************************************************************************************************************************
Saudaraku, kalau artikel dalam blog ini bermanfaat informasikanlah kepada muslim yang lain
(Setiap kata yang mencerahkan orang lain, Insya Allah, anda akan mendapat ganjaran pahala)
============================================================================

Jumat, 29 Oktober 2010

Kezaliman tersembunyi


Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. [QS. 33:58]

Dalam kehidupan bermasyarakat, interaksi antara sesama anggota masyarakat sangat banyak dilakukan. Ada interaksi yang direncanakan, tetapi lebih banyak yang terjadi dengan sendirinya karena mobilitas yang kita lakukan. Dari hubungan-hubungan ini baik yang direncanakan maupun yang terjadi begitu saja sering terjadi perbuatan dan perlakuan yang tidak menyenangkan atau menyakitkan orang lain, baik karena kesengajaan maupun karena kehilafan.

Muslim yang baik bukanlah orang yang terbebas dari kesalahan yang disebabkan karena kehilafan, namun demikian sekuat mungkin menghindari kesalahan karena kesengajaan, dan apabila berbuat kesalahan sesegera mungkin memperbaikinya dengan memohon maaf kepada sesama manusia dan mohon ampun kepada Allah Swt.

Abdullah Bin Umar berkata bahwa Nabi SAW telah bersabda “seorang muslim adalah orang yang menyebabkan orang–orang islam (yang lain) selamat dari lisan dan tangannya…”. (HR. Bukhari, Abu Dawud, Dan Nasa’i)

Demi menjaga kesucian diri, hendaknya selalu memikirkan apakah perbuatan yang kita lakukan terbebas dari kemungkinan menyakiti orang lain tanpa disadari, boleh jadi sepintas lalu aktivitas yang dilakukan dianggap baik tetapi setelah ditelusuri ternyata dapat menyebabkan keluhan bagi banyak orang, yang tentu saja menjadi tambang dosa bagi kita. Sebagai contoh sederhana adalah mengalirkan air kejalan umum dari sisa cucian mobil/motor, cucian piring dari warung/restoran, atau kesengajaan menyiram jalanan yang kadang-kadang menggunakan air comberan.

Banyak kemungkinan yang bisa terjadi dari contoh diatas. Bisa saja terjadi pengendara motor terpleset dan menabrak sesama pengendara yang lain. Pegawai yang terpercit air harus kembali ke rumah untuk mengganti pakaian. Seorang muslim yang beribadah berkurang kesempurnaannya karena terkena kotoran, dan banyak kemungkinnan lain. Betapapun setiap orang yang mengeluh dan merasa terganggu berarti sebanyak itulah tambahan dosa yang harus kita tanggung. Bagaimana kalau orang yang merasa teraniaya mengeluh kepada Allah, tentu balasannya lebih berat lagi. Coba simak hadis berikut:

Rasulullah Saw telah bersabda: “Demi Allah, tidak beriman; demi Allah, tidak beriman; demi Allah, tidak beriman! Nabi ditanya: Siapa, wahai Rasulullah? Nabi menjawab: ‘Adalah orang yang tetangganya tidak merasa tentram karena perbuatan-nya’. (Muttafaq’alaih).

Saudaraku, mungkin banyak kegiatan lain yang kita lakukan tetapi tidak disadari bahwa hal itu menimbulkan gangguan dan keluhan pada orang lain, atau memandangnya sebagai perbuatan yang sepele dan menjadi terbiasa kita melakukannya, padahal sangat berpotensi menjadi lumbung dosa yang membinasakan dan merugikan diri sendiri.

“Hati-hati kalian dari dosa-dosa kecil, karena dosa-dosa kecil itu bila berkumpul pada diri seseorang akan membinasakannya.” (HR. Ahmad)


Kamis, 21 Oktober 2010

Cerdas beribadah


“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajad.” [QS. 58 : 11]

Melaksanakan shalat berjamah bagi banyak orang adalah salah satu pekerjaan yang berat. Bagi orang yang cerdas beribadah, shalat berjamaah memang berat tetapi menyenangkan. Mengapa? Karena shalat berjamaah bukanlah satu pekerjaan, tetapi beberapa aktivitas pekerjaan yang secara simultan beriringan, yaitu; shalat berjamaah, silaturrahim, sarana menuntut ilmu, dan I’tikaf. Keempatnya mempunyai keutamaan yang tinggi.

Seorang tukang ojek yang cerdas beribadah, selain mencari rezeki untuk keluarganya sebagai amal utama, juga selalu menyenandungkan zikir yang tidak membutuhkan biaya dan menggunakan tenaga yang sedikit sekali, tetapi reward atau ganjarannya sangat besar.

Mukminin yang cerdas selalu memaksimalkan potensi yang dimiliki. Salah satu cara terbaik yang dapat dilakukan adalah berusaha selalu dalam keadaan berwudhu, dengan demikian segala amal saleh yang dikerjakan mempunyai potensi untuk dilipat gandakan hasilnya

Dari Abu Hurairah ra. berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya pada hari kiamat nanti umatku akan dipanggil dalam keadaan putih cemerlang dari bekas wudhu. Dan barangsiapa yang mampu untuk memperlebar (memperbanyak wudhu-peny.) putihnya maka kerjakanlah hal itu”". (HR. Bukhari dan Muslim)

Saudaraku, itulah beberapa contoh amal saleh yang dilakukan dengan ganjaran yang diperoleh jauh lebih besar, meskipun dengan pekerjaan yang sama tetapi hasil yang berbeda karena memahami cara yang terbaik untuk melakukannya, tentunya dengan bantuan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Dengan memiliki ilmu pengetahuan yang lebih banyak akan memudahkan jalan ke surga :
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Barangsiapa yang meniti suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan untuknya jalan menuju Surga” (HR. Muslim, Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban)

Bahkan kedudukan orang yang berilmu jauh lebih tinggi daripada ahli ibadah yang sewaktu-waktu bisa tersesat karena kurang ilmunya, seperti sabda Nabi saw: “Keutamaan orang ‘alim atas orang ahli ibadah adalah seperti keutamaan diriku atas orang yang paling rendah dari sahabatku.” (HR At Tirmidzi).

Saudaraku, mukmin yang berilmu dapat melaksanakan peribadatan dengan lebih sempurna sehingga memperoleh ganjaran pahala yang lebih besar, selain itu dia dapat mengajar orang lain dengan ilmunya yang berguna yang apabila dilaksanakan oleh orang lain ia juga akan mendapat pahala tanpa mengurangi pahala orang yang mengerjakannya.

Rasulullah bersabda : “orang yang menyeru kebaikan (mengajarkan ilmu), dia memperoleh pahala seperti orang yang mengamalkan seruannya, tanpa mengurangi pahala si pengamal sedikitpun” (HR. Muslim, Ibnu Majah)

Kemampuan kita untuk beramal sangat terbatas, tetapi kita telah diberi jalan untuk memperluas potensi amal kita melalui ilmu yang diajarkan, maka tetaplah menuntut ilmu dan membaginya kepada sebanyak-banyaknya orang lain. Selain itu dengan ilmu bisa mendapat banyak kebaikan dari Allah.
Dari Mu'awiyah ra. berkata: Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda: "Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan kepadanya, niscaya Allah akan pahamkan dia tentang agama(nya)." (Muttafaqun 'alaih)


Minggu, 10 Oktober 2010

Dari Catatan lama

Assalamu Alaikum warahmatullah wabarakatuh,

Sahabat, selamat bersua kembali melalui media ini,
setelah lama tidak muncul, kerinduan membuncah laksana lava pada level derajat 27
berjuta peristiwa berlalu tanpa dapat berbagi makna
duka berlalu dengan enggannya,
suka berlalu tanpa permisi
sedih yang hadir seakan tak bertepi,
gembira yang digenggam erat hanya seperti bayangan di giribangun.

Sahabat, disekeliling kita berjuta keputusasaan merambat bagai ....
segala peristiwa dimaknai sebagai mata air kesulitan
benih-benih yang subur dipandang sebagai hasil dari pupuk korupsi
bunga-bunga yang layu dimaknai tertimpa dosa masa lalu
lalu semua jalan itu seakan sudah terpasang ranjau-ranjau yang siap menikam.
Sehingga semua tatakrama dianggap hanyalah mozaik masa lalu
kesepakatan-kesepakatan luhur hanyalah benteng-benteng yang memagari kesuksesannya
visinya hanya sebatas bayangan fatomargana

Sahabat, apakah kita sebagai penonton dalam arena seperti ini
Alhamdulillah, patut dilantunkan untuk keberposisian seperti ini
paling tidak posisi ini sudah diluar arus yang sia-sia diatas
atau barangkali ini adalah titik nadir untuk semakin menjauh dari arus diatas
mengumpulkan lembaran-lembaran putih untuk mulai menulis sesuatu yang bermakna
atau boleh jadi sebagai saat kontemplasi menjahit kesia-siaan masa lalu dan merajut masa berikutnya.

Sahabat, hanya seperti inikah yang dapat kita lakukan,
bukankah junjungan kita Rasullah Swa bersabda bahwa orang yang beruntung hanyalah yang hari ini keberadaannya lebih baik dari yang lalu dan esok keberadaannya lebih baik dari hari ini
bukankah ini yang dikatakan orang modern adalah trend yang sangat menguntungkan, pasti!
oleh karena itu kita harus jadi bagian opisisi dari arus diatas,
apakah sebagai penghambat, penghalang, penggempur agar tidak menjalar kepada orang lain
atau sebagai penyejuk, peneduh, pengasuh sehingga dapat menarik satu atau dua orang penganutnya untuk tobat.

Sahabat, kita tak akan merubah dunia
tetapi Tuhan masih memberi kita kesempatan untuk meramaikan dunia ini
kita adalah umat yang tertinggi dibandingkan dengan umat-umat lain
sehingga adalah aneh kalau kita tidak menorehkan sesuatu sekecil apapun dipersada ini
sesuatu yang mulia sesuai dengan kedudukan yang mulia itu
you may do it, you can do it

mau lihat yang terang anda akan memperolehnya
mau berbuat yang baik anda dapat melakukannya
mau suasana yang tentram anda dapat menikmatinya
mau bahagia anda bahagia

Sabtu, 09 Oktober 2010

Tanda-tanda kekuasaan Allah


Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan air hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya. [QS. 30:24]

Ketika guntur menggelegar di angkasa seakan menelan bumi, perasaan apakah yang terlintas dalam hati dan apa yang direnungkan oleh pikiran. Tentu saja masing-masing orang mempunyai hati dan pikiran menerawang kemana-mana, tetapi ada yang sama yaitu bahwa kita manusia begitu kecil, sangat kecil dibandingkan dengan alam semesta dan peristiwa yang dibawanya.

Ketika petir menyambar malam seakan kilat membakar semesta, masihkah ada rasa aman dalam istana-istana atau benteng-benteng atau gedung pencakar langit sebagai tempat perlindungan utama manusia

Ketika ombak bagaikan gunung menggulung samudra, masih adakah harapan bahtera atau kapal sampai ke tujuan. Adakah percakapan yang lebih indah selain merintih dan minta pertolongan kepada Yang Maha Kuasa.

Ketika banjir bandang menyapu kampung-kampung dilereng bukit, bahkan menjeritpun tidak sempat lagi diteriakkan, karena mayat-mayat telah berlomba dengan batu-batuan, rumah, jembatan, diseret arus yang tidak kenal belas kasihan.

Itulah beberapa gambaran peristiwa alam yang sering terjadi dalam sejarah kaum-kaum sebelumnya, sebagai azab karena ingkar dan tidak mau mengikuti nabi-nabi yang diturunkan kepada mereka. Dan sekarang kejadian-kejadian seperti itu berturut-turut kita alami di Tanah Air tercinta ini. Adakah ini pertanda azab?

Saudaraku, kita yang mungkin jauh dari bencana mungkin merasa aman-aman saja dan tidak memperdulikan pelajaran yang dapat diambil dari peristiwa-peristiwa alam seperti diatas atau peristiwa alam lainnya. Jangan begitu, simaklah ayat-ayat berikut :
Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu berguncang? atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku? [QS. 67:16-17]

Ketika musibah-musibah ini datang semua manusia sama, rakyat atau presiden, kaya atau miskin, dalam ketakutan dan putus asa. Dan tiba-tiba begitu dekat dengan Yang Maha Kuasa, tetapi setelah musibah berlalu kebanyakan manusia ingkar kembali.

Saudaraku, ingatlah bahwa musibah itu hanyalah batu kerikil dan musibah sebenarnya adalah ketika kita menjauh atau tidak lagi memahami peringatan dari Allah Swt

Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat); [QS. 32:21] Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal. [QS. 20:127]

Senin, 04 Oktober 2010

Paradoks pasca ramadhan

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu. [QS. 2:208]

Mestinya melalui ramadhan dengan segala kemulian dan keberkatannya akan membawa kita secara perlahan atau cepat menuju kepada Islam yang kaffah, Islam yang komprehensif. Sayang sekali kenyataannya dalam masyarakat kita banyak sekali terjadi paradoks yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari.

Mungkin karena godaan yang begitu massif sehingga sangat sulit kita menghindarinya. Tidak saja bagi orang awam tetapi juga ustad bahkan pak Kyai tidak tahan oleh godaannya. Mari kita ambil beberapa contoh; ibu-ibu (muda) rajin menghadiri salawatan tetapi doyan menggunakan calana pendek, pemuka agama tetapi candu rokok, pengguna busana muslim tetapi suka melanggar lalu lintas.

Ada kemungkinan pada majelis-majelis pengajian, salawatan, kajian agama yang lain sudah jarang membahas masalah aurat ini sehingga fenomena celana pendek ini begitu mudah diserap oleh ibu-ibu muda dan remaja putri dalam kehidupan sehari-hari, seolah-olah bukanlah suatu larangan dalam beragama sehingga menyebar dimana-mana, dari mall, tempat hiburan, pasar tradisionil, hingga pelosok kampung, bahkan mau shalat tarawih saja ada yang memakainya sampai di Masjid. Ironisnya, tak jarang kita temui ibu bapak berbusana lengkap jalan bareng dengan anak gadisnya menggunakan celana pendek.

Paradoks yang lain yang banyak terlihat adalah para pemuka agama dengan demonstatif memperlihatkan kegemarannya merokok. Padahal anak SD saja tahu bahwa merokok itu berbahaya untuk tubuh manusia. Kelompok ini yang susah dinasehati karena merekalah ahlinya. Kadang-kadang kepakaran memang tidak sejalan dengan kebeningan hati. Kalau kita mengambil rujukan hukum rokok yang paling bebas, ia jatuh kepada Makruh. Bagi orang-orang mulia dianggap sebagai perbuatan yang tidak terpuji. Lalu apakah pantas dijadikan panutan kalau senang melakukan perbuatan tidak terpuji?

Paradoks terakhir yang kita jadikan sampel adalah makin banyaknya orang yang begitu mudah melanggar aturan lalu lintas (menerobos lampu merah, melawan arus, dll.) tanpa rasa bersalah, sementara busana yang digunakan mencerminkan kepatuhan. Apakah peraturan lalu lintas dianggap sebagai aturan yang tidak ada kaitannya sebagai bentuk kepatuhan kepada Allah?

Saudaraku, tentu banyak lagi paradoks yang kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Makin sedikit paradoks yang kita alami, maka ketenangan batin makin bersemi dalam kehidupan kita, sebaliknya makin banyak paradoks yang kita lakukan maka ketenangan batin semakin menjauh. Sebagai muslim yang baik tentunya selalu berusaha untuk terus-menerus mengurangi paradoks yang ada, sehingga menjelang ajal dapat menjadi muslim yang kaffah sebagaimana ayat diatas.

Untuk membantu agar supaya hati tetap istiqamah ada baiknya sering-sering membaca doa Rasulullah Saw berikut :

Ya muqallibal quluub, tsabbit qalbii ‘alaa dinik (Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agamaMu). (HR. Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Majah)