Saya lantas terduduk, dan itulah untuk kali pertama saya menyebut nama Allah SWT. Ada kedamaian yang dirasakan. Dan sejak itu, empat tahun lalu hingga sekarang, saya percaya bahka Engkaulah satu-satunya Tuhan dan hanya Engkau Tuhan yang sesungguhnya,'' tuturnya.

Keputusannya memeluk Islam bukannya tanpa risiko. Setelah menjadi mualaf, Watson dipecat dari pekerjaan sebagai pengajar di dua Perguruan Tinggi Kolese, dikucilkan oleh mantan teman-temannya di sekolah Teologi dan sesama profesor teologi, dan tidak diakui lagi oleh keluarga suaminya. Pilihannya itu juga disikapi negatif oleh anak-anaknya yang sudah dewasa dan dicurigai oleh pemerintahnya sendiri.

''Tanpa adanya kekuatan iman, mungkin saya sudah tak sanggup menghadapi itu semua,'' ujarnya. ''Saya sangat berterima kasih kepada Allah SWT yang telah menjadikan saya sebagai Muslim. Dan saya berharap hidup dan mati sebagai Muslim.''

Mantan misionaris yang kini telah bergantii nama menjadi Khadijah Watson itu, sekarang bekerja sebagai seorang guru untuk melayani kalangan perempuan di salah satu pusat dakwah di Jeddah, Arab Saudi.

Kamis, 23 September 2010

My Facebook 23 Juli to 21 September 2010


Saudaraku, berita bagus yang pingin memperbanyak pengetahuan melalui hadist. Ini ada website Hadist online (Lidwa.com) meliputi sembilan Imam hadist

Salah satu petikan hadist :
Anas bin Malik berkata, "Nabi Saw ...tidak pernah mengangkat tangannya saat berdoa kecuali ketika berdoa dalam shalat istisqa'. Beliau mengangkat tangannya hingga terlihat putih kedua
ketiaknya." HR. Bukhari

21 September 2010 pukul 21:12 •

malam seribu bulan menantimu
datanglah ke rumahNya dengan seribu usaha
singkirkan halangan dengan seribu harapan
benamkan rintangan dengan seribu tasbih
dan mulailah melangkah dengan pasti
...malam ini suadaraku, tidak ada sesuatu yang lebih berharga
kecuali mendekat kepadaNya

30 Agustus jam 14:15 •

Untuk memperoleh keberkahan maksimal ramadhan harus melalui aksi/amal. Puncak amal adalah melalui shalat. Mari tekadkan dalam ramadhan "sehari shalat 50 rakaat". Hitungannya : Fardhu=17 rakaat, sunnah rawatib=18 rakaat, tharawih/tahajjud/witir=11 rakaat, dhuha=4 rakaat. Apakah bisa? Bisa...bisa..bisa!

09 Agustus jam 21:28 •

Masih ingat persiapan para pelatih dan masing-masing tim nasional negara para peserta pilala dunia yg baru lewat. Lihat betapa rapi, sistematis dan siap dalam countdown even tsb. Kita harusnya lebih rajin, terencana dan siap menghadapi countdown kita masing-2, walaupun waktunya kita tidak tahu, tetapi ia adalah point o...f no return. Ayo menjelang ramadhan lebih serius menata countdown kita masing-masing. Kita bisa!

29 Juli jam 23:05 •

Langkah pertama yang perlu ditanamkan dalam beribadah ialah bahwa segala perbuatan yang kita lakukan adalah untuk keuntungan atau kerugian diri sendiri.
"Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri
dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri"
(QS. al-Isra' (17) : 7)

23 Juli jam 22:54 •



Indahnya mudik


.. dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memikirkannya? [QS. 12.109]

Ada suatu kegembiraan yang sulit digambarkan dialami oleh orang-orang yang mudik. Mulai dari persiapan, diperjalanan hingga sampai di tempat tujuan. Karena perasaan senang yang memuncak itulah sehingga apapun rintangan yang dihadapi tidak akan membuat mereka surut kebelakang.

Motivasi yang kuat, nyali yang besar dan tekad yang kokoh ini tentunya dilatarbelakangi oleh suatu tujuan besar dan agung, paling tidak menurut masing-masing para pemudik ini. Diantaranya yang paling menonjol adalah sitaturrahim di kampung halaman dengan orang tua, saudara, kerabat atau sahabat lainnya. Tujuan lain seperti mengenang masah kecil, memperlihatkan keberhasilan dan tujuan-tujuan lainnya.

Mudik mempererat persaudaraan, memperkokoh kebersamaan dan memberi kepuasan secara emosional dan spiritual terhadap jiwa, yang terhadap kosong oleh kehidupan sehari-hari di kota-kota besar, sehingga meskipun menguras tenaga dan keuangan tetap saja menjadi dambaan bagi banyak orang setiap tahunnya.

Saudaraku, apakah spirit mudik ini dapat kita aplikasikan untuk Mudik Besar yang bakal dijalani, dimana mudik ini akan kita jalani hanya sekali dan tidak berulang lagi? Kalau mudik tahun ini belum memberikan kepuasan yang maksimal, tahun depan kemungkinan masih dapat dilakukan dan dapat disiapkan dengan perencanaan yang labih baik.

Ketika mudik tahunan (mudik kecil) dilakukan persiapan dengan sangat hati-hati dengan pengorbanan waktu, tenaga dan uang yang cukup banyak, tetapi kenapa kaki ini sangat berat melangkah ke masjid yang tidak jauh dari rumah pada saat azan dikumandangkan. Bukankah ini merupakan persiapan terbaik untuk Mudik Besar?

Setahun bekerja mencari nafkah kita habiskan pada saat mudik, hendaknya sepanjang hidup kita bekerja digunakan persiapan Mudik Besar. Kalau mudik kecil hanyalah senda gurau maka Mudik Besar itulah sesungguhnya kehidupan yang abadi.

Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? [QS. 6:32]

Apabila mudik, biasanya kita bersama-sama dengan orang lain; keluarga, sahabat, teman sekerja, se professi dst., sehingga apabila menghadapi kesulitan banyak orang lain yang siap membantu. Berbeda dengan Mudik Besar, kita pulang sendiri dan tidak ada siapapun yang dapat membantu kecuali persiapan kita sebelum mudik, berupa amal ibadah.

Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri. [QS. 19:95]

Saudaraku, gunakanlah spirit mudik untuk mempersiapkan mudik terakhir kita. Mengapa kita sanggup berbuat dengan maksimal untuk merengguk setitik embun, sedangkan lautan kebahagian yang abadi menggunakan tenaga setengah-setengah?


Menuju cinta

"... Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan” [QS. 49: 7]

Suatu hari seorang putri menulis catatan di kertas putih dan meletakkannya di dapur, di tempat ibu selalu membuatkan makanan untuk anggota keluarganya. Daftar catatan sang putri memuat: ongkos mencuci piring Rp 25.000, ongkos menyapu Rp 25.000, ongkos menjaga adik Rp 25.000, ongkos belanja ke took Rp 25.000, ongkos merapikan tempat tidur Rp 25.000,….. total ongkos Rp 250.000. Ketika ibu melihat catatannya, dia tersenyum dan membuat catatan dibelakang kertas: ongkos mengandung selama sembila bulan – gratis, ongkos ngidam – gratis, ongkos tidak bisa tidur dengan posisi yang baik – gratis, ongkos mencuci kotoran dan popok – gratis, ongkos begadang – gratis,….. total – gratis. Selesai sang putri membaca catatan ibunya, ia mencoret satu persatu catatannya dan dibagian bawah ditulis: lunas. Ketika ibu membaca lagi catatannya, sang putri datang dan merangkul ibunya seraya berucap “Ibu, aku mencintaimu”

Apakah sang putri dapat membalas budi dan ketulusan ibunya dengan segala kemewahan yang dihadirkan, dengan segala pelayanan yang diberikan? Semua hal itu belum dapat mengimbangi apa yang diberikan ibunya. Tapi dengan cinta membuat segalanya menjadi lain.

Seorang hamba Allah yang saleh, menyembah selama 500 tahun, diperintahkan masuk surga dengan rahmat Allah. Sang hamba protes dan merasa berhak masuk surga karena amalnya. Maka dilakukanlah perhitungan, ternyata ibadahnya tidak seberapa dibandingkan dengan ni’mat yang diberikan Allah kepadanya.

Sebelah mata, berapa banyak anda menghargainya, shalat tahajjud setiap malam? Sebelah telinga, dengan dhuha setiap hari? Sebelah tangan, dengan puasa daud? Sebelah kaki, dengan umrah setiap bulan? Segenap muka dan kepala, dengan shalat fardhu berjamaah setiap waktu?. Seandainya anda dapat melakukan semua itu tetap saja belum sebanding dengan apa-apa yang telah dianugerahkan Allah kepada Kita, belum lagi ni’mat-ni’mat diluar tubuh kita. Udara, air, cahaya, tanah, tumbuh-tumbuhan, planet, bintang, semuanya disediakan untuk manusia dengan gratis. Lalu bagaimana mungkin kita tidak bisa bersyukur?

Saudaraku, banyaklah-banyaklah merenung untuk menafakkuri begitu banyak ni’mat yang kita perolah, mudah-muhahan kita mendapat rahmat sehingga tumbuh cinta-mahabbah dalam diri kita kepada Allah. Lihatlah sang putri, seorang anak kecil, setelah mendapat pencerahan yang singkat dan sederhana kecintaannya yang tulus muncul dari sanubarinya.

Ramadhan yang berlimpah keberkahan dan kemuliaan adalah sarana yang Allah berikan kepada kita untuk memupuk cinta. Ganjaran spektakuler yang dijanjikan melalui ramadhan adalah jalan-jalan cinta. Ketika cinta sudah bersemi dalam suasana dan saat kapan pun pengabdian akan tetap tumbuh dan berkembang dengan baik, karena ibadah-ibadah itu adalah pernyataan cinta seorang hamba kepada Allah.

"Ya Allah, aku memohon kepada-Mu untuk mencintai-Mu, mencintai siapa saja yang mencintai-Mu, serta mencintai perbuatan yang mengantarkan aku untuk mencintai-Mu." (HR. Tirmidhi)


Minggu, 05 September 2010

Menuju kemenangan

Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh maka Tuhan mereka memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya (surga). itulah keberuntungan yang nyata. [QS. 45:30]

Bagi seorang mukmin kemenangan atau kesuksesan diperolah jika mampu mengabdi kepada Allah secara lebih baik dan lebih banyak dari waktu-waktu sebelumnya. Pengabdian yang berarti mentaati perintah dan menjauhi laranganNya. Suatu ukuran atau parameter yang sangat sederhana dan dapat dirasakan setiap orang mukmin.

Kalau kemenangan atau kesuksesan kita letakkan sebagai pencapaian harta yang banyak, atau karier yang menanjak, pengikut yang banyak, maka kita mendistorsi kemenangan dengan jarak yang pendek, sependek pandangan mata, sependek pendengaran, dan sependek umur kita. Artinya kemenangan atau kesuksesan diukur berdasarkan materi, suatu hal yang tidak pernah membuat manusia bahagia. Bukankah kebahagiaan sifatnya immaterial.

Seberapa besar kemenangan yang kita raih, adalah sebesar dan sebanyak pengabdian yang kita lakukan. Apakah kita siap memperoleh kemenangan. Sangat tergantung kepada kita sejauh mana kemauan untuk melakukan perbaikan dan perubahan, dan hal ini semua orang dapat melakukannya. Untuk menjadi orang kaya tidak semua orang bisa, untuk menjadi terkenal, tidak semua orang bisa, untuk menjadi pejabat, tidak semua orang bisa, tetapi untuk menjadi orang baik dan pemenang semua orang bisa. Dan jalan yang terbaik untuk mencapainya adalah dalam bulan ramadhan.

Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? [QS. 4:125]

Setelah menuntaskan puasa dengan baik sebagaimana yang dijanjikan Allah: menjadi manusia yang takwa, maka kita berhak merayakan idul fitri, sebagai kemenangan yang besar. Idul fitri sebagai pentasbihan perubahan-perubahan besar yang dilakukan dalam bulan ramadhan, karena kita tidak akan memperoleh perubahan yang besar, sebaik dalam bulan ramadhan.

Kata kunci untuk penopang keberhasilan menuju kemenangan adalah kemampuan menahan godaan nafsu dan setan yang tercermin dalam sifat cinta dunia; harta, wanita dan tahta. Dalam bulan ramadhan kecenderungan ini lebih mudah dikendalikan, itulah sebabnya kalau dalam bulan ramadhan tidak dapat dikendalikan maka pada bulan lain lebih mustahil bisa dilakukan.

Saudaraku, mari kita jadikan ramadhan benar-benar sebagai bulan kemenangan dan kesuksesan. Dalam sejarah Islam, banyak kemenangan dicapai dalam bulan ini, seperti; perang badar pada 17 di bulan Ramadhan tahun 2 H, penaklukan kota Makkah 21 bulan Ramadhan tahun ke-8 H, Thariq bin Ziyad masuk ke Spanyol pada 28 Ramadhan tahun 92, Shalahuddin Al-Ayyubi membebaskan masjid Al-Aqsha Ramadhan tahun 658 H, bahkan proklamasi 17 Agustus 1945 RI terjadi saat bulan Ramadhan. Dan Saudaraku, hendaknya ramadhan ini juga dapat menaklukkan nafsu kita untuk memperoleh kemenangan besar.