Syahdan, Ibrahim al Wasithi berada di tengah padang Arafah dengan tujuh buah batu kecil di tangannya. “Hai batu, sungguh aku bersaksi bahwa tiada yang pantas dipertuhankan di dunia ini selain Allah, dan Muhammad itu utusan-Nya,” kata Ibrahim pada tujuh buah batu kecil itu.
Tatkala malam tiba, ia jatuh tertidur dan bermimpi yang membuat jiwanya terguncang. Ia melihat kiamat sudah tiba dan setelah dihisab ternyata ia masuk neraka. Segera malaikat adzab menyeretnya masuk ke pintu neraka. Setiba disana, ternyata ada sebuah batu yang menutup jalan para malaikat adzab itu. Lalu dicarinya pintu lain untuk menyeret Ibrahim al Wasithi ke dalam neraka, tapi tak ditemukan pintu kecuali dengan batu besar yang menutupinya. Ternyata batu-batu itu adalah batu-batu kecil yang menyaksikan Ibrahim saat di padang Arafah.
Kemudian batu-batu itu secara serentak bersaksi, “Kami bersaksi bahwa ia (Ibrahim al Wasithi) telah bersaksi, tiada yang pantas dipertuhankan kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasul-Nya.” Para malaikat yang mendengar itu segera melapor pada Allah tentang kejadian yang dialaminya.
Allah yang Maha Mengetahui kemudian berfirman kepada Ibrahim, “Wahai Ibrahim, batu-batu itu telah memberi kesaksian atas kesaksianmu. Mereka tidak menyia-nyiakan hakmu, lalu apa alasan-Ku menyia-nyiakan hakmu sementara Aku menyaksikan kesaksianmu sendiri.”
Setelah itu, Allah memerintahkan para malaikat untuk membawa Ibrahim ke dalam surga. Sampai di pintu surga, didapatinya pintu-pintu itu masih tertutup rapat untuknya. Kemudian terdengarlah kalimat syahadat yang dulu diucapkan Ibrahim, dan terbukalah pintu-pintu surga.
Sumber : Herry Nurdi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar