************************************************************************************************************************
Saudaraku, kalau artikel dalam blog ini bermanfaat informasikanlah kepada muslim yang lain
(Setiap kata yang mencerahkan orang lain, Insya Allah, anda akan mendapat ganjaran pahala)
============================================================================

Rabu, 27 Juli 2011

Malam bertabur kemuliaan


Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. [QS. 97:3]

Malam kemuliaan itu lebih baik dari 84 tahun
Malam kemuliaan itu lebih baik dari 30.000 malam
Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar

Adakah yang tidak menginginkan malam itu
Adakah yang tidak mencari malam itu
Adakah yang tidak bergairah menanti malam itu

Adakah yang ingin bersedekah setiap malam sepanjang umurnya bahkan lebih panjang lagi, maka bersedakahlah malam itu; 10.000,- 50.000,- 100.000,- terserah pilihan anda.
Adakah yang ingin shalat malam setiap malam sepanjang hidupnya bahkan lebih panjang lagi, maka shalat malamlah pada malam itu sepuas-puasnya.
Adakah yang ingin bertadarrus se juz, 2 juz, 3 juz setiap malam sepanjang umurnya bahkan lebih panjang lagi, maka bertadarruslah sebanya-banyaknya pada malam itu.
Adakah yang ingin memperbanyak zikir malam setiap malam sepanjang umurnya bahkan lebih panjang lagi, maka perbanyaklah zikir pada malam kemuliaan itu.

Apakah anda pernah punya obsesi untuk menaklukkan gunung Himalaya? Berapa biaya, waktu dan tenaga yang harus dipersiapkan, tentu sudah menguras banyak persediaan. Lupakanlah semua itu dahulu dan beralihlan mendapatkan malam kemuliaan.
Apakah anda punya cita-cita untuk ke tanah suci? Sudah berapa tahun mengumpulkan ongkos untuk ke sana, lupakanlah dulu persiapan ke tanah suci sejenak selama ramadhan, tapi raihlah malam kemuliaan.
Apakah anda merasa punya obsesi-obsesi yang harus dicapai dalam hidup ini, lupakanlah sementara dan raihlah malam kemuliaan. Karena itulah yang terbaik dalam bulan ramadhan.

Allah Maha Pengasih dan Penyayang dan kasih sayangNya pada malam kemuliaan itu berlipatkali seribu bulan, apakah anda tidak tertarik meraihnya?
Allah Maha Pengampun dan sifat pengampunNya pada malam kemuliaan itu akan berlipat kali menjadi lebih dari seribu bulan, bukankah waktunya untuk melebur dosa-dosa kita?
Allah Maha Pemurah dan Maha Pemberi Rezeki dan pada malam kemuliaan maka Maha KepemurahaanNya berlipatkali, maka perbanyaklah doa pada malam kemuliaan tersebut.

Saudaraku, begitu banyak kebaikan dan keutamaan bertaburan pada malam kemuliaan – malam lailatu qadr, yang dihamparkan Allah Swt kepada hambanya yang mukmin. Selemah-lemahnya iman yang dimiliki seorang mukmin sepanjang ia masih memiliki akal yang waras, tentu akan menggerakkan niat, waktu, tenaga, dan biaya untuk meraih karunia dan rahmat Allah yang bertebaran pada malam itu.

Kenapakah malam itu sarat dan penuh dengan kemuliaan?, karena :
Pada malam itu dijelaskan semua urusan yang penuh hikmah, yaitu urusan yang besar di sisi Kami. [QS. 44:4-5]

Maka perbanyaklah mengucapkan pada malam itu zikir yang diajarkan Nabi :
‘Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni’ (Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Mulia yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah aku).” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).



Jumat, 22 Juli 2011

Ramadhan waktunya mendulang pahala



Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh, (bahwa) untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. [QS. 5:9]

Bahwa bulan ramadhan adalah waktunya untuk mendulang pahala sebanyak-banyaknya bagi kaum muslimin semuanya sudah tahu, tetapi mengapa waktu yang istimewa ini tidak dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya? Tentu saja setiap individu punya alasan dan persepsi sehingga mereka tidak dapat maksimal untuk menggunakan detik-detik, jam-jam, dan hari-hari ramadhan mengerjakan amal saleh sebanyak-banyaknya.

Padahal inilah bulan bertabur pahala sebagai manifestasi diantara kasih sayang Allah kepada hambaNya.Maka bulatkan tekad dan niat untuk meraih pahala sebanyak-banyaknya.

Aisyah RA meriwayatkan dari Nabi SAW, Beliau bersabda : "Dua rakaat (sebelum) fajar (shalat subuh) lebih baik (nilainya) dari dunia dan seisinya.” (HR. Muslim dan Tirmidzi)

Dan siapa yang mengerjakan satu fardhu di bulan Ramadhan, maka samalah dengan orang yang mengerjakan tujuh puluh fardhu di bulan lainnya. (HR. Ibnu Khuzaimah)

Berapakah nilai dunia dan isinya. Dalam hitungan kita tentu saja sangat banyak, saking banyaknya tidak ada seorangpun yang dapat menghitungnya. Padahal nilainya tidak lebih besar dari dua rakaat shalat sunah subuh.

Karena shalat sunah di bulan ramadhan setara dengan shalat fardu di bulan lain, sedangkan shalat fardu dibulan ramadhan sama dengan 70 shalat fardu di bulan lain, maka :

Shalat fardu nilainya lebih baik dari 70 kali dunia seisinya
Shalat fardu di bulan ramadhan nilainya 70 x 70 = 4.900 kali dunia dan isinya
Shalat fardu di bulan ramadhan berjamaah 70 x 70 x 27 = 132.300 kali dunia dan isinya
Shalat fardu berjamaah selama Ramadan 70 x 70 x 27 x 30 x 5 = 19.845.000 dunia & isinya

Saudaraku, hanya dari shalat fardu berjamaah selama bulan ramadhan anda akan memperoleh nilai atau pahala disisi Allah lebih banyak dari 19.845.000 nilai dunia dan isinya. Bagaimana dengan shalat sunah yang lainnya; tarawih, rawatib, tahajjud, duha, witir, dll. Sungguh luar biasa, apakah ini bukan karunia Allah yang besar. Bahkan sangat besar.

Lalu bagaimana dengan ibadah-ibadah yang lain; seperti puasa itu sendiri, tadarrusan, zikir, sedekah, zakat, silaturrahim, tolong menolong, nasihat, dll. Tentu saja mempunyai hitungan sendiri-sendiri yang dapat menambah lagi nilai kebaikan dan pahala yang beribu-ribu atau berjuta-juta dari nilai dunia dan isinya.

Kalau orang pencinta dunia memburu dunia hanya serpihan-serpihannya saja, sedangkan kita pencinta akhirat, jutaan dunia dan isinya dalam genggaman kita. Kenapa demikian karena dunia dan isinya nilainya hanyalah :

Rasulullah saw. bersabda, “Andaikan dunia itu senilai dengan sayap nyamuk di sisi Allah, maka Allah tidak akan memberi minum kepada orang kafir walaupun seteguk air dari dunia.” (HR. Tirmidzi)

Apakah anda ragu terhadap janji Allah ini. Disinilah iman menjadi taruhannya : Ingatlah, sesungguhnya janji Allah itu benar, tetapi kebanyakan mereka (manusia) tidak mengetahui(nya) [QS. 10:55]



Senin, 18 Juli 2011

Ramadhan yang Agung


Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. [QS. 97:1-3]

Ulama-ulama besar seluruh dunia Islam yang masih hidup sampai saat ini semuanya menantikan kedatangan bulan yang penuh kemuliaan dan keberkatan ramadhan Mubarak yang agung.

Para mujahid dan pembaharu Islam pada masa yang lalu semuanya merindukan datangnya ramadhan yang agung, bahkan pada bulan ini banyak terjadi perang yang dimenangkan oleh umat islam.

Para Sahabat dan tabiin yang terkenal lebih bergairah lagi merindukan datangnya bulan ramadhan, bahkan sehabis ramadhan para sahabat dan tabi'in senantiasa memanjatkan do'a agar di pertemukan kembali dengan bulan Ramadhan berikutnya.

Wahai manusia! Sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia disisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam yang paling utama. Itulah sambutan Rasulullah junjungan kita menyonsong datangnya ramadhan.

Allah Swt bahkan meletakkan malam kemuliaan pada bulan ramadhan yang agung.

Demikianlah, sudah tidak meragukan lagi bahwa bulan ramadhan benar-benar mengandung banyak nilai dan berkah didalamnya sehingga ditempatkan pada posisi yang sangat agung. Sebaiknya kita harus juga menempatkan pada posisi yang istimewa tersebut. Apabila kita dapat menempatkan ramadhan dalm posisi yang sebenarnya yang timbul dari kesadaran iman dan hati bersih, maka apapun yang berkaitan dengan kemuliaan dan keutamaan di dalam ramadhan akan menjadi obsesi kita untuk melakukannya.

Seseorang penggemar terhadap idolanya, apakah ia seorang artis, olahragawan, negarawan atau apapun yang lain, segala atributnya diusahakan untuk dimiliki sebagai pernyataan rasa cinta terhap idolanya tanpa memikirkan untung ruginya. Apa manfaat baginya, hanyalah rasa puas dan kebanggaan yang dirasakannya. Bandingkanlah dengan ramadhan yang menyediakan begitu banyak keuntungan dan pahala yang dijanjikan oleh Allh Swt.

“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” [QS. 22:32].

Saudaraku, tentu saja muara daripada mengagungkan bulan ramadhan adalah mengagungkan Sang Maha Agung, Allah Swt. Kita menghormati atau mengagungkan sesuatu karena perintah dan suruhanNya. Melalui simbolisasi pada ajaran dan peribadatan-peribadatan yang diperintahkan kita mengekspressikan rasa kecintaan dan kerinduan kepadaNya. Bulan ramadhan adalah bulan yang merangkum banyak sekali keistimewaan dan keutamaan di dalamnya yang tidak ada pada bulan-bulan yang lain, oleh karena itu alangkah ruginya kalau bulan ini berlalu tanpa kita perlakukan sebagai moment dan kesempatan yang istimewa. Dan perbuatan yang istimewa pula.


Selasa, 05 Juli 2011

Persiapan ramadhan



Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, [QS. 2:183]

Seperti menghadapi peristiwa-peristiwa besar, memasuki ramadhan memerlukan persiapan yang matang, mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat menghidupkan dan menyemarakkan sehingga setelah sampai saatnya dapat kita melakukan semua ibadah-ibadah yang diperlukan secara maksimal. Tentu saja banyak persiapan yang diperlukan, tetapi yang akan kita tekankan disini adalah persiapan mental dan iman agar setelah ramadhan kita memeroleh sesuatu yang istimewa, penambahan kualitas iman dan ibadah.

Langkah pertama yang paling penting adalah adanya kesadaran untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan melalui ibadah-ibadah yang akan kita laksanakan. Setelah langkah ini sudah mantap, lanjutkan dengan memperluas pengetahuan tentang cara melakukan peribadatan dengan baik dan benar, termasuk keistimewaan ibadah-ibadah tersebut yang menjadi pendorong motivasi kita untuk melakukannya dengan senang hati.

Apabila telah memiliki dua persiapan diatas, maka sesungguhnya anda telah siap untuk berubah dan meningkatkan kualitas ramadhan yang akan datang. Langkah selanjutnya adalah melakukan perencanaan dan pengaturan yang baik sejauh mana peningkatan atau perubahan yang akan dilakukan. Tanpa perencanaan yang baik pada saat tiba waktunya bisa jadi kewalahan karena banyak kesibukan dan kegiatan yang mungkin tidak terduga sebelumnya yang mengganggu target-target yang akan kita capai. Buatlah langkah-langkah yang realistis dalam rentang waktu dan kemampuan yang dimiliki.

Contoh yang paling mudah, kalau tahun lalu shalat tarawih yang hanya dilakukan 10 malam, maka tahun ini targetkan misalnya 15 malam, kalau tahun lalu tadarrus 3 lembar Al Quran perhari maka tahun ini menjadi 5 lembar, kalau tahun lalu sedekah per malam Rp 3.000 maka tahun ini menjadi Rp 5.000, dst. Dengan catatan planning seperti ini maka lebih mudah dipedomani dan ada sedikit beban untuk harus dilaksanakan. Sangat sederhana memang, tetapi rencana-rencana yang besar-besar kadang lebih banyak macetnya dari pada berhasilnya. Biarlah sedikit-sedikit tetapi bila konsisten dijalankan dari tahun ke tahun maka dalam tempo 10 tahun misalnya, anda kaget akan hasilnya dibandingkan dengan tidak ada perencanaan yang baik.

Bukankah banyak kenyataan yang kita lihat, 10 tahun yang lalu atau bahkan 20 tahun yang lalu, karena tidak merencanakan dengan baik, maka kebiasaannya dari ramadhan ke ramadhan tidak ada perubahan yang signifikan. 20 tahun yang lalu awal-awal ramadhan sampai kira-kira hari ke 10 masih sering hadir di masjid setelah itu tidak nampak lagi dan tahun yang lalu masih seperti itu juga. Ayolah luangkan waktumu sedikit untuk merencanakan kehidupan akhiratmu, kalau tidak 20 tahun yad. Kebiasaanmu masih sama dengan tahun ini.

Saudaraku, kalau kita ingin benar-benar menjalankan ibadah puasa maka Allah menjamin kita menjadi orang yang bertakwa. Kalau kita ingin benar-benar mengadakan suatu perubahan atau peningkatan dalam kualitas dan kuantitas ibadah kita maka Allah pun menjamin kita akan mencapainya. Pertanyaannya, apakah kita mampu memasang niat yang tulus dalam hati bening secara jujur. Kalau anda dapat menjawab pertanyaan ini dengan mantap, maka andalah yang paling bahagia menyambut bulan Ramadhan Mubarak.


Senin, 04 Juli 2011

Survive



Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu". [QS. 41:30]

Survive atau bertahan boleh jadi dianggap suatu kelemahan di dalam mengelola persoalan-persoalan kehidupan yang dijalani, dibandingkan dengan istilah yang lain yaitu offensive atau serang sampai mencapai tujuan tertentu. Didalam kenyataannya kedua-duanya selalu berganti-ganti digunakan tergantung situasi yang dihadapi dan kondisi serta kesiapan kita menghadapi kondisi tersebut.


Sesungguhnya kami tidak akan melakukan korupsi, walaupun korupsi itu enak dan telah menjadi budaya bangsa. Sesungguhnya kami tidak akan melanggar peraturan lalu lintas, meskipun kadang-kadang diteriaki dan di-klakson pengendara yang lain. Sesungguhnya kami tidak akan melakukan nyontek ketika ujian, meskipun dikatakan ketinggalan jaman dan tidak disukai peserta yang lain. Itulah beberapa contoh orang-orang yang hebat mau tetap kokoh mempertahan kebenaran dan kejujuran di tengah orang-orang yang menyerah dan terseret kegilaan jaman.

Rasulullah bersabda “Sesungguhnya Islam pertama kali muncul dalam keadaan asing dan nanti akan kembali asing sebagaimana semula. Maka berbahagialah orang-orang yang asing (alghuroba’).” (HR. Muslim)

Bertahan dalam pola kehidupan sehari-hari yang wajar adalah bagian penting dari implementasi keislaman seseorang. Apabila kemampuan financial kita hanya bisa beli motor tidak usah dipaksakan beli mobil, kalau mampunya rumah type RS 36 jangan paksakan beli type RS 70, kalau mampunya liburan di Puncak jangan paksakan di Singapura, dst. Apa yang terjadi apabila melampaui penghasilan, tentu bidang lain akan diabaikan atau mencari cara lain yang tidak halal. Bertahan dari godaan kemewahan yang sesungguhnya tidak prinsip adalah cara terbaik untuk mempertahankan kebahagiaan.

Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal. [QS. 17:29]

Saudaraku, dalam rentetan catatan sejarah orang-orang besar yang sukses dalam hidupnya, orang-orang yang dapat menikmati hidup dengan bahagia, orang-orang yang menjadi tauladan bagi jutaan orang lain, semuanya adalah orang-orang yang sabar dan bertahan dalam mematuhi aturan-aturan hidup masyarakatnya dan tentu saja taat kepada Sang Maha Pencipta. Kalau ada orang lain berhasil dengan cara lain, keberhasilannya hanya sementara, sebelum pensiun akan menemukan akibat dari ketidakbenaran yang dilakukan, sebelum mati masa jayanya hancur dan menderita di hari tua, paling tidak ketika bertemu dengan Allah akan menukan azab dan siksaNya.

Ayolah, dari masjid ini kita perbaharui niat kita untuk bertahan dan selalu berusaha mematuhi segala ketentuan, baik ketentuan sosial kemasyarakatan maupun aturan-aturan keagamaan. Yakinlah hanya dengan cara ini kebahagiaan kita nikmati sepanjang hidup.



Senin, 27 Juni 2011

Berusaha menikmati penyakit


Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. [QS. 67:2]

Penyakit adalah merupakan penderitaan yang pernah dialami oleh semua manusia yang hidup didunia. Secara logika tidak mungkin dapat dinikmati. Namun pertanyaannya adalah apakah orang-orang yang sakit, terutama yang periode sakitnya cukup lama, tidak bisa menikmati lagi hidupnya sehari-hari selama periode sakit tersebut. Tubuh manusia mempunyai adaptasi yang luar biasa, rasa sakit yang terus-menerus dideritanya intentsitas sakitnya makin lama makin menurun walaupun penyakitnya tetap seperti biasa. Bagi seorang muslim tentu saja sangat yakin dengan Firman Allah sbb.:

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. [QS. 2:286]

Apabila rasa sakit yang keras datang dan dalam priode yang lama sering membuat orang frustrasi dan putus asa, tetapi cobalah mengingat-ingat ayat tersebut di atas dan beberapa hadis berikut sangat banyak membantu, tentu saja semuanya itu dapat bekerja apabila dilandasi dengan iman yang kuat.

Aisyah meriwayatkan, Rasulullah saw bersabda, "apabila seorang mukmin menderita satu penyakit, maka Allah akan membersihkan dosa-dosanya sebagaimana tukang pandai besi membersihkan besi dari karat-karatnya." (HR. Ibnu Hibban)

Bahkan kebiasaan berupa ibadah yang menghasilkan pahala yang sering dilakukan sebelum sakit tidak dapat lagi dilakukan selama masa sakit, pahalanya tetap dihitung seperti pada saat mengerjakannya sebelum sakit.

Abdullah bin Amr meriwayatkan, Rasulullah saw bersabda, "tidak seorang mukmin pun yang ditimpa cobaan pada jasadnya, melainkan Allah memerintahkan kepada malaikatnya, tuliskanlah untuk hamba-Ku, siang dan malam, kebaikan apa saja yang dia lakukan seperti sebelumnya selama dia masih berpegang kepada-Ku." (HR Ahmad)

Abu Hurairah pernah mendengar Rasulullah saw bersabda, "penyakit yang menimpa seorang mukmin merupakan penghapus bagi dosa dan kesalahan yang dilakukannya." (HR al-Hakim)

Saudaraku, tidak mungkin kita memberontak terus menerus terhadap penyakit yang kita derita, semakin dilawan dalam arti menolak keberadaannya maka semakin keras pendertiaan yang kita alami, mau apalagi itulah realitas hidup yang kita sedang jalani. Langkah yang bijak adalah dengan hati yang ikhlas menerima keberadaannya sambil berusaha sekuat tenaga melakukan pengobatan dan penyembuhan disertai doa dan istighfar yang tidak putus-putusnya agar diberi kesembuhan dan kekuatan menjalani masa-masa yang berat.

Ingatlah bahwa waktu berjalan terus sedangkan kesulitan dan penyakit pasti ada akhirnya, suatu saat kita akan menikmati masa-masa perjuangan yang sulit dan melelahkan ini.

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, [QS. 94:5]


Senin, 13 Juni 2011

Puncak Syukur



Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". [QS. 14:7]

Apabila kita menghayati ayat diatas, sebenarnya bagi kita tidak ada pilihan lain kecuali bersyukur, baiknya pilihan tersebut sangat menguntungkan dan memberi kenyamanan bagi kita apabila melaksanakannya, lalu bagaimana sebaiknya cara bersyukur. Apakah memerlukan perjuangan yang keras, sehingga banyak orang tidak sanggup melakukannya?

Mensyukuri nikmat dapat dilakukan dengan tiga cara: mensyukuri dengan hati yaitu dengan meyakini segala sesuatu yang kita peroleh adalah karunia dari Allah, mensyukuri dengan lisan dengan mengucapkan Alhamdulillah dan menyebut-nyebut karunia Allah dan memanfaatkannya di jalan yang baik, mensyukuri dengan perbuatan yaitu dengan mentaati perintah dan larangan dari Allaw Swt. Dengan demikian dalam suasana apapun selalu ada sesuatu yang disyukuri. Intensitas rasa syukur yang kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari menandakan juga tingkat keimanan dan ketakwaan seseorang. Yang jelas semakin banyak bersyukur semakin baik pula bagi dirinya.

Dan "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; [QS. 31:12]

Setiap memperoleh nikmat dan diikuti dengan rasa syukur Allah akan menambahkan nikmat-nikmat yang lain, lalu bagaimana kalau kita memperoleh nikmat yang banyak tentunya harus diikuti pula dengan rasa syukur yang lebih banyak lagi, dan puncak dari pernyataan rasa syukur adalah :

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. [QS. 108:1-2]

dari Aisyah berkata: Bila shalat, Rasullullah Saw. berdiri hingga kaki beliau bengkak. Aisyah berkata: Wahai Rasullullah, kenapa tuan melakukan ini padahal Allah telah mengampuni dosa tuan yang telah berlalu dan yang dikemudian. Beliau bersabda: “Apakah aku tidak menjadi hamba yang bersyukur?” (HR. Muslim)

Saudaraku, Shalat adalah puncak pengabdian seorang hamba kepada khalikNya, segala keinginan, kegalauan, dan keluh kesah dapat disampaikan secara langsung seorang hamba kepada Allah Swt. Oleh karena itu rasa syukur yang dihaturkan seorang hamba puncaknya pun ketika melakukan shalat kepadaNya, semakin banyak melakukan shalat berarti semakin tinggi rasa syukur yang dipersembahkan kepada Allah. Lihatlah junjungan Nabi kita Muhammad Saw. Sampai bengkak-bengkak kakinya dalam melaksanakan shalat sebagai rasa syukurnya kepada Allah Swt.

Mari introspeksi seberapa besar syukur kita selama ini telah tercermin dalam banyaknya dan kwalitas shalat yang telah kita kerjakan. Ayo setiap tambahan rakaat shalat yang dikerjakan berarti rasa syukur juga telah dibuktikan dalam perbuatan, lisan dan hati.
Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur. [QS. 23:78]


Senin, 06 Juni 2011

Perjalanan 2 sisi kehidupan



Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi. [QS.28:77]

Dua sisi kehidupan yang dimaksud disini adalah kehidupan yang banyak berorientasi dunia dan yang berorientasi akhirat. Penggunaan dua sisi ini hanyalah penyederhanaan saja karena sesungguhnya keduanya tidak dapat dipisahkan, hanya saja dalam kehidupan, kita punya pilihan-pilihan untuk memprioritaskan salah satunya dalam kehidupan sehari-hari.


Mari menengok kebelakang melihat perjalanan kehidupan kita, kadang-kadang kita berujar kelihatannya saya ini terlalu banyak mengejar dunia, atau menilai seseorang yang kerjanya cuma mengejar akhirat saja. Kadang-kadang memang secara tidak sadar atau mungkin juga sengaja lebih focus mengejar dunia berpuluh tahun dan memperhatikan masalah akhirat sangat sedikit. Tentu saja ini dilakukan karena menganggap dengan cara inilah kebahagian dapat diraih. Tetapi kenyataan juga menampakkan bahwa yang kita inginkan itu jauh dari harapan. Disisi lain ada yang gigih mengejar akhirat, tetapi kehidupannya terbengkalai karena tidak sanggup menopang kebutuhan hidupnya secara wajar, juga tidak bisa tenang dalam beribadah.

Sebaiknya dalam kehidupan ini tidak tenggelam dalam memburuh dunia, karena dunia akan ditinggalkan, tetapi juga tidak melulu masalah akhirat yang dikerjakan karena kita hidup didunia, harus ada kesejajaran dan kesinambungan sehingga kita dapat hidup didunia dengan kemampuan melakukan persiapan akhirat yang terbaik.
Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? [QS. 6:32]
“Bekerjalah untuk duniamu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya. Dan beramallah untuk akhiratmu, seolah-olah kamu akan mati besok” (HR. Baihaqi).

Saudaraku, itulah mungkin yang dianjurkan oleh para pemuka agama agar selalu menjaga adanya keseimbangan antara dunia dan akhirat. Hanya saja keseimbangan ini tidak dapat diukur dalam perhitungan matematis. Seorang petani yang berkerja keras di sawah yang diniatkan untuk menopang kehidupannya agar lebih baik dalam beribadah, setiap memulai kerjanya dengan mengingat Allah dan menyelesaikan dengan rasa syukur dan dalam proses pekerjaannya tidak melakukan yang dilarang oleh Allah, maka disitulah keseimbangan antara dunia dan akhirat.
“Demi, jika seseorang di antara kamu membawa tali dan pergi ke bukit untuk mencari kayu bakar, kemudian dipikul ke pasar untuk dijual, dengan bekerja itu Allah mencukupi kebutuhanmu, itu lebih baik daripada ia meminta-minta kepada orang lain…” (HR. Bukhari dan Muslim).

Keterkaitan kepada Allah dalam segala aktivitas yang dilakukan, apakah itu yang bersifat ibadah langsung atau aktivtitas yang berkaitan dengan kegiatan sehari-hari dalam rangka mencari rezeki untuk memenuhi kebutuhan keluarga, adalah kunci tercapainya keseimbangan hidup dunia dan akhirat.

“Kami telah menjadikan untukmu semua di dalam bumi itu sebagai lapangan mengusahakan kehidupan. (QS. 7:10).


Jumat, 03 Juni 2011

Zona nyaman



Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. [QS. 2:216]

Zona nyaman adalah suatu keadaan, posisi, kedudukan, martabat, kebiasaan, usaha, atau apapun yang berhubungan dengan kehidupan kita, dimana kita sudah merasa nyaman dan tidak mau meninggalkan keadaan itu, padahal situasi ini belum tentu terbaik bagi kita, baik karena potensi untuk mendapatkan keadaan yang jauh lebih baik maupun karena kapasitas yang kita miliki belum tereksploitasi dengan maksimal.

Seorang professional muda yang energik mendapatkan posisi yang baik dan dengan penghasilan yang tinggi sudah bertahun-tahun dalam posisi seperti itu tidak berani mengambil reziko untuk mencari tantangan baru, seorang tukang ojek muda yang cerdas dapat memperoleh penghasilan ratusan ribu perhari sudah merasa senang sehingga tidak sempat lagi mengembangkan potensi yang lain. Dari perspektif yang lain, seorang pengusaha yang sukses yang hidupnya serba menyenangkan sehingga waktunya habis untuk memoles bisinis dan penampilannya, tentunya sudah sulit untuk banyak bermasyarakat apalagi sekedar shalat berjamaah di Masjid. Seorang penikmat dan pemburu makanan-makanan enak di seantero negeri, tentu saja sangat jarang melakukan puasa sunat misalnya.

Ada suatu pepatah yang sudah kita ketahui semuanya: "bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian". Banyak orang sukses yang asalnya dari orang susah mengetahui betul falsafah dari pepatah ini, dan dalam hal tertentu kita semua juga sudah mempraktekkannya. Kalau dibaca terbalik pepatah ini maka orang yang sudah merasa nyaman dengan keadaannya saat ini berarti suatu ketika ia akan mengalami kesulitan, bukankah kenyamanan telah diperoleh sebelumnya, ingatlah bahwa orang-orang kafir akan disempurnakan kesenangannya di dunia.

Daripada Anas Bin Malik r.a. bahwa Rasulullah saw. telah bersabda: “Adapun bagi orang yang kafir: ia akan diberi balasan karena kebaikannya di dunia, tetapi ketika di hari kiamat tidak ada balasan baginya” (Hadith Riwayat Abu Daud)
"Kamu telah menghabiskan rezekimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya; maka pada hari ini kamu dibalasi dengan azab yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan karena kamu telah fasik”. [QS. 46:20]

Saudaraku, merasakan kesenangan dan kenyamanan dunia bukan berarti sesuatu yang dilarang, tetapi kesenangan dunia ini sangat sepele jangan sampai melupakan kita kepada kesenangan yang sesungguhnya. Dunia bukan tempatnya menikmati hasil kerja, tetapi menikmati beramal saleh, sedangkan segala hasil dan kesenangan nanti kita peroleh di akhirat. Dunia ini tidak mampu menerima kenyamanan yang berkesinambungan karena berakhir dengan penyakit dan kegelisahan. Oleh karena itu fokuskanlah kesenanganmu kepada akhirat. Dan waspadalah apabila merasa berada dalam zona nyaman, ilusi dunia yang banyak menipu orang-orang tak sabar.

dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari permulaan. [QS. 93:4]


Sabtu, 21 Mei 2011

Kembali ke Al Quran



Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas. [QS.17:12]

Mengapa kita harus kembali ke Al Quran, bukankah Al Quran sudah menjadi darah daging kita sejak dilahirkan ke dunia ini. Di rumah-rumah kita semua punya Al Quran, di Masjid, di musallah bertebaran Al Quran, bahkan telah menjadi kumal karena banyak dipegang dan dibuka atau dibaca. Selain itu setiap hari kita selalu mendengarkan Al Quran dibaca dari menara masjid, dari TV atau dari radio atau dari anak-anak pada TPA sebelah rumah kita.

Itulah yang kita lihat atau dengar, tetapi coba dilihat dari sisi lain. Berapa banyak orang yang datang ketika azan dikumandangkan dari masjid-masjid, berapa banyak orang yang tidak peduli lagi dengan aturan lalu lintas, berapa banyak orang yang tawuran hanya karena masalah sepele- dari anak-anak sekolah sampai masyarakat antar kampung, berapa banyak orang yang menganggap korupsi sudah menjadi budaya sehingga tidak masalah kalau dilakukan, berapa banyak pejabat yang mengatakan jangan tetapi maksudnya boleh, dan banyak lagi dan akan terlalu panjang kalau disebut semua disini. Bukankah semua ini tidak sesuai dengan petunjuk Al Quran.

Mungkin ada ribuan aturan telah kita pedomani, baik sebagai individu atau sebagai anggota masyarakat, tidak pernah memberi solusi yang terbaik karena semuanya itu jauh dari pondasi yang diambil dari Al Quran. Peraturan di manipulir, disiasati, ditabrakan dengan peraturan yang lain atau membuat peraturan yang menguntungkan sekelompok golongan tertentu. Oleh karena itu kita harus kembali ke Al Quran karena didalamnya tidak ada pertentangan satu sama lainnya.

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an? Kalau kiranya Al Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. [QS. 4:82]

Marilah kita kembali ke Al Quran karena “Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,” [QS. 2:2]

Marilah kita kembali ke Al Quran dengan mulai lebih sering membacanya, mengkajinya, dan menerapkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Apabila belum bisa membacanya maka mulailah belajar membacanya sekarang juga, tidak ada alasan untuk menundanya kalau tidak ingin menyesal sepanjang masa.

Saudaraku, marilah kita kembali ke Al Quran, memulai dengan cara termudah yaitu setiap hari memegang mushaf Al Quran. Apabila belum tergerak untuk membacanya tidak apa-apa yang penting sempatkan waktu setiap hari sebisa mungkin memegangnya, percayalah lama-lama hati akan tergerak dengan ikhlas untuk membacanya. Demikianlah seterusnya baca terus walaupun tidak tahu artinya, suatu waktu hati kita menjerit ingin untuk mengetahui artinya dan pada akhirnya akan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Yakinlah metode ini akan berhasil apabila anda mulai melakukan sekarang juga. Kok semudah itu, itulah salah satu keajaiban dari Al Quran yang didalamnya telah diatur segala sesuatu yang dibutuhkan manusia sebagaimana disebutkan ayat diatas.
Dan sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang dengan bacaan itu gunung-gunung dapat digoncangkan atau bumi jadi terbelah atau oleh karenanya orang-orang yang sudah mati dapat berbicara, (tentu Al Qur'an itulah dia). [QS. 13:31]


Kamis, 12 Mei 2011

Tantangan dari Allah


Dari Jum’at yang satu sampai Jum’at berikutnya adalah pelebur dosa yang terjadi di antaranya ditambah tiga hari. Nabi bersabda: “Siapa saja yang mandi lalu mendatangi shalat Jum’at. Kemudian shalat semampunya terus mendengarkan khutbah hingga selsesai lalu shalat bersama imam, maka diampunkan dosanya yang terjadi antara dua Jum’at dan bonus tiga hari”. (HR. Muslim)

Shalat sunah semampunya bisa berarti shalat dua rakaat sudah cukup untuk meraih janji Allah melalui RasulNya tersebut diatas, tetapi bila dipahami sebagai suatu kesempatan utama yang diberikan Allah, maka dua rakaat bisa jadi levelnya baru seperti anak SD dalam jenjang pendidikan. Sebagai hamba yang bersyukur tentu akan melakukan sebanyak-banyaknya shalat sunah sesuai kesempatan dan kesehatan yang ada.

Selain itu bukankah hari jum’at adalah hari raya dan hari terbaik bagi seorang muslim yang tentu saja sangat baik diisi dengan amal ibadah terbaik pula yaitu shalat;

Rasulullah Saw bersabda: “Hari paling baik dimana matahari terbit pada hari itu adalah hari jumat, pada hari itu Adam diciptakan, dan pada hari itu pula Adam dimasukkan ke dalam surga, serta diturunkan dari surga, pada hari itu juga kiamat akan terjadi, pada hari tersebut terdapat suatu waktu dimana tidaklah seorang mukmin shalat menghadap Allah mengharapkan kebaikan kecuali Allah akan mengabulkan permintannya.” (HR. Muslim)

Orang yang senang memperbanyak mengerjakan shalat sunah berpotensi memperoleh tempat yang dekat dengan Rasulullah di surga, sebagaimana yang disabdakan beliau,

Dari Rabi’ah bin Ka’ab al-Aslami bahwa dia bercerita, “Aku pernah menginap di rumah Rasulullah. Aku membawakan air wudhu untuk beliau dan juga untuk buang air. Beliau berkata, ‘Mintalah sesuatu.’ Aku menjawab, ‘Aku ingin menjadi orang yang menemanimu di surga.’ ‘Ataukah ada permintaan lain?’ Tanya beliau. ‘Itu saja’ Jawabku. Beliau lalu bersabda, ‘Bantulah aku untuk menolongmu dengan engkau memperbanyak sujud. (dalam shalat)’” (HR.Muslim).

Dengan memperbanyak shalat sunah, derajat seorang mukmin akan selalu meningkat di surga kelak sebanyak sujud yang dilakukan didalam shalatnya sesuai sabda Rasulullah,
Rasulullah saw bersabda ‘Perbanyaklah sujud, karena setiap kali kamu bersujud kepada Allah, maka Allah mengangkat satu derajat untukmu, dan dengan sujud tersebut dihapus satu dosamu.” (HR. Muslim).

Saudaraku, tantangan Allah diatas bukankah sesuatu yang sangat menggiurkan dan tidak sulit amat untuk dilaksanakan. Apa beratnya shalat dua rakaat lalu ditambah dua rakaat lagi, dst. sesuai dengan kemampuan. Bukankah berlimpah keutamaan bersamanya dan kesempatan menyampaikan permintaan yang tidak akan tertolak.

Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. [QS. 29:45]


Sabtu, 07 Mei 2011

Dahsyatnya Ayat Qursi


Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. [QS. 2:255]

Adapun ayat yang paling agung dalam Al Qur’an adalah ayat kursi, ia adalah penegasan kalimat tauhid dan di dalamnya menjelaskan tentang kesempurnaan ilmu Allah dan menafikan segala kekuranganNya. Di dalamnya terkandung nama dan sifat Allah yang Agung dan ismul a’zham yang menunjukkan seluruh nama Allah lainnya.

Rasulullah bersabda : Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, sesungguhnya orang itu telah meminta kepada Allah dengan nama-Nya Yang Agung (Ismul A’zhom), yang apabila dipanjatkan doa dengan itu, niscaya Allah akan mengabulkannya, dan apabila meminta dengan Ismul A’zhom itu akan diberi-Nya.” (H.R. Abu Daud)

Dalam kisah Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dengan setan yang mencuri harta zakat selama tiga hari berturut-turut, karena perbuatannya tersebut Abu Hurairah berniat akan melaporkan kepada Rasulullah tetapi setan berkata jangan seraya berkata: “Biarkan aku mengajarimu beberapa kalimat yang Allah memberimu manfaat dengannya. Jika engkau berangkat tidur, bacalah ayat kursi. Dengan demikian, akan selalu ada penjaga dari Allah untukmu, dan setan tidak akan mendekatimu sampai pagi.” Ketika Abu Hurairah menceritakannya kepada Rasulullah Saw, beliau berkata, “Sungguh ia telah jujur, padahal ia banyak berdusta.” (HR.Bukhari)

Dalam kisah lain yang mirip dengan kisah di atas dan diriwayatkan Ubay bin Ka’b radhiallahu ‘anhu, disebutkan bahwa si jin mengatakan: “Barangsiapa membacanya ketika sore, ia akan dilindungi dari kami sampai pagi. Barangsiapa membacanya ketika pagi, ia akan dilindungi sampai sore.” (HR. Thabrani)

Dalam hadits yang lain, Nabi Saw bersabda: “Barangsiapa membaca ayat kursi setelah setiap shalat wajib, tidak ada yang menghalanginya dari masuk surga selain kematian.” (HR. ath-Thabrani, dihukumi shahih oleh al-Albani)

Dari uraian hadist-hadist diatas dapat disimpulkan bahwa seorang muslim yang tawadhu, yang membutuhkan perlidungan dari godaan setan dan rindu kepada surga, membaca ayat Kursi minimal 8 kali dalam sehari semalam, 5 kali selesai shalat fardhu, 2 kali pagi dan petang dan sekali menjelang akan tidur.

Saudaraku, hal-hal yang sederhana seperti ini hendaknya menodorong kita untuk lebih bergairah mengamalkannya, agar kita selalu punya harapan yang besar atas pertolongan Allah dan janji-janjiNya yang telah difirmankan dan disabdakan melalui Rasulullah. Oleh karena itu tidak ada alasan bagi kita atas ketidakmampuan untuk menghapal Ayat Kursi. Ayat yang agung dan penuh keberkatan.



Jumat, 06 Mei 2011

Jangan berputus asa


Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. [QS.12:87]

Putus asa adalah suatu kondisi dimana seseorang yang mengalaminya tidak punya lagi kemampuan untuk mencari jalan keluar menghadapi kondisi tertekan yang dihadapinya. Setiap kegiatan yang dilakukan selalu berujung pada kegagalan. Kenapa seseorang menjadi putus asa? Karena ada harapan yang telah dibangun dan dikejarnya selama periode tertentu tidak tercapai. Sederhananya orang yang tidak punya harapan tidak akan pernah putus asa, karena tidak ada sesuatu yang dikejar-kejar untuk dicapainya.

Manusia berativitas; bekerja, berpikir dan berhayal karena ada harapan yang hendak dicapai, tentu saja setiap orang bebas menciptakan suatu harapan dalam hidupnya tetapi juga bebas untuk menghilangkan atau mengganti harapan yang telah diciptakannya. Orang yang terbiasa melakukan hal seperti ini, seharusnya tidak perlu putus asa. Gagal mendapatkan sesuatu yang sangat diharapkan, segera alihkan semangat dan energi untuk mendapatkan sesuatu yang lain. Dunia ini dan bahkan akhirat menawarkan banyak hal untuk diraih menuju kesuksesan dan kebahagiaan.

Ada orang yang bunuh diri karena mengalami kegagalan dalam bisnis, padahal tanpa bisnis ini ia masih tetap dapat hidup dari sumber lain, ada yang bunuh diri karena gagal dalam ujian, padahal dia dapat ujian tahun berikutnya atau pindah ke sekolah/jurusan lain, ada orang yang bunuh diri karena putus cinta, padahal didunia ini ada 6 milyar lebih laki-laki dan wanita. Perhatikanlah, kegagalan ini semua berhubungan dengan cinta dunia padahal dunia ini kecil dan diperkecil lagi karena di dunia ini hanya satu harapan yang menyebabkan kegagalannya itu.

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. [QS. 2.286]

Bagi seorang muslim harus yakin bahwa apapun yang terjadi dalam hidupnya kadarnya telah disesuaikan dengan kesanggupannya untuk menghadapinya, sebagaimana disebutkan pada ayat tersebut diatas. Selain itu juga telah dijanjikan bahwa setiap suatu kesulitan akan diikuti dengan kemudahan. Hanya saja setiap orang perlu diuji dan kesulitan itulah merupakan ujian yang harus dihadapi dengan penuh kesabaran. Kalau tidak sabar dan putus asa, inilah yang dihadapinya;
Rasulullah saw. bersabda: Dosa besar itu adalah musyrik kepada Allah, putus asa dari karunia Allah, dan putus harapan dari rahmat Allah. (HR. al-Bazzâr dan ath- Thabrâni )

Sebagian orang putus asa karena terkait dengan kebejatan dan kezalimannya terhadap sesama manusia, sehingga merasa tidak ada lagi tempat untuk menaruh mukanya di muka bumi ini, mereka tidak sadar bahwa seberapapun dosa dan kelaliman yang dilakukan sebelumnya tetapi mau insaf, Allah memberi kesempatan untuk menghapusnya.

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [QS. 39:53]

Saudaraku, orang beriman harus menjauhi rasa putus asa karena "Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat".[QS. 15:56]


Teruslah berbuat baik



Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri, [QS. 17:7]

Banyak orang beranggapan bahwa membicarakan kebaikan adalah perbincangan yang kurang menarik apalagi kalau dilakukan melalui ceramah atau semacam tausyiah. Meskipun acaranya disajikan dengan promosi yang gencar dan konsumsi yang baik, yang hadir tetap saja tidak banyak dan yang datang kebanyakan para orang tua atau lanjut usia. Bandingkan dengan acara/ seminar motivasi yang kadang-kadang harus dibayar dengan jutaan rupiah, tetap dipenuhi dengam banyak peminat.

Setiap orang dalam mengambil keputusan untuk melakukan sesuatu selalu didasarkan kepada tujuan untuk memperoleh kebahagiaan. Orang berbuat baik, patuh aturan, rela berkoban untuk orang lain, atau melakukan korupsi, menipu orang dan bahkan dengan menzalimi orang lain, semua itu dilakukan karena dengan cara itulah mereka beranggapan akan memperoleh kebahagiaan.

Saudaraku, Teruslah berbuat baik sekecil apapun karena setiap kebaikan adalah merupakan titik-titik embun kebahagiaan, semakin banyak berbuat baik maka spektrumn kebahagiaan akan bertambah juga. Apabila melakukan perbuatan baik dengan ikhlas, maka perbuatan baik itu akan menghasilan kebaikan yang lain, dan bila dipupuk dan dipleihara terus dengan baik maka ekskalasi perbuatan baik menjadi makin bertambah, dan inilah yang melahirkan kebahagiaan. Simaklah ayat Al Quran berikut ini,

Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). [QS. 55.60]

Sebaliknya hindarilah perbuatan jelek dan dosa karena setiap titik noda yang digoreskan akan mengikis kebahagiaan yang ada. Setiap perbuatan jahat akan mendorong terjadinya perbuatan jahat yang lain. Kalau tidak ada motivasi kuat untuk menghentikannya maka ekskalasinya semakin bertambah buruk. Mungkin ada perasaan senang atau kepuasaan pada saat melakukan keburukan, tetapi kesenangan ini adalah hanya melayani nafsu sesaat, padahal inilah yang menenggelamkan kebahagiaan yang didambakan.

Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. [QS. 2:10]
Sesungguhnya bila seorang hamba melakukan dosa satu kali, di dalam hatinya timbul satu titik noda. Apabila ia berhenti dari berbuat dosa dan memohon ampun serta bertobat, maka bersihlah hatinya. Jika ia kembali berbuat dosa, bertambah hitamlah titik nodanya itu sampai memenuhi hatinya. (HR Ahmad)

Saudaraku, rumus ini rasanya semua orang sudah tahu, tetapi mengapa sangat sulit untuk memedomaninya. Saya kira faktor utama karena tidak percaya diri, lebih membanggakan apa yang dilihat pada orang lain, tanpa merenungkan lebih jauh apakah itu baik buat dirinya atau tidak. Dunia sekarang sangat canggih dengan tampilan kamuflase, sesuatu yang jelek dapat diusulap menjadi sangat menarik, sesuatu yang tidak bernilai menjadi sangat mahal, bahkan sesuatu yang salah kelihatan menjadi benar. Dalam keadaan seperti inilah maka keputusan yang diambil sering salah karena jarang direnungkan dengan menggunakan kacamata iman. Yakinlah dengan Iman tidak akan terpedaya rayauan dunia.


Minggu, 01 Mei 2011

Motivasi untuk berdzikir



Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. [QS. 33:41]

Alangkah indah dan merdunya apabila setiap saat mulut ini selalu dihiasi dengan dzikir kepada Allah. Setiap Muslim tentu sudah paham betapa banyak hikmah dan keutamaan yang terkandung dalam kebiasaan berdzikir kepada Allah. Namun mengapa dalam kehidupan sehari-hari, kita lebih banyak lupa daripada ingat untuk membiasakan berdzikir kepada Allah.

Bukankah Nabi Sulaiman pernah mengatakan bahwa “Orang beriman yang mengucapkan ‘Subhanallah’ memiliki kekayaan yang lebih banyak dibandingkan dengan kekayaanku”. Ketika ditanya mengapa, “karena harta Sulaiman yang banyak itu akan musnah, sedangkan ucapan ‘Subhanallah’ kekal disisi Allah", jawab Sulaiman.

Barangkali kita sering memanjatkan doa yang panjang dan dzikir yang lama. Ingatlah bhwa: "Rasulullah saw bersabda: Dzikir yang paling utama adalah Laa ilaaha illallaah dan doa yang paling utama adalah Alhamdulillah" (HR. Tirmidzi)

Pada kesempatan yang lain Rasulullah bersabda: "Barang siapa yang mengucapkan Laa ilaaha illallaah dengan ikhlas maka akan masuk ke dalam surga" (HR Ahmad)

Perang Muktah, adalah perang antara kaum muslim melawan pasukan Romawi dengan kekuatan yang tidak seimbang. Pasukan muslim hanya berjumlah 3000 orang, sedangkan Pasukan Romawi berjumlah tidak kurang 200.000 orang. Dengan pekikan Allahu Akbar Pasukan muslim tak gentar menghadapi pasukan musuh, meskipun tiga panglima muslim berturut-turut sahid, tetapi akhirnya pasukan musuh menarik diri dari pertempuran tsb.

Ketika perang melawan agresi Belanda di Surabaya 10 November 1945, persenjataan para pejuang sangat tidak seimbang, tetapi dengan pekikan Allahu Akbar, para pejuang berhasil mempertahankan keutuhan Negara Indonesia. Ucapan tersebut dapat membongkar rasa takut dari dalam dada orang muslim menjadi siap mati untuk membela kebenaran.

Saudaraku, itulah beberapa contoh betapa keutamaan dan keampuhan dzikir apabila diucapkan dan dihayati serta diyakini dengan baik. Sementara apabila dilihat dari sisi pahala dan ganjaran yang dijanjikan Allah maka sungguh sangat besar. Akan tetapi bayangan ganjaran atau kenikmatan yang kita peroleh masih lebih sedikit atau rendah daripada yang sesungguhnya yang akan kita nikmati, sebagaimana firman Allah:

di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya." [QS. 43:71]

Oleh karena itu perbanyaklah berdzikir disetiap waktu dan kesempatan karena apabila anda tidak melaksanakannya maka pastilah menjadi orang yang menyesal kenapa pada saat di dunia diberi kesempatan tetapi tidak melakukan dengan sebanyak-banyaknya.
Rasulullah SAW bersabda: “Setiap orang yang telah mati pasti akan menyesal. Jika dia orang yang beramal baik, akan menyesal mengapa tidak menambah amal kebaikannya. Jika dia orang yang beramal jelek, akan menyesal mengapa tidak bertaubat dan memperbaiki amal jeleknya” (HR. Tirmidzi dan Baihaqi)



Sabtu, 30 April 2011

Mencari yang terbaik



Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. [QS. 42:23]

Sesungguhnya apabila seseorang mengerjakan kebaikan maka Allah akan menganugrahkan kebaikan yang lebih banyak lagi, dan apibla berusaha mengerjakan dengan cara yang terbaik tentu saja balasannya adalah yang terbaik juga, jauh melebihi dari yang apa dikerjakannya sendiri.

Perbuatan baik yang dapat dikerjakan sangat banyak. Ada perbuatan baik yang berkaitan dengan waktu, kondisi, tempat, jenis kegiatan dsb. waktu yang paling dekat keberadaan kita dengan Allah adalah ketika waktu menjelang subuh (1/3 malam terakhir); “Siapa yang berdo’a kepadaku, pasti aku kabulkan. Siapa yang meminta padaku,pasti aku berikan, dan siapa yang memohon ampun padaku, pasti aku ampuni. (HR. Bukhari)

Hari yang terbaik adalah hari Jum’at. Nabi saw. bersabda: Hari terbaik yang terbit padanya matahari adalah hari Jum’at.. (HR. Muslim), dan bulan terbaik untuk memperbanyak amal shaleh adalah bulan Ramadhan, bukankah didalamnya ada malam yang lebih mulia dari 1000 bulan, dan pada malam-malam lain dilipatgandakan 70 kali.

Tempat yang paling mulia adalah masjid dan masjid yang paling mulia adalah Masjidil Haram. Apapun kita, apabila sering-sering dan berlama-lama di tempat yang mulia secara pelan-pelan akan merobah karakter kita menjadi orang mulia juga. Dan bacaan yang paling mulia adalah Al-Quran, bacaan yang apabila dibaca semakin lama semakin mengasikkan dan semakin rindu untuk membacanya. Kalau dibaca ditempat yang mulia, maka hasilnya pasti yang termulia.

Moment atau situasi yang paling baik adalah ketika berada dalam shalat. Rasulullah bersabda yang maknanya: “Shalat adalah amal yang terbaik, maka barangsiapa berkehendak, ia dapat menyedikitkan bilangan raka’atnya dan barangsiapa berkehendak, ia memperbanyak bilangan raka’atnya –yang dimaksud dalam hal ini adalah shalat sunnah (H.R. Muslim)

Saudaraku, tentu banyak lagi situasi dan kondisi atau tempat dan waktu yang baik untuk melakukan suatu amalan, tetapi apa yang tersaji diatas rasanya sudah dapat mewakili untuk melakukan sesuatu yang terbaik. Melihat keanekaragaman kondisi diatas, rasanya kita semua punya waktu dan kesempatan, dalam posisi apapun kita didalam masyarakat, untuk melakukan yang terbaik sebagai bekal kita untuk menghadap kepada Allah Swt.

Mungkin kita tidak dapat melakukan semuanya, tetapi dengan niat yang kuat mulailah melakukan yang mudah terlebih dahulu. Apabila niat dan motivasi dapat kita pelihara, maka lama kelamaan yang berat-berat juga akan terasa nikmat untuk dilakukan, yakinlah, karena dengan yakin Allah pasti akan membantu kita.
niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. [QS. 33:71]

Saudaraku, yang terbaik adalah mungkin kita belum terbaik, tetapi selalu menuju kesana dengan usaha yang terbaik.



Senin, 25 April 2011

Jalan mendekat kepada Allah

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, [QS. 2:155]

Seorang perempuan India, Kavita Poonam namanya, disiksa suaminya sampai harus dirawat di rumah sakit dan kehilangan dua anak yang masih kecil, penyebabnya hanya karena ia ingin dekat dengan Allah dengan cara yang benar.

Aminah Assilmi, perempuan Amerika, ibunya tak mengakui lagi ia sebagai anaknya, kemudian ayahnya mengancam menembaknya, lalu diceraikan suaminya, dan juga kehilangan kedua anaknya, hanya karena menemukan kebenaran dan ingin mendekat kepada Allah.

Tan Hok Liang, yang lebih dikenal dengan Anton Medan, penjahat kaliber kakap, berkali-kali masuk keluar penjara, membunuh, diusir orang tua dan pamannya, menjadi kaya raya dari judi dan akhirnya bangkrut. Itulah perjalanan yang dilalui untuk mendekat kepada Allah.

K.H. Arifin Ilham, yang dikenal dengan jamaah dzikirnya, ketika kecil termasuk anak yang badung, nakal dan pernah koma beberapa hari karena digigit ular berbisa, menandai perjalanan hidupnya sebagai salah satu faktor yang lebih mendekatkannya kepada Allah.

Tentu banyak lagi pengalaman yang dialami oleh banyak tokoh dan orang-orang yang telah merasakan nikmatnya dekat dengan Allah Swt. Bahkan kita semua dapat melihat orang-orang di sekitar kita yang telah melalui banyak liku-liku kehidupan yang berat sebelum sampai kepada kondisinya saat ini yang merasa nyaman dekat dengan Allah.

Berkenan dengan proses yang dilalui kebanyakan orang untuk mencapai derajat dekat dengan Allah tsb, yang biasanya selalu banyak mengalami kesulitan, penderitaan dan tantangan berat lainnya, tidaklah mengherankan, karena memang itulah salah satu ujian yang harus dilalui. Bahkan para nabi dan rasulpun juga mengalami dengan intensitas yang jauh lebih berat lagi. Bukankah Nabi Yunus harus ditelan ikan, Nabi Ibrahim harus dibakar hidup-hidup, nabi Ayub sakit keras, Nabi Yusuf dilempar ke dalam sumur dan dipenjara, Nabi Isa selalu dikejar-kejar musuh, dan Nabi Muhammad diboikot, dilempari batu orang sekampung, diusir dari tanah airnya.
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? [QS. 29:2]

Saudaraku, saya kira kita semua pernah mengalami cobaan dan rintangan setiap berusaha untuk berbuat baik dan berusaha mengamalkan agama dengan serius dalam kehidupan kita. Tentu saja seseorang tidak perlu menunggu cobaan yang lebih berat baru berusaha dengan sungguh-sungguh dalam memperbaiki keimanannya. Mungkin juga ada kekhawatiran untuk lebih serius dalam memperbaiki kehidupan keberagamaan karena takut banyaknya cobaan yang dihadapi. Hal ini tidak perlu terjadi, karena meskipun cobaan memang lebih banyak, tetapi setelah dekat dengan Allah semua itu dapat dilalui sebagai suatu kenikmatan spiritual yang membahagikan, karena yakin dengan sabda Rasulullah:
Barangsiapa dikehendaki Allah kebaikan baginya maka dia diuji (dicoba dengan suatu musibah). (HR. Bukhari)


Minggu, 24 April 2011

Nyaman disetiap keadaan


Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". [QS. 27:40]

Ketika awal perjalanan karier dimulai, hidup prihatin dengan keterbatasan di sana-sini, tinggal di tempat kontrakan, penghasilan pas-pasan, kadang-kadang harus ngutang sebelum waktu gajian, adalah keadaan yang lumrah dijumpai. Namun suasana rumah tangga selalu bergairah dan akrab, dengan tetangga juga sering saling sapa, gotong royong bersama, shalat berjamaah bersama, hal-hal yang menandakan jauh dari stress dan persoalan hidup yang berat. Sekarang setelah puncak-puncak karier tercapai suasana rumah tangga berjalan tidak normal, masing-masing anggota punya arah yang berbeda-beda. Dengan tetangga dan komunitas sekitar tidak ada lagi komunikasi, sementara hidup seakan diburu-buru memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas, akhirnya stress tak dapat dihindari. Ternyata kesuksesan dan kelimpahan materi hanya menjauhkan diri dari hidup yang harmonis dan ideal.

Ketika masih sebagai pejabat rendahan tugas kerja yang dibebankan dihadapi dengan semangat yang maksimal, bahkan tugas-tugas di luar dinas masih banyak yang dapat diikuti sebagai upaya pengembangan diri, baik yang bersifat keduniaan maupun kehidupan spritualnya. Suatu masa yang penuh dinamika dan menggairahkan. Sekarang setelah menduduki puncak jabatan, kegiatannya semakin padat. Aktivitas mana tidak selamanya berhubungan langsung dengan jabatan yang diembannya, tetapi harus dijalani karena ada kaitannya dengan menjaga agar kedudukan yang diembannya lebih lama dapat dipertahankan, otomatis kegiatan sosial dan spiritualnya makin sedikit atau boleh jadi sudah terlupakan. Ternyata kedudukan menjauhkan orang dari perilaku sosial yang baik dan kehidupan keberagamaan.

Banyak kehidupan lain di sekitar kita yang sejalan dengan contoh diatas, pada awal-awal perjalanan ketika belum banyak memiliki sesuatu, tetapi semangat, kerja keras dan banyak mengandalkan pertolongan kepada Allah adalah hal-hal yang selalu diakrabi membuat hidup lebih bergairah dan nyaman, tetapi mengapa setelah banyak kesuksesan diperoleh suasana seperti itu malah sulit hadir dalam kehidupan kita.

Kalau begitu apakah orang tidak perlu sukses? Ada baiknya untuk memikirkan kembali ukuran sukses yang kita idam-idamkan. Pola pikir yang selama ini kita lihat didominasi oleh pengaruh budaya barat yang kapitalis, konsumeris dan individualis yang terangkum dalam kata ‘hubbun dunya‘, cinta dunia yang berlebihan. Apabila standar sukses kita sudah tentukan, buatlah suatu perencanaan untuk mencapainya dan mulai dengan bekerja keras, istiqomah dan selalu bertautan dengan Allah. Apapun hasilnya itulah sukses yang dicapai dan harus disyukuri, karena kesyukuran itu akan menambah sukses selanjutnya.

Rasulullah saw pernah bersabda, "Sungguh ajaib urusan orang mukmin itu, sesungguhnya segala urusannya baik baginya. Dan itu tidak ada kecuali bagi mukmin. Jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur, dan itu menjadi kebaikan baginya. Dan jika ia ditimpa musibah, ia bersabar dan itu menjadi kebaikan baginya." (HR Muslim)

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; [QS. 2:216]


Buntu Batu 1


Pemandangan ini sungguh indah, tetapi kenangan dibalik itu rasanya jauh lebih indah lagi, banyak suka duka yang tersimpan dibalik pohon-pohon, gunung-gunung, kampung dan lembah yang membentuk sejarah pada masing-masing individu yang mengalaminya. Selain menggambarkan perspektif kedepan melampau jagat alam raya ini. Diwakili oleh kuburan.

secara keseluruhan boleh dikata sebagian besar area pemandangan ini telah saya lewati dengan berbagai variasi kegiatan dan hajatan. Yang paling dekat tentunya adalah kuburan yang selalu diiringi dengan suasana dukacita. Orang tua, teman, tetangga, telah banyak beristirahat disini - Ya Allah ampunilah mereka semuanya dan terimalah disisiMu dengan penerimaan yang terbaik - namun demikian sebaiknya tempat ini selalu diingat, bukankah orang yang paling verdas adalah yang selalu mengingat mati.

Kita beralih ke arah yang paling jauh, yaitu depan puncak paling belakang agak di kanan, adalah tempat pengungsian (persembunyian) kami yang terjauh dari Pasui. Kenapa mengungsi apakah ada gunung meletus, oh tidak inilah sejarah yang tersimpan di tempat ini, setiap ada operasi TNI ke Pasui, penduduknya mengungsi ke hutan-hutan dan gunung-gunung karena ketika itu Pasui dan sekitarnya menjadi salah satu tempat berdomisilinya pasukan DI/TII. Di tempat ini kadang berhari-hari atau berminggu sambil menunggu kesatuan TNI menarik diri kembali ke kota. Tentu saja dipengunggsian banyak dukanya. Tempat menginap kadang rumah seadanya, konsumsi juga kadang sangat kurang, belum lagi banyak nyamuk dan lintah.

Turun kebawah bagian kiri gambar adalah kampung Belalang. Kalau TNI-nya tidak terlalu jauh beroprasi, atau takut masih lebih dalam, pengungsian cukup sampai Belalang dan biasanya kalau seperti ini lama pengungsian juga tidak terlalu lama. Ketika itu setiap pengungsian tugas saya adalah membawa/menarik kambing, cukup berat untuk anak dengan umur 6-7 tahun, apalagi medan yang dihadapi mendaki dan suasana mendesak, tergesa-gesa. Cerita tentang kambing ini ini juga banyak nostalgianya. Setiap beranak selalu kembar dua dan selalu warna hitam, yang kembar juga setelah melahirkan kembar lagi dengan jumlah dan warna yang sama. Walaupun selalu kembar tetapi tidak pernah populasinya banyak, kalau tidak saling paling banyak 4 ekor.

Pulang dari mengungsi, seluruh penduduk kampuung punya tugas berat, terutama membuat rumah baru lagi, karena kadang-kadang TNI apabila operasi ke sini juga membakar rumah-rumah penduduk. Tapi yang lebih dulu sebenarnya dilakukan adalah mengambil barang-barang yang disembunyikan disekitar kampung pasui pada gua-gua batu yang tidak mungkin dibawah ketika mengungsi.

Banyak catatan yang dapat dibuat mengenai pengungsian ini tapi itulah catata besarnya, sedangkan cerita lain yang tertimbun dibalik foto ini masih banyak, nanti diceritakan pada kesempatan lain.

Setiap kejadian terkandung hikmah bagi yang mau mengambilnya

Memaksimalkan potensi amal (2)

Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar. [QS. 4:40]

Potensi tambang amal yang lain adalah menyebar salam. Menyebar salam adalah suatu perbuatan yang sederhana tetapi hasilnya sangat menakjubkan, orang yang berselisih bisa berdamai, orang yang putus asa bisa bangkit kembali, masalah yang ruwet dapat diatasi dengan mudah, dan banyak keutamaan lainnya. Oleh karena itu perbanyaklah salam dalam setiap komunikasi, setiap bertemu, menelpon, kirim sms, mulailah dengan salam. ‘Halo’ biarlah orang bule yang gunakan tetapi kita ganti dengan assalamualaikum. Tidak terasa bisa ratusan kali kita menyebar salam dalam sehari. Subhanallah.

Dan maukah aku tunjukkan suatu perbuatan yang bisa membuatmu saling mencintai; yaitu tebarkan salam antar sesamamu." (HR. al Bukhari - Muslim). Ketika Rasulullah Saw ditanya, "Apakah amalan yang paling baik dalam Islam?" Beliau menjawab: "Memberi makan dan mengucapkan salam kepada orang yang telah kamu kenal maupun yang belum kamu kenal". (HR. al Bukhari - Muslim).

Berbagi informasi/ilmu/kebaikan. Setiap orang tentu mempunyai informasi, ilmu atau pengalaman yang dapat dibagi kepada orang lain. Properti ini tidak pernah habis untuk dibagikan kepada orang lain, bahkan semakin dibagi semakin berkembang atau bertambah banyak yang kita miliki. Coba bayangkan berapa banyak amal yang kita peroleh kalau hal-hal seperti ini bermanafaat bagi sebanyak mungkin orang, bahkan berlipat ganda kalau orang lain menyebarkan kembali kepada orang lain lagi, dst.

Oleh karena itu jangan pelit berbagi apapun yang kita miliki, bukan hanya ustad atau profesor yang dapat berbagi ilmu. Semakin banyak yang anda beri semakin banyak yang akan diperoleh, secara pelan anda menyadari betapa hidup ini menjadi begitu lapang. Itulah balasan di dunia dan di akhirat akan memperoleh jauh lebih banyak lagi.

Rasulullah bersabda: Barangsiapa yang mengajak kepada kebaikan maka ia akan mendapatkan pahala sama dengan pahala orang yang mengikutinya, (HR. Muslim)

Melakukan shalat berjamaah. Shalat berjamaah adalah bonus yang luar biasa dari Allah Swt. Selain nilainya dilipatgandakan menjadi 27 kali, dengan shalat berjamaah silaturahim akan terjalin lebih baik, suatu perbuatan yang juga punya keutamaan di sisi Allah. Jaringan persahabatan semakin luas yang memungkinkan pintu-pintu rezeki juga makin banyak. Tentu banyak lagi keutamaan shalat berjamaah selain yang disebut diatas.

Berdzikir dengan menyebut sebanyak makhlukNya. Suatu hari Rasulullah mendapati Juwairiyyah Ummil Mukminin yang berdzikir dari subuh sampai waktu dhuha, lalu Rasulullah bersabda maukah aku tunjukkan zikir yang mengalahkan zikirmu sepanjang hari ini,bacalah:

Subhaanallaahi wabihamdihi ‘adada khalqihi wa ridho nafsihi wazinata ‘arsyihi wa midaada kalimaatih

Maha Suci Allah dan segala puji bagiNya, sebanyak bilangan ciptaanNya dan keridhaan-Nya, dan seberat timbangan ‘arasyNya dan sebanyak tinta (yang terpakai untuk menuliskan) kalimatNya. (HR. Muslim)


Memaksimalkan potensi amal (1)




Naluri manusia adalah ingin memperoleh hasil yang maksimal dari setiap usaha yang dilakukan, kadang-kadang dengan embel-embel tanpa harus bekerja keras. Demikian pula halnya dengan orang-orang yang beriman, selalu berusaha untuk mencapai hasil yang terbaik dan dengan kerja yang terbaik pula.

Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali amal kegiatan yang kita lakukan, tetapi apakah sudah dilakukan dengan cara yang terbaik untuk memperoleh hasil yang terbaik pula. Berikut ini beberapa hal yang perlu dilakukan atau dipersiapkan agar hasil maksimal yang diharapkan dapat dicapai.

Masalah keimanan. Inilah yang menjadi tolak ukur pertama apabila kita mengharapkan hasil usaha dan amal kita mencapai hasil yang terbaik. Iman membersihkan segala cara peribadatan dan amal saleh yang dilakukan sehingga sesuai dengan tata cara yang benar dan terbaik serta tidak melenceng dari kebenaran agama yang dianut. Dengan iman segala hambatan dan rintangan mudah dilalui tanpa menurunkan produktivitas dari potensi yang dimiliki. Dengan iman sifat-sifat malas, mengeluh, lesu, berpuas diri, putus asa, yang menghambat produktivitas amal dapat dihindari. Mengapa demikian, karena :

Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. [QS.64:11]

Menjaga Wudhu. Menjaga wudhu berarti berusaha setiap saat selalu dalam keadaan berwudhu, setiap wudhunya batal karena hadast kecil diperbaharui lagi dengan wudhu yang lain. Tentu saja kita sudah tahu keutamaan berwudhu, diantaranya adalah menggugurkan dosa-dosa kecil pada setiap anggota tubuh yang terkena air wudhu. Setiap perbuatan yang suci dan agung diwajibkan atau disunatkan dalam keadaan berwudhu, hal ini menandakan keutamaan berwudhu, bahkan perbuatan yang dilakukan dalam keadaan berwudhu nilai amal akan dilipatgandakan berkali-kali.

Ali bin Abi Thalib mengatakan bahwa, tiap-tiap orang yang membaca Al Quran dalam sembahyang, akan mendapat pahala lima puluh kebajikan untuk tiap-tiap huruf yang diucapkannya; membaca Al Quran di luar sembahyang dengan berwudhu, pahalanya dua puluh lima kebajikan bagi tiap-tiap huruf yang diucapkannya; dan membaca Al Quran di luar sembahyang dengan tidak berwudhu, pahalanya sepuluh kali kebajikan bagi tiap-tiap huruf yang diucapkannya.

Tentu saja perbuatan membaca al Quran ini dapat kita analogikan dengan kegiatan amal baik lainnya, sehingga semua kebaikan yang kita lakukan apabila dalam keadaan berwudhu nilainya dan bobotnya akan bertambah tinggi.

Mendoakan dan memohonkan ampun kepada orang lain. Mungkin setiap kesempatan kita telah memanjatkan doa dan mohon ampunan kepada Allah, tentu saja hal ini adalah perbuatan yang sangat terpuji. Tetapi kemampuan kita berdoa juga terbatas, oleh karena itu maksimalkanlah dengan cara mendoakan dan memohonkan ampun kepada sesama muslim sebanyak-banyaknya, karena sebanyak orang yang kita doakan sebanyak itu pula doa yang kita terima melalu para Malaikat, sangat luar biasa. Subhanallah.
“Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.” (HR. Muslim no. 4912)



Masjidku



Masjidku, teringat ketika masih kecil menjadi merupakan pusat kegiatan, ngaji, shalat, main, main bola, volly. Tentu saja dua terakhir ini dilakukan; volly pada dihadapan masjid, sedangkan bola pada sebelah kanan masjid. Sayang sekali lapangan bolanya tidak ada lagi karena di ganti dengan proyek pendirian SMP Negeri (sesuatu yang disesalkan kemudian hari).

Bangunan masjidnya dulu sebenarnya lebih tinggi. Ketika itu atap dan kubah masih menggunakan kayu dan seng sehingga lebih ringan. Sebelum berubah, kubahnya ada lima buah, satu kubah yang besar terletak ditengah-tengah, sedangkan pada empat sudut ada kubah yang lebih kecil. Karena masjid tidak mempunyai menara maka muazzin biasanya mengumandangkan Azan pada salah satu kubah kecil tersebut (kubah sebelum lengkungan seng ada tiang-tiang dan diselah-selah itulah biasanya corong dikeluarkan sebagian dan diarahkan kesenganap penjuru)

Seingat saya, saya tidak pernah mengumandangkan azan disitu, tetapi saya sering naik ke kubah kecil itu, sebagaimana anak-anak yang lain terutama kalau sedang ada pertandingan bola pada sore hari. Selain dari kubah kecil tsb kadang-kadang kita turun juga ke atap seng masid dibawah kubah kecil yang lebih dekat dengan lapangan bolanya. Masih teringat sambil nonton juga bawa Al quran keatas nonton sambil baca, maklum saat itu lagi getol-getolnya belajar ngaji dan juga terinspirasi oleh pahala membaca Al Quran setiap hurufnya.

Kenangan lain yang selalu teringat adalah pada malam-malam ramadhan biasanya kita bersama-sama dengan orang tua dan anak-anak mencari malam lailatul qadr. Walaupun tersedia makanan kecil seperti kue-kue, gorengan, kacang dan m inuman teh dan kopi, tetap saja perlu perjuangan keras untuk melawan kantuk. Bisa saja sih langsung tidur, tapi takut kelewatan malam lailatul qadr-nya, resikonya sedikit-sedikit keluar ke kolam untuk mencuci muka agar tidak ngantuk sambil memperhatikan langit mencari tanda-tanda lailatul qadr atau siapa tahu tiba-tiba air di kolam sudah membeku.

Masjidku, dulu tidak punya nama
tetapi sekarang sudah punya
Masjid Al-Ansar
Menolong jamaah-jamaahnya
agar iman tetap kokoh


Akhir dari Kebesaran


Semua orang tahu bahwa setiap kekuasaan pasti akan ada akhirnya, tetapi tidak semua menyadari bahwa waktu itu akan datang bahkan lebih cepat. Mencari kekuasaan di dunia anda akan mendapatkannya, mencari kebahagiaan hidup di akhirat juga dapat diperoleh. Kebanyakan orang memilih kekuasaan/kebahagiaan di dunia dan mengabaikan akhirat. Yang paling celaka kalau anda tidak mendapat dunia dan akhirat juga terabaikan.

“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh apa-apa di akhirat, [QS. 11:15-16]

Dalam sejarah perkembangan dunia banyak ditemukan tokoh-tokoh besar yang berasal dari orang-orang status sosialnya biasa-biasa saja, bahkan sebagian yang sama sekali tidak diketahui asal usulnya. Tentu saja bagi kita sangat tertarik untuk mengetahui bagaimana prosesnya dan apa-apa saja yang dilakukan sang tokoh sehingga berhasil mencapai puncak kariernya/kekuasaannya.

Sudah barang tentu tidak mungkin akan kita paparkan sejarahnya di sini, tetapi yang dapat dipelajari adalah bahwa mereka bergerak dari awal dengan sesuatu yang sederhana atau kecil, dan mungkin tidak berarti bagi orang lain, Namun dari yang kecil itu dia punya tekad niat yang kuat untuk mencapai sesuatu, dan itulah yang dikembangkangkan dengan tekun dan konsisten dan secara bertahap menaiki tangga satu persatu. Bukan dalam semalam, juga bukan dalam setahun, bahkan puluhan tahun baru ia mendapatkan hasilnya.

Ketekunan, kerja keras, selalu mengembangkan diri, mengembangkan jaringan, mungkin juga ada dengan cara licik dan tipu daya adalah cara-cara yang ditempuh orang untuk mencapai kejayaannya. Sayangnya banyak juga tokoh-tokoh dunia yang tumbang karena keserakahan-keserakahan dan gemerlapnya dunia yang tidak bisa lagi dilepasnya. Banyak pelajaran yang dapat diambil dari fenomena ini. Salah satunya adalah bahwa kesulitan, penderitaan, kekurangan, mengajarkan kepada kita untuk kerja keras, tekun, tidak cepat putus asa, berhubungan dengan sesama manusia secara jujur dan iklhas. Sementara kemewahan, kemudahan, kesuksesan banyak mengajarkan kita untuk bersaing, saling curiga, menjatuhkan, hidup mubazir dan berfoya-foya.

Sungguh banyak dijumpai orang-orang yang sebelum ‘berhasil’ adalah orang yang santun, ramah, peduli, taat dan menyenangkan, tetapi setelah sukses karakternya berubah menjadi sombong, feodal, egois yang akhirnya menjadi pencinta dunia yang ulung. Coba bayangkan berpuluh tahun berburu sukses tetapi yang didapat hanya nafsu duniawi.

Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi, lalu memperhatikan betapa kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Mereka itu adalah lebih hebat kekuatannya daripada mereka dan (lebih banyak) bekas-bekas mereka di muka bumi, maka Allah mengazab mereka disebabkan dosa-dosa mereka. [QS. 40:21]

Saudaraku, itulah kekuasaan, kebesaran, kemewahan yang selalu dikejar-kejar manusia, padahal itu semua hanyalah fatamorgana yang sekejap lewat dalam kehidupan yang tiada artinya kalau tidak dilandasi dengan iman dan takwa. Hidup sederhana lebih menjamin kita untuk mencapai tujuan hakiki yaitu dengan kerja keras, prihatin dan istiqomah yang membawa kita ke kemewahan yang tiada berakhir.


Rabu, 20 April 2011

Kepatuhan dengan ridho atau terpaksa

Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan. [QS.3:83]

Umumnya apabila orang ditanya apakah ingin kebebasan, maka jawabnya sebagian besar menjawab, ya. Sayangnya dari pertanyaan itu sendiri kita telah mengakui bahwa kita, manusia, sebenarnya tidak memiliki kebebasan yang sempurna. Bahkan kalau dikaji apabila menusia diberi kebebasan menurut versinya, maka bukan kebebasan yang dijumpai, tetapi kekacauan dan keonaran.

Kalau kebebasan dapat mengantarkan manusia menuju kekacauan dan keonaran, maka kepatuhan akan mengantarkan manusia kepada kedamaian dan kesejahteraan. Pertanyaan yang muncul adalah, mengapa kebanyakan manusia mengejar kebebasan dan menolak kepatuhan. Jawabannya adalah karena godaan hawa nafsu dan cinta dunia. Sebab yang lain karena merasa kuasa melakukan sesuatu yang didorong oleh rasa bangga dan sombong.

Sebenarnya banyak hal dimana manusia, seberapapun kekuasaan dan kepintarannya, tidak berdaya. Ketika petang datang dia tidak berdaya untuk menolaknya, rambut di kepalanya tidak kuasa menahannya untuk tumbuh, keresahan dalam hatinya tidak kuasa dibendungnya, anak-anak yang dilahirkannya malah membuatnya seperti budak. Lalu bagaimana dia bisa menahan matahari yang terbit esok harinya, dan puncaknya adalah kematian yang menutup segala mimpi-mimpi kekuasaannya sekaligus kebodohannya.

Ketidakpatuhan atau kebebasan menurut kehendaknya sendiri bisa saja menjadi pilihannya, padahal kebebasan itulah yang mengikat dirinya sendiri untuk mengetahui hal-hal di luar pemikirannya yang jauh lebih baik daripada yang diyakininya, karena keyakinannya itu terbentuk hanya karena ego dan kesombongan dirinya. Orang-orang seperti inilah yang terpaksa patuh setelah di akhirat, kepatuhan yang disesali selama-lamanya.

Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu, hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. [QS. 23:99-100], Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala."(QS. 67:10)

Saudaraku, mungkin masih ada di antara kita yang tidak menerima seluruhnya ajaran agama kita ini, karena tidak sesuai dengan pemikiran, pemikiran yang terbentuk karena pengaruh sekuler dan cinta dunia. Yakinkanlah diri atau paksalah diri untuk menerimanya, hasil buah pikiran kita terlalu kecil bila diperhadapkan dengan ketentuan Allah Swt. Apabila berat menerimanya banyak-banyaklah beristighfar dan berdoa untuk menyelaraskan pemikiran-pemikiran kita dengan agama yang kita peluk ini.

Saudaraku, masukilah agama ingin keseluruhan ajarannya, meski berat tetapi yang terpenting adalah selalu memperbaharui niat untuk bertekad melaksanakan ajarannya dengan sebaik-baiknya, dan berhentilah dari usaha-usaha untuk mengingkarinya.

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu. [QS. 02:208]


Jumat, 15 April 2011

Mencari yang terbaik


Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. [QS. 42:23]

Sesungguhnya apabila seseorang mengerjakan kebaikan maka Allah akan menganugrahkan kebaikan yang lebih banyak lagi, dan apibla berusaha mengerjakan dengan cara yang terbaik tentu saja balasannya adalah yang terbaik juga, jauh melebihi dari yang apa dikerjakannya sendiri.

Perbuatan baik yang dapat dikerjakan sangat banyak. Ada perbuatan baik yang berkaitan dengan waktu, kondisi, tempat, jenis kegiatan dsb. waktu yang paling dekat keberadaan kita dengan Allah adalah ketika waktu menjelang subuh (1/3 malam terakhir); “Siapa yang berdo’a kepadaku, pasti aku kabulkan. Siapa yang meminta padaku,pasti aku berikan, dan siapa yang memohon ampun padaku, pasti aku ampuni. (HR. Bukhari)

Hari yang terbaik adalah hari Jum’at. Nabi saw. bersabda: Hari terbaik yang terbit padanya matahari adalah hari Jum’at.. (HR. Muslim), dan bulan terbaik untuk memperbanyak amal shaleh adalah bulan Ramadhan, bukankah didalamnya ada malam yang lebih mulia dari 1000 bulan, dan pada malam-malam lain dilipatgandakan 70 kali.

Tempat yang paling mulia adalah masjid dan masjid yang paling mulia adalah Masjidil Haram. Apapun kita, apabila sering-sering dan berlama-lama di tempat yang mulia secara pelan-pelan akan merobah karakter kita menjadi orang mulia juga. Dan bacaan yang paling mulia adalah Al-Quran, bacaan yang apabila dibaca semakin lama semakin mengasikkan dan semakin rindu untuk membacanya. Kalau dibaca ditempat yang mulia, maka hasilnya pasti yang termulia.

Moment atau situasi yang paling baik adalah ketika berada dalam shalat. Rasulullah bersabda yang maknanya: “Shalat adalah amal yang terbaik, maka barangsiapa berkehendak, ia dapat menyedikitkan bilangan raka’atnya dan barangsiapa berkehendak, ia memperbanyak bilangan raka’atnya –yang dimaksud dalam hal ini adalah shalat sunnah (H.R. Muslim)

Saudaraku, tentu banyak lagi situasi dan kondisi atau tempat dan waktu yang baik untuk melakukan suatu amalan, tetapi apa yang tersaji diatas rasanya sudah dapat mewakili untuk melakukan sesuatu yang terbaik. Melihat keanekaragaman kondisi diatas, rasanya kita semua punya waktu dan kesempatan, dalam posisi apapun kita didalam masyarakat, untuk melakukan yang terbaik sebagai bekal kita untuk menghadap kepada Allah Swt.

Mungkin kita tidak dapat melakukan semuanya, tetapi dengan niat yang kuat mulailah melakukan yang mudah terlebih dahulu. Apabila niat dan motivasi dapat kita pelihara, maka lama kelamaan yang berat-berat juga akan terasa nikmat untuk dilakukan, yakinlah, karena dengan yakin Allah pasti akan membantu kita.
niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. [QS. 33:71]

Saudaraku, yang terbaik adalah mungkin kita belum terbaik, tetapi selalu menuju kesana dengan usaha yang terbaik.