************************************************************************************************************************
Saudaraku, kalau artikel dalam blog ini bermanfaat informasikanlah kepada muslim yang lain
(Setiap kata yang mencerahkan orang lain, Insya Allah, anda akan mendapat ganjaran pahala)
============================================================================

Minggu, 13 Februari 2011

Kapankah kita siap mati


Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. [QS. 63:11]

Peristiwa kematian adalah pengalaman bagi orang lain. Kejadian yang setiap hari kita lihat, kita rasakan, dan kita dengar. Kadang-kadang menyentuh kesadaran kita tetapi lebih sering seperti peristiwa-peristwa yang lain berlalu dan hilang. Kebanyakan orang lebih senang membicarakan sukses-sukses masa depan, apa yang dilakukan esok atau tahun depan untuk memperkokoh eksistensi kita sebagai seorang yang sukses di dunia ini.

Hakekatnya orang yang mencintai kehidupan didunia ini harus juga mencintai kematian, karena kehidupan adalah pasangan dari kematian, kegagalan kita dalam mempersiapkan kematian adalah kegagalan dalam menikmati kehidupan di dunia ini, seperti orang yang gagal mengolah hari-harinya akan gagal pula dalam menutup malam-malamnya. Karena hari akan berujung malam dan malam adalah awal dari hari berikutnya.

Orang yang bicara sukses dalam hidupnya, betapapun ia kelihatan berhasil kalau gagal dalam mempersiapkan kematiannya, hanyalah sukses yang penuh ilusi. Fana. Makanya “akhir itu lebih baik dari permulaan” firman Allah dalam Al Quran. Kematian yang baik itu lebih baik dari kehidupan mewah. Andaikata sepanjang hidupnya hanya dipenuhi dengan kesengsaraan, tetapi setelah kematiannya menemukan tempat yang baik, adalah jauh lebih baik daripada hidup senang tetapi mati sengsara.

Lalu kapan kita siap untuk mati? Mungkin jarang orang yang dapat menjawab dengan mantap pertanyaan ini. Kecuali dalam situasi yang menghendaki dimana kondisi menghadapi perang di jalan Allah. Tetapi apakah hanya dalam sistuasi seperti ini baru kita siap mati. Tidak. Alarm siap mati seharusnya cara yang baik untuk mengawal kita untuk selalu berbuat dalam koridor ketentuan yang digariskan agama. Setiap perintah dan larangan yang kita kerjakan merupakan pencerminan dari tekad kita untuk siap mati, tetapi bukan berarti kita mencari atau menghindari kematian.

Siap mati berarti ada semangat untuk berkarya, karena melalui karya itulah cara terbaik menghadapi kematian. Karya yang terbaik dan ikhlas merupakan amal saleh yang terbaik pula, dengan demikian bisa termasuk : Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. [QS. 98:7].

Dengan paradigma seperti diatas dapat mengantarkan kita kepada suatu sikap dimana setiap mengingat mati akan muncul semangat untuk melakukan yang terbaik dari seluruh sisi kehidupan kita, baik yang bersifat keduniaan maupun peribadatan. Sikap malas dan sifat cepat putus asa lebih mudah dihindari karena tidak menghasilkan apa-apa. Tidak menghasilkan amal saleh.

Saudaraku, apakah kita siap mati!? Persoalannya bukanlah disitu tetapi apakah setiap mengingat mati, semangat kita untuk berkarya atau beramal muncul atau tidak. Mati bukan urusan kita, urusan kita adalah setiap mengingat mati, amal kita terus bertambah, itulah sebabnya orang yang selalu mengingat mati digelari dengan orang yang cerdas.

Nabi Saw. bersabda: "Orang yang cerdas adalah orang yang mempersiapkan dirinya dan beramal untuk hari setelah kematian, (HR. Tirmidzi, Ahmad)



Tidak ada komentar: