From: darwin malang [darwin.malang@bni.co.id]
Sent: Tuesday, October 31, 2006 1:52 PM
Subject: Saat-saat kritis
Sahabat, Ramadhan telah berlalu. Telah banyak karya, amal yang kita lakukan. Telah banyak rindu yang kita hunjamkan. Telah banyak harapan yang kita tanamkan. Itulah uniknya atau lebih tepatnya berkahnya Ramadhan, semuanya serba menyenangkan dan menggembirakan, meskipun seharian kita berjuang menahan lapar dan haus, dan sepenuh malam menahan kantuk, dan sebulan mengendalikan amarah.
Tetapi Ramadhan telah berlalu. Masihkah ada ramadhan lain. Dengan penuh harap kita berdoa dan nantikan. Namun lebih bijaksana kalau menanamkan dalam polalaku kita bahwa tidak ada ramadhan lagi bagiku.
Ramadhan telah berlalu
Telah berlalu
Masa lalu
Sekarang…
Awal-awal bulan syawal adalah saat-saat kritis.
Setelah meraih kemengangan yang dirayakan dengan idul fitri
Stamina phisik dan mental/ibadah mengalami penurunan. Phisik karena kebanyakan makan barangkali, sedangkan mental/ibadah karena merasa telah memperoleh kemenangan. Tidak percaya coba tengok isi mesjid (shalat jamaah) sehabis ramadhan mencapai curve titik paling rendah.
Seorang marbot bertutur; “Mas, beginilah setiap selesai ramadhan mesjid selalu sepi, sedih rasanya mengalaminya”.
“Barangkali pada mudik, akhirnya jadi begini”, kata saya.
“iya, memang benar ada yang mudik, tapi kan tidak semua mudik”, katanya meneysali.
Sahabat, untunglah ada puasa sunnah sawal, yang dapat memacu kita untuk segera bangkit. Kesempatan yang sempit untuk menyelesaikannya, seakan-akan mengatakan ayo segera bangkit, waktu hanya sedikit, jangan terbawah arus kemenangan, susun strategi baru, semagat baru, untuk menghadapi peperangan melawan cinta dunia, cinta dunia..
Dan bersiap untuk kerja yang lebih giat, kreatip dan ikhlas.
Mohon maaf lahir bathin
taqabbalallahu minna wa minkum
Sent: Tuesday, October 31, 2006 1:52 PM
Subject: Saat-saat kritis
Sahabat, Ramadhan telah berlalu. Telah banyak karya, amal yang kita lakukan. Telah banyak rindu yang kita hunjamkan. Telah banyak harapan yang kita tanamkan. Itulah uniknya atau lebih tepatnya berkahnya Ramadhan, semuanya serba menyenangkan dan menggembirakan, meskipun seharian kita berjuang menahan lapar dan haus, dan sepenuh malam menahan kantuk, dan sebulan mengendalikan amarah.
Tetapi Ramadhan telah berlalu. Masihkah ada ramadhan lain. Dengan penuh harap kita berdoa dan nantikan. Namun lebih bijaksana kalau menanamkan dalam polalaku kita bahwa tidak ada ramadhan lagi bagiku.
Ramadhan telah berlalu
Telah berlalu
Masa lalu
Sekarang…
Awal-awal bulan syawal adalah saat-saat kritis.
Setelah meraih kemengangan yang dirayakan dengan idul fitri
Stamina phisik dan mental/ibadah mengalami penurunan. Phisik karena kebanyakan makan barangkali, sedangkan mental/ibadah karena merasa telah memperoleh kemenangan. Tidak percaya coba tengok isi mesjid (shalat jamaah) sehabis ramadhan mencapai curve titik paling rendah.
Seorang marbot bertutur; “Mas, beginilah setiap selesai ramadhan mesjid selalu sepi, sedih rasanya mengalaminya”.
“Barangkali pada mudik, akhirnya jadi begini”, kata saya.
“iya, memang benar ada yang mudik, tapi kan tidak semua mudik”, katanya meneysali.
Sahabat, untunglah ada puasa sunnah sawal, yang dapat memacu kita untuk segera bangkit. Kesempatan yang sempit untuk menyelesaikannya, seakan-akan mengatakan ayo segera bangkit, waktu hanya sedikit, jangan terbawah arus kemenangan, susun strategi baru, semagat baru, untuk menghadapi peperangan melawan cinta dunia, cinta dunia..
Dan bersiap untuk kerja yang lebih giat, kreatip dan ikhlas.
Mohon maaf lahir bathin
taqabbalallahu minna wa minkum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar