************************************************************************************************************************
Saudaraku, kalau artikel dalam blog ini bermanfaat informasikanlah kepada muslim yang lain
(Setiap kata yang mencerahkan orang lain, Insya Allah, anda akan mendapat ganjaran pahala)
============================================================================

Selasa, 30 Desember 2008

Islamic Phrase

1. When starting to do something: "Bismillahir Rahmanir Raheem."
(In the Name of Allah, the Compassionate, the Merciful.)
2. When mentioning something that will be done in the future. "Insha'llah." (If Allah wills.)
3. When praising something say, "Subhanullah." (Glory to Allah.)
4. When in pain or distress. "Ya Allah." (O Allah.)
5. When appreciating something say, "Masha-Allah." (As Allah willed.)
6. When thanking someone. "Jazakullah." (Allah reward you.)
7. When you see something bad. "a’oothubillah." (Allah protect us.)
8. When saying you're sorry to Allah for a sin. "Astaghfirullah." (Allah forgive.)
9. After sneezing or when you're happy about something. "Alhumdulillah." (Praise Allah.)
10. When meeting someone. "Assalamu 'alaykum." (Peace be upon you.)
11. Replying to the above greeting. "Wa 'alaykum assalam." (And upon you be peace.)
12. When hearing about a death or tragedy. "Inna lillahi wa inna ilayhi rajiun."
(To Allah we belong and to Him we return.)
13. When giving in charity. "Fee eemanullah." (In Allah's faith.)
14. When taking an oath. "Wallah." (I Swear to Allah.)
15. If someone sneezes and they say, "alhumdulillah," you reply with, "Yarhamakullah." (Allah have mercy upon you.) The sneezer will reply back, "Yehdikumullah" which means, "Allah guide you."

Berduka

From: darwin malang [mailto:darwin.malang@bni.co.id]
Sent: Tuesday, December 19, 2006 8:18 AM
To: Rekan-rekan TEK
Subject: Berduka

Rekan-rekan TEK

Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun

Telah berpulang ke Rahmatullah Istri Rekan kita ...., di Bekasi tgl. 18 Desember 2006

Rencana pemakaman : jam 11:00 siang


Allhumma Ya Allah, Engkau telah panggil hambamu
Dosa-dosanya telah engkau ampuni dengan rentetan penyakitnya
Engkau kurangi lagi dengan sakaratul maut
Kalau masih ada sisa-sisanya bersihkanlah dengan doa anak-anaknya
Sucikanlah dengan doa-doa kaum muslimin yang lain.


Allahumma Ya Allah,
Jadikanlah rentetan peristiwa mengingatkan kami ke halte sakarulmaut
Jadikanlah setiap kejadian mengingatkan kami akan tujuan akhir – kembali kepadaMu
Jadikanlah nafsu-nafsu kami tunduk kepada Maha Kasihmu
Jadikanlah akhir periode kami menjadi khusnul khotimah

Tahun Baru, saatnya berubah


"Barang siapa yang hari ini sama saja dengan kemarin, merugilah dia. Jika hari ini lebih buruk dari kemarin, dia celaka. Dan beruntunglah bila hari ini lebih baik dari kemarin." (Hadist)

Pesan dari hadist diatas sangat jelas, yaitu setiap hari kita harus berubah, berubah dari kebaikan ke kebaikan yang lebih baik lagi, berubah dari melalukan perbuatan dosa ke perbuatan baik. Seberapa besar perubahan yang dilakukan disitulah letaknya kualitas iman seseorang. Yang paling penting harus selalu ada perubahan, sekecil apapun bentuknya.

Perubahan yang kita alami tentunya melalui banyak peran dan media. Mungkin melalui kajian buku-buku, melalui media elektonik, melalui koran dan majalah, atau langsung dari para ulama dan ustadz, atau mungkin juga orang-orang biasa disekitar kita sehari-hari. Untuk itulah kita patut bersyukur dan bertekad untuk menjadi bagian dari mereka, menyampaikan pesan agama ini kepada siapa saja walau hanya satu kalimat atau satu ayat.

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. [QS. 103:1-3]

Sangat jelas dari ayat-ayat diatas, bahwa setiap manusia, bukan hanya para ulama, harus saling nasehat menasihati apabila ingin terhindar dari kerugian. Nasehat bisa berbentuk pesan kata-kata, tulisan, keteladanan dsb. Dan perbuatan ini tidak hanya sebatas pernah dilakukan, tetapi harus menjadi kebiasaan yang terus menerus dijalani seumur hidup. Apabila berhenti melakukannya, maka kita jatuh kembali berada dalam kerugian.

Peran yang kita ambil, tentunya disesuaikan dengan kondisi atau kedudukan kita dalam kehidupan ini, sehingga tidak ada alasan bahwa tidak mampu melakoninya. Barangkali anda pernah ke Mekah atau Madina atau mendengar, di dalam mesjid Al haram dan Nabawi, banyak jamaah yang mengantar air zamzam dalam gelas kecil kepada orang-orang yang sedang tawaf atau itikaf, atau membagi-bagi mushaf quran untuk dibaca, atau bagaimana para penjaga mesjid merapikan sandal dan sepatu orang yang sedang shalat, seperti di mesjidnya Aa Gym. Semua mereka lakukan dengan suka rela. Bukankah membantu orang yang sedang melakukan kebaikan akan terimbas juga berkah dan pahalanya kepada kita?

Pembaca yang budiman, mungkin masih ada yang bingung peran apa yang akan diambilnya. Kalau demikian ayo jangan buang-buang waktu, mari kita memperbanyak serial buletin ini, satu dua lembar, untuk diberikan ke teman, tetangga, mesjid, kantor, atau kemana saja, siapa tahu melalui usaha kita, ada orang-orang yang merasa putus asa bangkit kembali. Orang yang putus hubungan tersambung kembali. Hati yang beku kembali melunak. Hati yang lalai ingat kembali kepada Sang Maha Kekasih.

Saudaraku, pergantian tahun hijriah yang lalu, mungkin telah mambawa perubahan kepada kita, tetapi pergantian tahun ini harus lebih bermakna lagi. Targetkanlah bahwa pergantian tahun depan tidak akan menyapa kita lagi. Kita perlu amal pamungkas (khusunul khatimah)


Kamis, 25 Desember 2008

Pensiun


Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. [QS. 63:9]

Sudah berapa tahun kita bekerja keras membanting tulang mencari nafkah untuk membiayai rumah tangga dan anak keturunan kita? Dan kini sampai saatnya untuk pensiun. Mungkin harta yang diperoleh telah cukup banyak dan anak-anak juga semua telah mandiri. Mungkin juga harta belum seberapa sementara anak-anak masih perlu biaya untuk menyelesaikan pendidikannya. Apapun kejadiannya, kita telah pensiun dan orientasi pemikiran harus dirobah untuk lebih focus ke Allah seperti pada ayat tsb. diatas. Tanggung jawab untuk membiayai keluarga kalau mereka belum mandiri, tetap mutlak harus dilaksanakan, tetapi menumpuk-numpuk harta sudah saatnya harus dihentikan dan dibalik menjadi membagi-bagi harta kedalam pundi-pundi amal akhirat kita.

Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu. [QS. 63:10]

Berbahagialah, apabila diberi kesempatan sampai pensiun. Bukankah pensiun berarti anda terbebas dari rasa kebanggaan kekuasaan yang meletakkan Allah dibelakang egoisme, anda terbebas dari rasa dipertuan yang merasa bisa memutih hitamkan kehidupan seseorang, anda terbebas dari menyembah-nyembah kepada seseorang hanya karena suatu proyek. Berbahagialah, anda telah pensiun. Anda telah Merdeka. Segala masalah, usuran, persoalan, atau apapun yang terjadi dalam kehidupan ini, solusinya telah jelas, serahkan semuanya kepada Allah. Bukankah sebentar lagi anda akan menemuiNya.

Dan bagaimana dengan yang belum pensiun. Pensiunkan dirilah. Pensiun bukan berarti produktivitas berkurang, hanya lebih seimbang karena sadar pintu kematian ada didepan mata. Pensiun berarti menyadari diri bahwa kita tidak ada apa-apanya, tidak berdaya, tidak memiliki apa-apa, kecuali yang diberikan oleh Allah SWT. Kita hanyalah musafir yang menunggu untuk dipanggil masuk ke liang lahat.

Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. [QS. 63:11]

Apakah anda sekarang berumur 50 tahun, 40 tahun, 30 tahun atau berapapun, tetapi bila mendengar kata pensiun, tersirat makna harus siap untuk menghadapi kematian, maka pensiunlah sekarang tanpa perlu merubah posisi anda, produktivitas anda. Bukankah dekatnya kematian tidak ada korelasi langsung dengan umur pensiun yang ada selama ini.

Saudaraku, Kalau ingin pergi kesuatu daerah atau keluar negeri, tentu perlu mengisi tabungan sebanyak yang dibutuhkan selama di daerah tsb. menjelang keberangkatan. Sekarang anda segera berangkat ke alam akhirat, tentu harus lebih siap dan menabung lebih banyak, apalagi disana tidak ada tempat meminta pertolongan. Sekaranglah saatnya anda mengisi tabungan akhirat. Ya, sekarang. Jangan cari alasan lagi. Sayangilah dirimu.

Saudaraku, jangan berjudi dengan waktu, apalagi dengan Izrail (malaikat pencabut nyawa).

Hidayah

From: darwin malang [darwin.malang@bni.co.id]
Sent: Thursday, March 08, 2007 9:39 AM
Subject: FW: Selamat
Assalamu Alaikum Wr. Wb.


Selalu ada rasa haru dan bahagia apabila kita mendengar orang mendapat kebahagiaan, apalagi kalau kebahagiaan yang diperoleh tersebut berupa hidayah yang sangat prinsip dalam kehidupan.

Kalau kehabagiaan itu berupa materi dan popularitas, maka keterlibatan emosi kita tidak murni, malah sering terselip dalam hati kecil memberontak dan berkata mengapa bukan aku yang memperolehnya.

Selain rasa haru dan bahagia, tentu juga akan muncul rasa kagum dan hormat. Betapa tidak ybs. Telah melewati suatu perjuangan berat dan bertahun-tahun dengan rintangan yang tiada tara, barangkali juga dilingkari dengan cemohan dan ancaman, tetapi semua ia sisihkan dan mengambil suatu tekad : Berubah.

Ya, apapun alasannya, setiap hari kita harus berubah
Dan itu telah kita lakukan sampai saat ini
Barangkali kemudi dan arah perubahan yang perlu kita presisi kembali
Menuju ketitik yang pasti; keridhaan Allah Swt
Dengan menggunakan model; Muhammad Saw.

Sahabat, kita memang harus berubah
Apapun hambatannya harus dilewati
Tidak perduli;
Suami,
Isteri,
Orang tua,
teman,
karier,
Atasan.

Kalau tidak, saatnya kita menyesal
Pasti menyesal.

Wassalam

Courtesy to Juni
Juga maaf


From: Juni Kusindrijani [mailto:juni.kusindrijani@bni.co.id]
Sent: Wednesday, February 28, 2007 5:22 PM
To: 'darwin malang'
Subject: RE: Selamat

Assalamu Alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah..
Saya juga merasa sangat bersyukur dan beruntung sekali Pak..
Dulu memang pernah terbersit niat untuk menutup aurat .. suatu saat…
Tapi masih belum menentukan kapan…
Seiring berjalannya waktu.. dan banyaknya problema yang saya dan keluaraga hadapi berkenaan dengan adik saya yang sakit..
Saya merasa Allah sedang menampar saya .. mengingatkan kesombongan-2an saya..
Seolah selama ini saya nggak pernah butuh pertolonganNya..

Semakin saya terpuruk dengan kenyataan penyakit adik saya.. semakin saya bersujud memohon pertolonganNya..
Dan benar-2 Allah Maha mendengar.. Maha memberi.. segala galanya..
Saya sampai malu hati.. apapun yang saya mohon.. begitu cepat Allah kabulkan..
Apappun yang saya minta.. begitu cepat Allah beri…
Allah kirim kan orang yang senantiasa selalu mengingatkan saya untuk jangan hanya bersedih.. boleh menangis.. tapi jangan pernah berhenti meminta pada Nya..
Jangan pernah berburuk sangka pada Nya..itu selalu yang teman saya ucapkan saat saya didera kesedihan…

Disetiap kesulitan yang saya hadapi saat itu.. begitu cepat ada obatnya..
Kemudahan-2 itu juga bertubi-2 datang …
Sejak itu saya selalu memohon pada Nya.. untuk jangan biarkan ada sesuatu pun yang dapat menjauhkan saya dari dekapan Allah..
Jangan ada yang menjauhkan saya dari rengkuhan Allah..
Dan rasanya ini lah jawaban atas doa dan permohonan saya pada Nya..
Semakin hari semakin saya senang berusaha mendekatkan diri pada Nya..
Saya masih terus butuh bimbingan..

Saya mohon Bapak juga jangan segan-2 mengingatkan saya dan membimbing saya..
Terima kasih atas doa dan perhatian Bapak..
Semoga kita semua Selalu dalam pelukan Allah SWT…
Amin…

Wasalamualaikum Wr Wb.

Jumat, 19 Desember 2008

Kalimat Syahadat


Syahdan, Ibrahim al Wasithi berada di tengah padang Arafah dengan tujuh buah batu kecil di tangannya. “Hai batu, sungguh aku bersaksi bahwa tiada yang pantas dipertuhankan di dunia ini selain Allah, dan Muhammad itu utusan-Nya,” kata Ibrahim pada tujuh buah batu kecil itu.
Tatkala malam tiba, ia jatuh tertidur dan bermimpi yang membuat jiwanya terguncang. Ia melihat kiamat sudah tiba dan setelah dihisab ternyata ia masuk neraka. Segera malaikat adzab menyeretnya masuk ke pintu neraka. Setiba disana, ternyata ada sebuah batu yang menutup jalan para malaikat adzab itu. Lalu dicarinya pintu lain untuk menyeret Ibrahim al Wasithi ke dalam neraka, tapi tak ditemukan pintu kecuali dengan batu besar yang menutupinya. Ternyata batu-batu itu adalah batu-batu kecil yang menyaksikan Ibrahim saat di padang Arafah.

Kemudian batu-batu itu secara serentak bersaksi, “Kami bersaksi bahwa ia (Ibrahim al Wasithi) telah bersaksi, tiada yang pantas dipertuhankan kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasul-Nya.” Para malaikat yang mendengar itu segera melapor pada Allah tentang kejadian yang dialaminya.

Allah yang Maha Mengetahui kemudian berfirman kepada Ibrahim, “Wahai Ibrahim, batu-batu itu telah memberi kesaksian atas kesaksianmu. Mereka tidak menyia-nyiakan hakmu, lalu apa alasan-Ku menyia-nyiakan hakmu sementara Aku menyaksikan kesaksianmu sendiri.”

Setelah itu, Allah memerintahkan para malaikat untuk membawa Ibrahim ke dalam surga. Sampai di pintu surga, didapatinya pintu-pintu itu masih tertutup rapat untuknya. Kemudian terdengarlah kalimat syahadat yang dulu diucapkan Ibrahim, dan terbukalah pintu-pintu surga.

Sumber : Herry Nurdi

Kenapa harus memaafkan


Kalau kita dikecewakan orang lain tentu menyakitkan. Kalau kita disakiti orang lain tentu menimbulkan kebencian. Kalau menerima penghinaan tentu akan menghadirkan dendam. Kata orang hal ini adalah manusiawi. Ya, tetapi bukan fitrah.

Mari kita renungkan, berapa lama sakit hati akan mengisi relung-relung hati kita. Sampai mati akan tersimpan di alam bawah sadar kita, dan akan muncul ke alam sadar apabila pemicu sakit hati tersebut hadir dihadapan kita, hadir dalam pemikiran kira, hadir dalam ingatan kita. Bagaimana kalau sedang berekreasi dengan keluarga, tiba-tiba ia muncul, bagaimana kalau anda sedang konsentrasi untuk mengambil keputusan yang penting, tiba-tiba ia muncul. Semuanya itu sangat mengganggu kenyamanan yang sedang dinikmati.

Energi yang dibutuhkan untuk marah, sedih, sakit hati, sangat mengurangi ketahanan fisik manusia sehingga menurunkan produktivitas selama kondisi tsb belum pulih kembali. Ketika seseorang marah memuncak, otot-otot tubuh menegang, detak jantung meningkat, tekanan darah naik, dan pernafasan menjadi sesak, kestabilan emosi akan kacau.

Dapat dibayangkan berapa banyak kerugian yang harus kita alami apabila kondisi emosional ini tidak secepatnya dinetralisir. Kerugian dari sisi finansial terjadi karena kita tidak focus dan maksimal dalam bekerja. Dari segi fisik, akan cepat menimbulkan kelelahan sehingga mudah dihinggapi penyakit dan stress. Kerugian akan semakin menumpuk kalau sumber yang menyebabkan kemarahan, kebencian, dan dendam dari banyak orang dan peristiwa serta kondisinya tidak diselesaikan berhari-hari atau berbulan-bulan.

Hal ini dapat diillustrasikan seperti orang yang menyimpan kentang busuk dalam tas yang selalu dibawa kemana-mana. Setiap muncul perasaan marah, benci, dendam maka kentang busuk dalam tasnya bertambah lagi, dan kentang busuk yang ada dalam tas tidak pernah dikeluarkan, tentunya sangat menyebalkan untuk membawanya kemana-mana setiap saat.

Saudaraku, kata kunci untuk mengakhiri penderitaan dan kerugian tersebut adalah hanya dengan kata ”maaf” . Ya, dengan memaafkan sumber yang membuat emosi kita terganggu dengan ikhlas dan tanpa prasyarat. Ini bukan perkara membantu atau menolong orang lain, tetapi untuk menyelamatkan dan kepentingan diri kita sendiri. Apakah kita mampu dan kuat membawa berton-ton kentang busuk di pundak kita?

Apakah ada orang yang mampu semudah itu memaafkan seseorang yang telah mengoyak-ngoyak harga diri dan kehidupannya?

Saudaraku, ini bukan perkara mampu atau tidak, tetapi masalah kehidupan kita sendiri, apakah mau membawa kentang busuk kemana-mana selamanya atau mengisi kehidupan kita dengan butiran-butiran mutiara. Mutiara kehidupan ada didalam lautan ke’maaf’an.

Saudaraku, mudah-mudahan hadist berikut ini dapat membantu kita memaafkan sesama dengan ikhlas apapun kesalahannya ”Kalian tidak akan beriman kecuali kalian saling mencintai. Maukah kutunjukkan kepada kalian sesuatu yang bila kalian kerjakan kalian saling mencintai? Sebarkan salam di antara kalian.” (HR. Muslim).

Jumat, 12 Desember 2008

Orang Kafir Pasti Kalah


"Kul lilladzina kafaruu satughlabuuna wa tuhsyaruuna ilaa jahannam, wa biksalmihaad" (Ali Imran, 12)

Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: "Kamu pasti akan dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring ke dalam neraka jahannam. dan Itulah tempat yang seburuk-buruknya".

Wahai saudaraku, janglanlah silau melihat keadaan orang-orang kafir, yang kelihatan hidup dengan senang, glamour, kaya dan memandang enteng terhadap keadaan kita. Di segala medan nampaknya mereka mendominasi, opini, pengaruh, lobby, dan kehidupan disegala bidang. Semua itu hanya dalam pandangan yang semu. Kalau kita dapat menyelam kedalam lorong dan relung hatinya, sesungguhnya didalamnya adalah kosong gersan dan penuh kegelisahan.

Bersabarlah, jangan terpengaruh dengan kemerajalelaan mereka, apalagi terbawa gaya hidup mereka. Kita memiliki sesuatu yang mereka tidak miliki. Itulah sebabnya mereka selalu memerangi kita. Mereka tidak punya IMAN, dan kita punya. Yang mereka miliki hanyalah remang-remang ketidakpastian yang menyebabkan mereka selalu bimbang dan limbung.

Bersabarlah, mereka pasti kalah.

Tikungan hidup


Di dekat rumah kami ada suatu tikungan, sebenarnya pertigaan, saya namakan ‘tikungan hidup’ karena di sana terjadi beragam kegiatan yang memberikan banyak makna bagi sisi kehidupan orang yang meliwatinya

Untuk memulai warna kehidupan di sana, saya tampilkan seorang yang mungkin dialah yang memulai kehidupan di sana setiap paginya, Wijaya, sebutlah namanya seperti itu. Dia hadir di sana sebelum azan subuh berkumandang dari menara mesjid-mesjid disekitarnya. Dia hadir di sana tidak perduli dalam keadaan hujan atau terik, demi untuk menjaga dan memlihara kekuasaannya yang panjangnya + 500 meter. Anda tahu kan, ya ia adalah petugas kebersihan. Kadang-kadang saya merasa sangat kecil dihadapannya apabila melihat pada dedikasinya yang luar biasa tersebut. Sudah bertahun-tahun dan tidak pernah luntur pengabdiannya. Apabila berbagi rezeki dengannya, dia akan mendoakan dengan tulus dengan doa yang panjang dan fasih. Kekurangannya adalah berkali-kali saya ajak shalat, termasuk shalat jumat, tetapi selalu alasan dengan tugasnya yang harus diselesaikan. Mudah-mudahan suatu ketia hatinya terbuka mendapat hidayah.

Tamu kedua yang sering menyinggahi tikungan tersebut, adalah orang-orang yang dilupakan masyarakat, bahkan mungkin mereka telah melupakan dirinya sendiri. Orang-orang yang tidak sadar akan kesadarannya karena beratnya perjuangan hidup. Apakah mereka datang ke ‘tikungan hidup’ ini untuk berusaha agar dirinya yang saat ini terabaikan oleh kehidupan untuk hidup kembali dengan harapan-harapan yang nyata. Yang jelas mereka datang ke sini dengan kondisi sendiri-sendiri. Ada yang masih berbusana ‘pantas’ dengan status yang masih orientasi lingkungan, tetapi sudah disorientasi kesadaran. Ada yang antara busana dan badannya tidak dapat dibedakan lagi. Ada yang sudah doyan berkoteka ala Jakarta, saingan koteka ala papua,dan yang paling top adalah yang tak punya apa-apa lagi, bahkan pakaian penutup kehormatan terakhir. Mungkin karena mereka tidak mengenal kehormatan lagi. Kalau disodorkan mekanan mereka kembali ke fitrahnya lagi.

Alhamdulillah, di sini paling sering dijumpai orang-orang jujur, orang yang tidak malu mengakui ketidaktahuannya. Mereka yang sadar butuh tuntunan, agat kehidupan dan perjalanan selanjutnya lebih terarah dan efektif. Mereka terdiri dari berbagai golongan dari pejalan kaki sampai pengendara mobil bagus, dari luar kota juga dari daerah Jakarta sendiri. Pertanyaan atau tuntunan yang mereka ajukan umumnya juga tidak sulit. Pak Wijaya, tukang kebersihan diatas, paling sering memberikan tuntunan. Syaratnya, arah atau wilayah yang ditanyakan diketahui lokasinya, mungkin karena pernah kesana atau tahu dari Peta. Ada kepuasan tersendiri apabila dapat memberi arahan atau bantuan, tetapi juga ada kekewaan apabila tidak dapat membantu mereka.

Penghuni atau pengguna yang paling heboh di ‘tikungan hidup’ ini, terutama pada saat-saat kampanye, adalah attribute para pendamba ‘kerajaan senayan’. Disini ada perlombaan spanduk dari bibir bumi sampai puncak-puncak tembok dan tonggak-tonggak bambu, bahkan sampai ke puncak pohon randu yang tumbuh dekat tikungan. Kadang-kadang juga saling tumpang tindih dan ke depan membelakangi yang lain. Untung saja belum ada bentrok yang terjadi. Kalau bukan attribute kampanye juga sering dijumpai spanduk dan baliho produk-produk baru dan tabloid terbitan pekanan, turut meramaikan dan mencemari daerah ini

Meskipun sebenarnya ‘tikungan hidup’ ini cenderung sepi, tetapi masih banyak aktivitas lain yang mewarnai dan memaknai tempat ini. Seperti; tukang ojek yang sering nongkrong meskipun kelihatan ogah-ogahan, penjual pikulan yang istirahat di pinggiran trotoar, agak kedalam sedikit mangkal penjual ikan segar, persis dekat tikungan beberapa penjual bubur yang membakar perapiannya setiap pagi, atau galian kabel yang selalu muncul merusak trotoar dan kenyamanan pejalan kaki dan lain-lain yang tidak sempat disebutkan semua disini. Inilah komunitas ‘tikungan hidup’ yang menjadikan daerah ini bergairah dan bermakna setidaknya menurut yang saya lihat.

Tikungan ini saya lalui minimal dua kali dalam sehari, kalau tidak ada acara alias di rumah saja, saya lewati daerah ini bisa sampai delapan kali dalam sehari. Dari perlintasan tersebut penghuni yang paling sering saya jumpai adalah pak Wijaya.

Kenangan ini sebenarnya belum selesai, karena di tikungan hidup selalu memprodusir kenangan yang baru selama masih berintegrasi dengannya. Ya sekian saja dulu.

Rabu, 10 Desember 2008

Prosesi Agung

Maka prosesipun dimulai dengan panggilan Allah; Haiiya Alal falaah : marilah meraih kemenangan, kesuksesan. Lalu Siapa yang tidak menganggap kemenangan, siapa tidak menganggap kesuksesan kalau yang mengundang adalah Allah.

Sang hambapun mengawali dengan mengambil air wudhu di rumahnya dengan sesempurna mungkin dan diakhiri dengan membaca doa ”Asy hadu alla ilaha illallah wah dahu la syarika lahu, wa asy hadu anna muhammadan abduhu wa rasuluhu”, sebab Umar bin Khattab meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda ”Delapan pintu surga dibuka dan bebas dimasuki dari pintu mana saja oleh orang yang menyempurnakan wudhunya kemudian membaca doa tersbut” (HR. Muslim)

Kemudian berjalan kaki ke mesjid dengan tenang tidak tergesah-gesah sambil membaca zikir dan doa untuk melaksanakan shalat berjamaah, meraih karunia dan pahala dari Allah.

Dari Abdullah bin Mas’ud ra. Bahwasanya Rasulullah Saw bersabda ”Tidaklah seseorang yang bersuci dengan sempurna dirumahnya kemudian pergi ke mesjid(shalat berjamaah), melainkan dengan setiap langkah yang ditempuhnya, Allah akan mencatat satu kebaikan untuknya, meninggikan derajatnya satu tingkat (di surga) dan menghapuskan satu dosanya.” (HR. Muslim).

Ketika masuk ke mesjid membaca doa masuk mesjid, lalu melakukan shalat sunah tahiyatul masjid dan shalat-shalat sunah lainnya. Sekali lagi merengkuh karunia dan pahala dari Allah.

”Shalat sunnah dua rakaat sebelum shalat subuh itu lebih baik dari pada dunia seisinya” (HR. Muslim) Shalat sunah rawatib yang lain, insya Allah bedanya tidak terlaluh jauh.

Shalat jamaah mengikuti iman dengan tertib dan khusuk

Dalam sebuah hadist Rasulullah s.a.w. bersabda "Shalat Jamaah lebih utama dua puluh tujuh kali dibanding shalat sendiri" (H.R. Bukhari Muslim dll.).

Sebelum kembali ke rumah, sempat menjalin silaturrahim dengan jamaah yang lain, karena Rasulullah saw bersabda ”Orang yang ingin rezekinya dilapangkan atau umurnya dipanjangkan,hendaklah dia menyambungkan tali silaturrahim”(HR. Bukhari-Muslim).

Sebelum berpisah Berjabat tangan (sesama lelaki) karena Nabi saw bersabda ”Tidaklah dua oang muslim yang bertemu lalu berjabat tangan, melainkan diampuni dosa-dosa mereka sebelum berpisah”. (HR. Abu Dauwud) Hadis hasan.

Saudaraku, adakah upacara, adakah prosesi yang sedahsyat ini dalam kehidupan kita sehari-hari. Sungguh suatu berkah dan anugerah berkelimpahan yang disediakan Allah kepada kita untuk diraih dengan usaha yang tidak ‘susah-susah amat’, dan dapat diperoleh lima kali dalam sehari. Sungguh luar biasa. Terima kasih ya Allah atas anugerahMu ini.

Sungguh ini hanyalah hal sepele bila ingin menganggap seperti itu. Kalau iman sudah mati!!!

Sabtu, 06 Desember 2008

Membangun kepedulian


Tidak disebut Mukmin yang sempurna keimanannya orang yang tidak menganggap bala itu ni’mat dan kemewahan itu musibah (bala) (HR.At-Tabrani)

Akhir-akhir ini kita banyak mendengar diberitakan kisah seorang guru madrasah, namanya: Maryudi, 36 tahun, seorang guru ngaji anak-anak di Kampung Nangela, Desa Jagabita, Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor. Yang mengagumkan ia hanya memungut bayaran sebesar Rp. 100,- per minggu kepada setiap anak didiknya yang berjumlah 50-an anak. Ini berarti bahwa setiap bulan ia hanya menerima 25000, itupun kalau semua anak rutin membayarnya. kenyataannya sebagian besar anak tidak melunasi karena kesulitan ekonomi di daerah tsb. Penghasilan sebesar itulah yang digunakan untuk menghidupi isteri dan 5 anak-anaknya, selain penghasilan dari upah buruhan sebagai petani yang tak punya tanah garapan sendiri.

Kalau kita cermati, orang-orang tangguh seperti Maryudi ini banyak terdapat disekitar kita, cuma tidak terekpos ke media. Sungguh mereka menjadi sumber inspirasi dan pelajaran yang sangat berharga, mereka memiliki kepedulian kepada orang lain yang tinggi meskipun mereka dililit kesulitan yang luar biasa. Mereka sangat menyadari sabda Nabi SAW bahwa "Sebaik-baik manusia ialah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya."

Memikirkan kehidupan kadang-kadang membawa kita kesituasi yang ’serba perhitungan’ kata orang, sehingga membunuh fitrah kita yang dilandasi kasih sayang dan suka tolong menolong. Akal kita tidak bisa menjangkau kondisi-kondisi yang dialami seperti Maryudi diatas dan Maryudi-Maryudi lain ditengah-tengah kita.

Dan tidak ada suatu binatang melata (dan manusia) pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi/menjamin rezekinya [QS.11:6]

Dan berapa banyak binatang (dan manusia) yang tidak dapat mengurus rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya (QS. 29:60]

Kita sering membaca atau mendengar ayat-ayat tsb. diatas, tetapi masih susah untuk memaknainya. Kita lebih yakin dan percaya terhadap perhitungan atau prediksi kita sendiri.

Saudaraku, saatnya kita melakukan revolusi pemikiran kedalam diri sendiri yang lebih mengandalkan pengetahuan kita yang hanya secuil, kepada petunjuk-petunjuk Allah yang jelas dalam Al Quran dan sunnah RasulNya. Yang jelas tidak akan salah perthitungannya. Tentu saja hal ini tidak mudah, tetapi dengan banyak membaca dan berpikir serta merenungkan pengalaman-pengalaman seperti Maryudi diatas dan membangun kepedulian sesama, insya Allah kita akan sampai kesana.

Kebahagiaan yang langgeng adalah kebahagiaan atau kepuasan yang dicapai melalui banyak pengorbanan diri (momentum yang tepat pada idul qurban ini ), yang dilandasi kepada rasa keimanan yang kuat kepada Allah, untuk membahagiakan orang-orang lain, sedangkan kebahagiaan yang dinikmati hanya dengan memuaskan diri sendiri kehadirannya tidak akan bertahan lama. Yakinlah, Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji. (QS.3:9)

Rabu, 26 November 2008

Bertumbuh


Jangan pernah berpikir kita bisa bertumbuh dalam menjalani kehidupan rohani bersama Tuhan sendirian. Orang percaya tidak pernah dimaksudkan untuk bertumbuh sendirian. Kita bertumbuh karena bertumbuh bersama-sama dengan orang percaya lainnya.

Hidup ini adalah perjalanan panjang. Jalan-jalan yang dilalui bisa berbagai macam, mulai dari yang licin beraspal, berbatu-batu, hingga yang tandus dan kering. Kita membutuhkan orang percaya lainnya untuk saling menopang. Itulah mengapa kita harus menyadari perlunya kita dibimbing dan membimbing.

Menjadi pembimbing saja akan melelahkan karena kita tidak memiliki orang yang menopang dan mendukung perjalanan kita. Menjadi orang yang dibimbing saja juga tidak akan membuat kita dewasa dalam perjalanan iman. Kita perlu dibimbing dan membimbing. Tuhan ingin kita semua hidup bersama saling membangun dengan saudara-saudara seiman lainnya. Oh betapa indahnya bila saudara seiman hidup rukun dan saling membangun.

riel - January 15, 2004 11:28 PM
URL: http://www.unitedfool.com/violet/arsip/2004/01/000435print.html

Semua harus dipertanggungjawabkan


Rasulullah SAW bersabda, “ada dua ni’mat yang banyak orang sering melupakannya yaitu ni’mat kesehatan dan ni’mat kesempatan untuk berbuat baik (HR Bukhari)

Dalam sehari kita punya kesempatan 86.400 detik. Dalam setahun kita memiliki 31.536.000 detik. Kesempatan ini sama persis untuk setiap orang; orang dewasa atau anak-anak, presiden atau rakyat jelata, ustazd atau preman, jutawan atau pengemis, dst. Semuanya akan dimintakan pertanggungjawaban dihadapan Allah SWT. kemana kesempatan-kesempatan itu digunakan. Tidak ada yang bisa mengelak. Saksinya adalah setiap desahan napas yang telah kita keluarkan, setiap kejadian yang telah kita lakukan, setiap tempat yang telah kita lalui, setiap debu yang menerpa atau angin yang membelai tubuh kita. Tidak ada lagi kebohongan.

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. [QS. 103:1-3]

Detik adalah suatu periode atau kesempatan yang sangat berharga atau sangat berbahaya, tergantung setiap individu-individu untuk memanfaatkannya. Boleh jadi detik yang kita miliki, bernilai jauh lebih besar dibandingkan dengan detik.com (website terbesar di Indonesia yang menghidupi ribuan keluarga). Bukankah UU Pornography hanya perlu satu atau dua detik untuk menandatanganinya, dan berapa banyak jiwa yang teselamatkan dengan adanya ketentuan ini, sebaliknya berapa banyak korban yang terbunuh di Irak akibat keputusan George Bush untuk menandatangani persetujuan untuk invasi atau penyerangan ke Irak, yang ditanda tangani kurang dari dua detik.

Kalau ingin tahu bertapa berharganya waktu satu detik, tanyakanlah kepada orang yang baru saja terhindar dari kecelakaan atau pelari 100 meter pada pertangdingan olimpiade. Di dunia ini betapa berharganya satu detik apalagi di akhirat kelak.

Kalau anda sekarang berumur 63 tahun 4 bulan, berarti anda telah memiliki kesempatan sekitar 2 milyar detik. Kira-kira berapa ratus juta digunakan didepan televisi?, berapa puluh juta digunakan jalan-jalan di Mall?, berapa puluh juta digunakan ngobrol dipinggir jalan?, berapa puluh juta digunakan untuk ngerumpi dan gossip?, berapa ratus juta digunakan untuk tidur?, lalu berapa juta digunakan untuk beribadah kepada Allah?. Hisablah sendiri dan bersiaplah untuk mempertanggungjawabkannya kepada Sang Pemberi Kesempatan.

Saudaraku, masih sudihkah untuk menghamburkan-hamburkan puluhan juta atau bahkan ratusan juta kesempatan, yang mungkin masih anda akan terima dari Allah, untuk hal-hal yang tidak jelas manfaat dan kegunaannya. Apakah anda ragu dengan Allah firman berikut ini ” Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? [QS. 23:115]”

Saudaraku,sadarilah ni’mat yang sejenak kita rasakan bisa jadi azab berkepanjangan disana.

Sabtu, 22 November 2008

Berkaca diri


Pernahkah anda melihat saudara kita yang memiliki ketidaksempurnaan fisik, sehingga kalau shalat perlu perjuangan khusus? Lihatlah, dia dapat melakukan shalat-shalat sunnah dan ibadah sunnah lain dengan tekun dan istiqomah.

Wahai manusia! Sesungguhnya engkau mesti bekerja keras dengan bersungguh-sungguh menuju kepada Tuhanmu yang engkau akan menemui-Nya. (QS. 84:6)

Pernahkah anda melihat saudara kita yang serba kekurangan dalam harta benda, sehingga kebutuhan sehari-hari saja masih dibawah standar kesehatan? Perhatikanlah, dalam kesehariannya masih dapat merogoh recehan dari sakunya, memberikan kepada orang lain yang dia anggap membutuhkan bantuannya, mesikpun tidak seberapa jumlahnya.

Rasulullah SAW bersabda ‘Sesungguhnya bagi tiap-tiap umat itu ada ujian dan ujian bagi umatku ialah harta’ ( HR. Al-Tirmizi)

Pernahkah anda melihat saudara Kita yang secara akademik tidak memiliki kompetensi yang memadai untuk memberi tausyah atau pencarahan spiritual? Simaklah, dia keluarkan apa yang ada dalam hatinya dengan semangat dan cinta, sehingga yang mendengar juga dapat menerima dengan hati yang lapang.

Ibnu Mas’ud, meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. bersabda; ‘Tiap orang yang diberi oleh Allah ilmu agama, lalu disembunyikannya, maka Allah mengendalikan mulutnya pada hari kiamat dengan kendali dari api neraka’(HR. Al-Tabrani )

Saudaraku, kita semua punya potensi, yang betapapun kecilnya, dapat kita eksplorasi untuk dikembangkan dan dimanfaatkan kepada orang lain. Munculkanlah potensi itu, galilah dengan tekun dan tak kenal putus asa, suatu saat nanti ia akan mekar, matang dan siap digunakan. Ini adalah karunia Allah yang harus disyukuri. Kecil dalam ukuran manusia, tetapi dengan keikhlasan dan iman semata boleh jadi sangat besar di sisi Allah.

Bagi mereka yang kondisinya bertolak belakang secara fisik dengan saudara-saudara kita seperti diatas, keadaan ini dapat dijadikan cermin diri, apakah kita sudah lebih tekun dibandingkan dengan ketekunan mereka.Kalau demikian halnya bolehlah kita mengucapkan Alhamdulillah, tetapi apabila hanya sebanding dengan mereka, atau bahkan lebih sedikit, maka saatnya untuk evaluasi dan perbaikan diri. Apakah kita tidak malu kepada Allah kalau amal dan perbuatan kita sama dengan orang yang berkurangan sementara kita diberikan kelebihan dari Allah.

Saudaraku, menunaikan kewajiban dalam kondisi yang serba kekurangan nilai bobotnya jauh labih tinggi dibandingkan dengan melakukan dalam kondisi yang lapang, tentu saja selain keikhlasan. Oleh karena itu dalam kondisi lebih lapang, kualitas dan kwantitas ibadahnya harus lebih ditingkatkan lagi, kalau kita menginginkan nilai yang sama.

Saudaraku, jangan terlena dengan kelebihan, tetapi perteballah iman dengan kelebihan tsb.

JANGAN PANDANG HUTAN DARI SEMAKNYA


Tak ada sesuatu dalam hidup ini yang perlu ditakutkan. Anda hanya perlu mengerti. Ketakutan berasal dari keterbatasan pikiran. Bukalah pikiran untuk memahami ketakutan anda. Maka akan anda temui keberanian untuk menghadapinya.

Jangan sembunyi, jangan tunda, dan jangan berhenti memecahkan masalah anda. Persoalannya bukan karena masalah itu akan membesar, namun pikiran anda yang semakin kerdil - pandangan anda yang semakin sempit.

Berjalan di jalan keberhasilan adalah berjalan di hutan lebat. Jangan berhenti hanya karena onak belukar. Dan jangan pandang hutan dari semaknya belaka. Anda harus mampu melewatinya. Sekali anda berhasil mengatasi ketakutan, anda memiliki ketahanan untuk menghadapi kesulitan serupa. Pahami bahwa semua itu sangat baik bagi kekuatan anda untuk mengatasi tantangan yang lebih besar. (Editor-080301)

Saat Yang Paling Sempurna.


Mungkin ada sesuatu yang selalu anda ingin kerjakan. Sebuah hasrat untuk mengerjakan sesuatu yang anda cita-citakan. Mengapa anda tidak coba mengerjakannya hari ini? Hari ini adalah saat paling sempurna untuk memulainya. Dari semua hari yang tersedia, tidak ada yang lebih tepat daripada hari ini.

Anda menginginkan kesempurnaan? Berangkatlah dari yang tidak sempurna terlebih dahulu. Perbaiki satu bagian demi satu bagian, maka apa yang anda inginkan akan terwujud di depan mata. Tidak ada karya besar yang muncul dengan sekali duduk.

Mengambil langkah pertama tidaklah sulit. Semuanya ada di dalam jangkauan anda, termasuk hari ini. Jadi tunggu apa lagi, yang terpenting adalah anda memulainya sekarang, karena anda adalah pemilik hari ini.

Mengapa tidak besok? Karena hari esok belum tentu ada.

***************************************************************
Kata Bijak Hari Ini.

Orang bijak adalah dia yang hari ini mengerjakan apa yang orang bodoh akan mengerjakannya tiga hari kemudian. (Abdullah Ibnu Mubarak)

Sumber : Milis

Kamis, 13 November 2008

Air mata Mutiara


Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengeluh pada ibunya sebab sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembek. "Anakku," kata sang ibu sambil bercucuran air mata, "Tuhan tidak memberikan pada kita, bangsa kerang, sebuah tangan pun, sehingga Ibu tak bisa menolongmu." Si ibu terdiam, sejenak, "Aku tahu bahwa itu sakit anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. Kuatkan hatimu. Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat", kata ibunya dengan sendu dan lembut.

Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya. Ada hasilnya, tetapi rasa sakit terkadang masih terasa. Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air mata ia bertahan, bertahun-tahun lamanya. Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin lama mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar.

Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar, utuh mengkilap, dan berharga mahal pun terbentuk dengan sempurna. Penderitaannya berubah menjadi mutiara; air matanya berubah menjadi sangat berharga. Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada sejuta kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan.

**********

Cerita di atas adalah sebuah paradigma yg menjelaskan bahwa penderitaan adalah lorong transendental untuk menjadikan "kerang biasa" menjadi "kerang luar biasa". Karena itu dapat dipertegas bahwa kekecewaan dan penderitaan dapat mengubah "orang biasa" menjadi "orang luar biasa".

Banyak orang yang mundur saat berada di lorong transendental tersebut, karena mereka tidak tahan dengan cobaan yang mereka alami. Ada dua pilihan sebenarnya yang bisa mereka masuki: menjadi `kerang biasa' yang disantap orang atau menjadi `kerang yang menghasilkan mutiara'. Sayangnya, lebih banyak orang yang mengambil pilihan pertama, sehingga tidak mengherankan bila jumlah orang yang sukses lebih sedikit dari orang yang `biasa-biasa saja'.

Mungkin saat ini kita sedang mengalami penolakan, kekecewaan, patah hati, atau terluka karena orang-orang di sekitar kamu cobalah utk tetap tersenyum dan tetap berjalan di lorong tersebut, dan sambil katakan di dalam hatimu.. "Airmataku diperhitungkan Tuhan.. dan penderitaanku ini akan mengubah diriku menjadi mutiara."
Semoga........

Salam,
M. Isrok

Anak dan Harapan


Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), di sisi Allah-lah pahala yang besar. [QS. 64:15]

Bagi seorang mukmin, anak adalah titipan Allah yang harus dijaga dan dipelihara karena ia adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan. Ia juga menjadi penyambung amal-amal setelah kita kembali kehadirat-Nya, apabila ia bisa menjadi anak yang shaleh.

Ada dua sikap paradok orang tua dalam mempersiapkan anaknya dimasa depan. Yang pertama, orang tua yang berusaha menyediakan segala fasilitas kebutuhan anak-anaknya setelah ia tinggalkan. Mulai dari pendidikan, pekerjaan, kekayaan, dan sebagainya, sehingga kalau perlu anaknya tersebut tidak berbuat apapun kehidupannya tetap terjamin sampai anak-anaknya, bahkan sampai tujuh turunan.

Yang kedua, orang tua yang bekerja membanting tulang untuk mempersiapkan anaknya agar berhasil sehingga dihari tua kelak hidupnya terjamin. Apabila anaknya tidak berhasil atau anaknya tidak tahu balas budi maka hidupnya akan sengsara.

Ada kekhawatiran yang tinggi kalau mereka tidak bisa mempersiapkan seperti itu. Orang tua pertama takut anaknya kekurangan, sedangkan orang tua kedua takut hidupnya kekurangan dihari tuanya. Mereka berani berkorban apapun untuk keberhasilan anak-anaknya dan kadang-kadang melupakan dirinya sendiri, melupakan kewajiban kepada Tuhannya, seperti enggan membayar zakat, shalatnya sering terabaikan, dan kewajiaban lainnya, karena kesibukan untuk kepentingan anak-anaknya.

Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. [QS. 63:9]

Saudaraku, rezeki anak-anak kita sudah ditentukan Allah Swt, dan rezeki mereka tidak perlu harus melalui kita. Persiapan yang perlu kita berikan tidak perlu sejauh yang kita bayangkan diatas. Ingat ketika kita masih muda dahulu, yang kita makan, yang kita miliki tidak semua dari orang tua. Anak-anak malu kalau sudah berkeluarga masih dihidupi dari usaha orang tuanya. Mereka punya kebanggaan sendiri dengan usaha dan pekerjaannya walaupun mungkin lebih sederhana.

Saudaraku, harta yang anda miliki gunakanlah secara proposional untuk kepentingan sendiri sesudah mati, dengan jalan menyimpan melalui pemanfaatan untuk orang banyak. Ini menjadi ukuran tingkat kecintaan anda kepada Allah.

"Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya (kekuasan-Nya), salah seorang di antara kamu tidaklah beriman sehingga saya lebih dicintai olehnya daripada orang tua dan anaknya". (HR: Bukhari)

Saudaraku, persiapan terbaik untuk anak kita adalah menanamkan semangat juang dan iman yang kokoh, sehingga dimanapun mereka berada minimal tidak menjadi beban dan gangguan terhadap orang lain.

Hati Ibarat Rumah


Ada tiga macam rumah, Pertama Rumah Raja, di dalamnya ada simpanannya, tabungannya serta perhiasannya. Kedua Rumah Hamba, di dalamnya ada simpanan, tabungan dan perhiasan yang tidak seperti yang dimiliki seorang raja. Dan ketiga adalah Rumah Kosong, tidak ada isinya.

Jika datang seorang pencuri, rumah mana yang akan dimasukinya?

Apabila anda menjawab, ia akan masuk rumah yang kosong, tentu suatu hal yang tidak masuk akal, karena rumah kosong tidak ada barang yang bisa dicurinya.

Karena itulah dikatakan kepada Ibnu Abbas Radhiallahu 'anhu, bahwa ada orang-orang Yahudi mengklaim bahwa di dalam shalat, mereka 'tidak pernah terganggu', Maka Ibnu Abbas berkata: "Apakah yang bisa dikerjakan oleh syetan dalam rumah yang sudah rusak?"

Bila jawaban anda adalah: "Pencuri itu akan masuk rumah raja." Hal tersebut bagaikan sesuatu yang hampir mustahil, karena tentunya rumah raja dijaga oleh penjaga dan tentara, sehingga pencuri tidak bisa mendekatinya.

Bagaimana mungkin pencuri tersebut mendekatinya sementara para penjaga dan tentara senantiasa siap siaga di sekitar raja?

Sekarang tinggal rumah ketiga, maka hendaklah orang-orang berakal memperhatikan permisalan ini sebaik-baiknya, dan menganalogikannya (rumah) dengan hati, karena inilah yang dimaksudkannya.

Hati yang kosong dari kebajikan, yaitu hati orang-orang kafir dan munafik, adalah rumah setan, yang telah menjadikannya sebagai benteng bagi dirinya dan sebagai tempat tinggalnya. Maka adakah rangsangan untuk mencuri dari rumah itu sementara yang ada didalamnya hanyalah peninggalan setan, simpanannya dan gangguannya? (rumah ketiga).

Hati yang telah dipenuhi dengan kekuasaan Allah Subhanahu wa ta'ala dan keagungan-Nya, penuh dengan kecintaanNya dan senantiasa dalam penjagaan-Nya dan selalu malu darinya, Syetan mana yang berani memasuki hati ini? Bila ada yang ingin mencuri sesuatu darinya, apa yang akan dicurinya? (rumah pertama).

Hati yang di dalamnya ada tauhid Allah, mengerti tentang Allah, mencintaiNya, dan beriman kepadaNya, serta membenarkan janjiNya, Namun di dalamnya ada pula syahwat, sifat-sifat buruk, hawa nafsu dan tabiat tidak baik. Hati ini ada diantara dua hal. Kadang hatinya cenderung kepada keimanan, ma'rifah dan kecintaan kepada Allah semata, dan kadang condong kepada panggilan syetan, hawa nafsu dan tabiat tercela.(rumah kedua )

Hati semacam inilah yang dicari oleh syetan dan diinginkannya. Dan Allah memberikan pertolongan-Nya kepada yang dikehendakiNya. "Dan kemenanganmu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi maha bijaksana." (Ali Imran:126)

Syetan tidak bisa mengganggunya kecuali dengan senjata yang dimilikinya, yang dengannya ia masuk dalam hati. Di dalam hati seperti ini syetan mendapati
senjata-senjatanya yang berupa syahwat, syubhat, khayalan-khayalan dan angan-angan dusta yang berada di dalam hati.
Saat memasukinya, syetan mendapati senjata-senjata tersebut dan mengambilnya serta menjadikannya menetap di hati. Apabila seorang hamba mempunyai benteng keimanan yang mengimbangi serangan tersebut, dan kekuatannya melebihi kekuatan penyerangnya, maka ia akan mampu mengalahkan syetan. Tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah semata.

Sumber : Milis

Irene Handono


Republika, Jumat, 01 Februari 2002
Al-Ikhlas Menuntunnya kepada Kebenaran Islam

Keraguan terhadap doktrin ketuhanan dalam sebuah agama, memang dapat menjadi penyebab terguncangnya keimanan seseorang terhadap agamanya. Hal inilah yang terjadi pada diri Irene Handono, mantan biarawati yang sekarang menjadi ketua Gerakan Muslimah.

Keraguan dirinya terhadap doktrin ketuhanan yang sebelumnya dianut, berawal ketika dia harus mempelajari Alquran sebagai salah satu mata kuliah Islamologi di Institut Filsafat Teknologia Surabaya pada tahun 1976.

Pada suatu malam, ketika ia harus mempersiapkan diri untuk kuliah esok harinya, Irene mencoba membuka kitab suci tersebut. Dan takdir Allah memang tak dapat dielakkan, pada saat itu terbuka olehnya surat Al-Ikhlas yang menegaskan akan keesaan Tuhan, sebuah doktrin ketuhanan yang berbeda dengan doktrin agama yang dianutnya.

Dia lalu membandingkan keesaan Tuhan yang diajarkan Islam dengan trinitas yang dipahami sebelumnya --yang selalu diajarkan dengan perumpaan segitiga, di mana segitiga itu tetap satu walau memiliki tiga sisi.

Pemahaman dan penjelasan pastor di bangku kuliah, tak membuat Irene puas atas doktrin ketuhanan yang dianutnya. Malam hari seusai kuliah, dia kaji lagi surat tersebut. Makin dalam ia mengkaji makin bimbang dirinya memahami doktrin ketuhanan yang dianutnya.

Meski dua tahun dia mengeyam kuliah di institut tersebut, akan tetapi tak membuat Irene makin yakin dengan doktrin ketuhanan agamanya. Sebaliknya, dia makin penasaran akan kebenaran doktrin Islam. Karenanya ia makin intensif mempelajari Islam.

Sekitar delapan tahun Irene mempelajari Islam dan hatinya makin cenderung terhadap agama itu. Secara perlahan ia mulai berseberangan dengan biara tempatnya mengabdi. Dalam kurun waktu itu, ia terus mengasah pengetahuannya tentang Islam selain mempertimbangkan risiko yang harus dihadapinya --baik dari pihak biara maupun keluarganya-- bila kelak ia hijrah ke Islam. Ia membayangkan akan terputusnya hubungan dengan orang-orang yang sangat dicintainya bila ia memeluk Islam.

Kebimbangan sempat muncul dalam benaknya, akan konsekuensi yang akan menimpa dirinya kalau ia menjadi Muslimah. Dia mafhum, dia pasti berpisah dengan keluarga serta saudaranya.

Namun keyakinannya akan Allah, diperkuat dengan pemahaman bahwa dirinya akan mendapatkan persaudaraan yang lebih luas dalam Islam. Keyakinan ini memupuskan kebimbangannya. "Persaudaraan Islam, merupakan persaudaraan universal yang melintasi batas-batas ras, warna kulit, bahasa, maupun negara," tuturnya mantap.

Akhirnya setelah merasa yakin akan kebenaran Islam, lewat doktrin ketuhanan serta persaudaraan dalam Islam, menjelang Ramadhan di tahun 1983, Irena Handono mengucapkan dua kalimat syahadat menjadi seorang Muslimah.

Prosesi ikrar keislaman dirinya, dilaksanakan dengan bimbingan ketua MUI Jawa Timur waktu itu, KH Misbach. Dan ikrar keislaman itu sendiri dilaksanakan di masjid Al-Falah Surabaya.

Tak lama setelah menjadi Muslimah, Allah mempertemukan wanita asal Surabaya itu, dengan seorang pria Muslim bernama Masrukhin Yusufi, dalam sebuah ikatan suci. Hingga kini mereka dikaruniai tujuh putra dan satu putri.

Kini, setelah 19 tahun menjadi Muslimah, wanita kelahiran Surabaya 48 tahun lalu ini, makin mantap dengan keislamannya. Dan kemantapan hatinya dalam Islam, mendorong dirinya berkhidmad kepada agama Allah melalui sebuah organisasi bernama Gerakan Muslimah.

Organisasi inilah yang telah memberinya kesempatan untuk mengaktualisasikan ajaran Islam yang ia anut. Dan melalui organisasi ini pula Irene membantu pembinaan para muallaf, khususnya wanita.

Kamis, 06 November 2008

Dibalik Peristiwa


Kita tidak bisa mengubah sejarah,tetapi kita bisa membuat sejarah. Itu kata para bijak. Kata yang sarat dengan motivasi dan tekad yang kuat. Mungkin bukan untuk sejarah nasional, apalagi sejarah dunia, tetapi paling tidak untuk milestone diri sendiri. Setiap orang harus berbuat sesuatu yang berarti, mungkin monumental, yang bermanfaat untuk sesama insan dan makhluk lainnya, karena itulah tujuan kita dihadirkan di dunia ini. Khalifah fil ard.

Krisis ekonomi yang saat ini masih menggema, menelan banyak korban, sebutlah juragan minyak dan bolah sepak: Roman Abramovich dari Rusia. Menurut berita, ia mengalami kerugian sebesar £12 miliar atau setara dengan Rp. 211 trilyun, sementara total kekayaannya sendiri hanya £11 miliar. Assetnya sendiri secara fisik tidak mengalami apa-apa, kerusakan, di landa bom misalnya. Aneh. Tapi begitulah ekonomi kapitalis.

Yang lebih dekat dengan kita adalah keluarga Bakrie & Brothers yang harus melepas asetnya senilai US$ 1,2 miliar atau setara dengan Rp 11 trilyun, untuk menutup utang (kerugiannya) karena krisis bursa saham. Perusahaannya sendiri tidak apa-apa malah sangat menguntungkan. Tetapi itulah gara-gara ekonomi kapitalis lagi.

Waktu berlalu hanya beberapa hari di awal syawal 1429 dan awal Oktober 2008, dua taipan, orang bule sana dan orang kito disini, amblas hartanya Rp. 211 trilyun dan Rp. 11 trilyun.

Pada peristiwa yang lain, masih ingat tukang jagal antara 700 – 3500 orang di Sabra and Shatila, Ariel Sharon, bekas PM Israel, sudah hampir tiga tahun terbujur koma di RS, dengan kondisi badan kurus kering. Sangat kontras dengan badannya yang gemuk, tegap dan tampan ketika masih sehat, sehingga siapun yang melihatnya pasti miris dan menangis, bila saja orang tidak tahu akan kekejamannya terhadap rakyat Palestina.

Sekarang kita lihat akhir kejayaan George Bush yang ‘ahli teroris’. Meskipun ia merasa wakil tuhan di bumi, masanya tetap saja berakhir. Ingat bagaimana dia merekayasa kejadian pengembomam WTC 9/11-2001, untuk memojokkan umat Islam, bahkan tidak sabar untuk langsung menginvasi ke jantung umat Islam di Irak, untuk membuktikan bahwa Islam adalah teroris.Tetapi yang terjadi, bangsanya terperangkap kubangan maut di Irak dan bingung bagaimana mengakhiri pendudukannya, yang sebenarnya membuatnya terperosok disegala bidang. Dan di Negaranya, setiap tahun rakyatnya yang bule berbondong-bondong masuk Islam, diperkirakan lebih dari 50.000 orang pertahun.

Saudaraku, betapapun beratnya keadaan yang harus dilalui suatu ketika ia akan berganti dengan kemudahan (QS 94:5-6). Dan begitulah seterusnya saling berganti. Yang penting adalah akhir daripada kehidupan ini harus lebih baik (QS 93:4). Apapun yang terjadi, selama iman kita tetap kokoh dan terjaga, godaan apapun yang datang tidak masalah. Bukankah hanya orang beriman yang dijanjikan dengan pahala yang besar (QS 3:179).

Saudaraku, cuplikan kejadian-kejadian diatas diharapkan menginspirasi kita melakukan perenungan tentang kekuasaan Allah yang selalu hadir dalam setiap peristiwa. Bukankah dengan perenungan atau tafakur sejenak adalah lebih baik dari shalat seribu rakaat (Hadist).

Rabu, 29 Oktober 2008

Ketika saatnya tiba


Ketika saatnya tiba, ia datang tidak mengenal waktu dan tempat. Mungkin saat malam ketika kita sedang bercengkeramah dengan keluarga. Mungkin di padang golf ketika mentari baru saja tersenyum dari arah timur. Mungkin di kamar ICU diselimuti warna putih dan dililit selang infus. Dan ribuan kemungkinan yang dapat terjadi yang menutup keberadaan kita di dunia ini.

Suatu ketika Beliau, Rasulullah Saw, menjenguk seseorang yang sedang sakit, dan beliau bersabda, "Aku tahu apa yang sedang dialaminya. Tak ada satu pembuluhpun yang tidak merasakan pedihnya derita kematian." (Al Bazzar, Al-Musnad, Haitsami, Majma`, II.322)

Ketika kematian datang nyawa berpisah dengan tubuh dari arah kaki keatas melalui urat-urat, pembuluh, tulang. Dan setiap perpisahan dengan organ tubuh terserbut sakitnya sama dengan tiga ratus tusukan pedang. Berapa banyak urat-urat, pembuluh, tulang dan organ tubuh yang lain dalam tubuh manusia, mungkin jutaan atau milyaran, dan itu semua akan dilewati oleh nyawa kita pada saat berpisah dengan tubuh. Coba bayangkan kalau setiap organ tubuh kita yang bisa milyaran itu merasakan masing-masing tiga ratus tusukan pedang, Nauzubillah min dzalik.

Saudaraku, itulah sekelumit gambaran betapa dahsyatnya perkara kematian. Maka amat lalailah orang yang tidak mau mengambil pelajaran darinya. Bukankah Rasulullah Saw bersabda "Orang yang cerdas ialah orang yang mengendalikan dirinya dan bekerja untuk kehidupan setelah kematian". (HR. Tirmidzi)

Saudaraku, seharusnya apabila kemalasan melanda kita untuk mengerjakan shalat, kita mengingat proses kematian yang menjalar dari ujung jari kuku sampai dengan ujung rambut dikepala yang disertai dengan sejuta lengkingan dan lolongan. Seharusnya ketika kita enggan melaksanakan puasa, kita mengingat proses kematian dimana kepanasan dan kehausan mengerat kerongkongan tanpa setetespun air yang dapat membasahinya. Seharusnya ketika berlaku aniaya kepada seseorang, kita mengingat proses kematian dimana semua kezaliman yang pernah dilakukan akan datang menghunjam laksana pedang menghunjam semua pori-pori kita.

Rasulullah bersabda: Dan seandainya kau mengetahui apa yang kulihat, niscaya engkau akan menyedikitkan tawa dan memperbanyak tangisan, dan kamu akan keluar ke jalanan dan menjerit kepada Allah dikarenakan rasa takutmu akan kerasnya adzab dan sikasa Allah."

Saudaraku, dengan banyak mengingat mati mudah-mudahan kita tidak mengalami proses kematian seperti diatas, tetapi yang kita alami sebagaimana hadist berikut :
Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad bersabda, Malaikat mencabut ruhnya seperti menarik sehelai rambut dari gumpalan tepung, dan kepadanya dikatakan,Wahai jiwa yang tenang! Keluarlah dalam keadaan rela dan diridhoi menuju rahmat dan kemuliaan Tuhanmu!. Insya Allah.

Laur Bisaa

SubhanaLlah....
bgaus skelai hiasl petinelian ini, dan tuberkti toh tenyarta ktia tatep
dapat memcaba wulapuaun sunusan hufurnya berankatan.
Liat lagi subject di email : LAUR BAISA !!!!


Mreanik !?
===========

Murenut sautu pelneitian di Uinervtisas Cmabridge, uturan hruuf dlaam
ktaa tiadk penitng. Ckuup huurf petrama dan trekahhir ynag ada pdaa
tepmatyna.

Siasyna bsia dtiluis bernataakn, teatp ktia daapt mebmacayna. Ini
dsieabbkan kaerna oatk ktia tdiak mebmcaa huurf per hruuf, nmaun ktaa per ktaa.

Laur bisaa kan?

Slaam,

Zon Styeo Hrdenhei..:-P

Minggu, 19 Oktober 2008

Small is beautiful


Dan di antara keduanya (penghuni surga dan neraka) ada batas; dan di atas A'raaf itu ada orang-orang yang mengenal masing-masing dari dua golongan itu dengan tanda-tanda mereka. [QS. 7:46]

Diantara surga dan neraka ada suatu tempat yang tinggi namanya a’raaf, dimana penghuninya dapat melihat orang-orang penghuni surga dan penghuni neraka, bahkan mereka dapat mengenal ciri-ciri orang yang akan masuk surga atau masuk nereka. Apabila mereka menengok ke surga mereka berbahagia dan apabila dipalingkan wajahnya ke nereka mereka bersedih. Ada beberapa pendapat ulama mengenai orang-orang a’raaf tersebut, diantaranya adalah bahwa mereka orang-orang yang amal kebaikan dan amal keburukan mereka seimbang bobot timbangannya. Walaupun pada akhirnya suatu waktu mereka juga akan dimasukkan ke surga, tetapi mereka tinggal disana sementara, entah seribu tahun atau sejuta tahun, wallahualam bissawab. Pendapat ini yang akan kita jadikan acuan untuk pembahasan lebih lanjut.

Seandainya orang-orang tersebut diatas memiliki amalan kebaikan lain sebesar sehelai rambut halus, tentunya bobot amalan kebaikannya menjadi lehih berat sehingga ia patut untuk masuk surga. Seandainya sebelum ajal menjemputnya sempat memberi senyuman kepada saudaranya, tentu ia tidak perlu nginap di a’raaf tersebut. Seandainya sebelum ajal menjemput, ia sempat merogoh dengan ihklas dari sakunya sekeping koin ratusan dan diberi ke pengemis di pinggir jalan, tentu ia pantas langsung ke surga. Seandainya sebelum ajal menjemput ia sempat mendahulukan antri kepada orang lain, ia tidak perlu menunggu sekian tahun baru masuk ke surga. Seandainya sebelum ajal menjemput ia sempat menambah zikirnya sekali saja, ia tidak perlu setiap saat terhimbas cuaca neraka.

Itulah beberapa amal yang meskipun kelihatan sepele ia sangat menentukan perjalanan kita di akhirat nanti. Amalan-amalan yang di dunia ini kita anggap tidak berarti, atau terlalu kecil sehingga kita tidak tertarik mengamalkannya, bisa jadi itulah yang menyelamatkan kita. Sebenarnya, besar kecilnya suatu amal ditentukan oleh keikhlasan, boleh jadi amal itu kecil dalam pandangan kita tetapi besar dalam pandangan Allah, sebaliknya boleh jadi besar dalam pandangan kita, tetapi kecil dalam pandangan Allah, semuanya tergantung pada keihklasan kita untuk melakukannya.

Saudaraku, jangan biarkan waktu anda berlalu tanpa mengerjakan suatu amal kebajikan, walaupun kecil, yakinlah bahwa itu sangat berguna bagi bekal kita nanti dihari perhitungan, dimana perhitungan tidak ada yang dilewatkan sekecil apapun yang telah kita perbuat, apakah itu kebaikan maupun keburukan. Simaklah contoh amalan ringan berikut

Rasulullah Saw bersabda :"Demi dzat yang jiwaku ada pada genggaman-Nya, sesunguhnya (bacaan :"Katakanlah :"Dialah Allah Yang Maha Esa"(surat Al khlas)) itu sebanding dengan bacaan sepertiga Al-Qur`an". (HR: Bukhari)

Saudaraku, kebiasaan memelihara amalan-amalan yang kecil lama kelamaan memberikan suatu keajaiban, dimana amalan-amalan besarpun dapat kita lakukan dengan lebih mudah.


Puasa Sepanjang Masa

Puasa sepanjang masa dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :


1. Puasa Ramadan plus puasa syawal 6 hari

Rasulullah SAW Bersabda :

Barangsiapa berpuasa Ramadan kemudian diikuti dengan puasa 6 hari di bulan syawal, maka ia seperti berpuasa selama satu tahun penuh (HR. Bukhari Muslim – Muttafaqun alaih)


2. Puasa 3 hari setiap bulan

Rasulullah SAW Bersabda :

Puasa 3 hari setiap bulan maka seperti puasa satu tahun penuh (HR. Bukhari Muslim – Muttafaqun alaih)


Sesungguhnya ini adalah amalan orang-orang muttakin yang sebenarnya tidak terlalu berat.Dengan niat mencari keutamaan dan rida Allah kita akan mudah melaksanakannya.

Amiin

EVERYDAY IS A WONDERFUL DAY

By Ann Wells (Los Angeles Times)

" Jangan pernah menyimpan sesuatu yang istimewa untuk kesempatan
istimewa. Hidupmu tiap hari adalah istimewa."

Kakak iparku membuka laci lemari pakaian kakakku yang paling
bawah, lalu mengambil sesuatu terbungkus tissue putih dan
mengulurkannya kepadaku sambil berkata: " Ini pakaian dalam yang
sangat spesial."

Kubuka bungkusan itu, dan kutemukan sebuah pakaian dalam yang
sangat menawan, lembut, terbuat dari sutera, disulam tangan,
dengan tali sangat lembut. Label harga masih tertempel, dengan
kode-kode penjualannya yang rumit.

"Jane membelinya 8 atau 9 tahun yang lalu, dan belum pernah
memakainya. Katanya ia ingin memakainya untuk suatu kesempatan
yang sangat istimewa. Yah, rasanya inilah hari yang istimewa
itu," kata kakak iparku lemah.

Ia mengambil pakaian dalam itu dari tanganku, dan meletakkannya di
atas tempat tidur, bersama dengan pakaian lainnya yang kami persiapkan
untuk dibawa ke rumah duka. Ia memegang pakaian dalam itu sejenak, dan
dengan tiba-tiba ia menutup laci tersebut keras-keras sambil berkata
keras padaku:

" Jangan pernah menyimpan sesuatu yang istimewa untuk kesempatan
istimewa. Hidupmu tiap hari adalah istimewa."

Aku terus ingat kata-kata tersebut sepanjang upacara pemakaman dan
hari-hari sesudahnya. Saya membantu dia dan keponakan-keponakan saya
untuk melewati hari-hari berkabung setelah kematian kakakku yang
mendadak.

Sekarang saya mencoba untuk memperhitungkan waktu dengan lebih
teliti dan mensyukurinya. Aku tidak "menyimpan" sesuatu.
Kata-kata "suatu hari kelak" ataupun "hari-hari ini", mempunyai
makna yang sama bagi saya. Jika ada hal-hal yang layak didengar,
ditonton, dibaca atau dikerjakan, saya akan berusaha mendengar,
menonton, membaca atau mengerjakannya sekarang juga.

Saya tidak tahu apa kira-kira yang akan almarhum kakakku lakukan
apabila ia tahu bahwa keesokan harinya ("besok" adalah kata-kata yang
tidak pernah kita bayangkan akan tidak terjadi) ia sudah tidak akan
ada lagi di dunia ini. Mungkin ia akan menelpon seluruh keluarganya
dan beberapa teman dekatnya, mungkin ia akan menelpon teman-teman
lamanya dan meminta maaf akan kesalahan-kesalahan yang ia lakukan di
masa lalu.

Tapi semua itu hanya perkiraanku saja. Kita tidak pernah tahu.
Hal-hal tersebut pasti akan membuat aku marah bila belum dapat
saya lakukan padahal saya tidak memiliki waktu lagi.
Marah karena selama ini saya selalu menunda pertemuan-pertemuan
dengan teman-teman baik saya, meskipun saya sangat ingin berjumpa
dengan mereka. Marah, karena selama ini saya jarang membalas
surat-surat yang saya terima. Marah dan menyesal karena selama ini
saya jarang sekali mengatakan pada isteri dan anak-anakku, betapa saya
menyayangi mereka.

Kini saya selalu mengusahakan untuk tidak menunda atau menahan
hal-hal yang sekiranya akan menambah keceriaan.
Kesulitan atau kesedihan dalam hidup ini membuat saya tertawa.
Dan setiap pagi, begitu saya membuka mata, saya katakan pada diri saya
sendiri, bahwa hari itu adalah hari yang spesial. Setiap hari, setiap
menit, setiap nafas, adalah benar-benar anugerah yang indah dari
Tuhan.

Jika anda menerima mail ini, pasti karena ada orang yang peduli
dan sayang kepada anda. Jika anda selama ini terlalu sibuk,
cobalah berhenti sejenak. Sempatkan beberapa menit saja
memikirkan orang-orang yang dekat di hati anda, teman-teman yang telah
memberikan warna pada hidup anda.

"Good friends must always hold hands, but true friends do not
need to hold hands because they know the other hand will always
be there."


Wassalam

Rabu, 08 Oktober 2008

The Power of Imaan


"Sesungguhnya orang-orang mukmin hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan berjihad dengan harta dan jiwa mereka demi membela agama Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar." (Q.s. al-Hujurat: 15).

Seorang pendaki puncak gunung Himalayah, bersedia mengorbankan hartanya yang paling berharga, bahkan mempertaruhkan nyawanya, demi untuk mencapai puncaknya (yang setelah sampai diatas paling lama hanya bertahan beberapa jam saja), itu karena kekuatan iman.
Seorang pendemo, rela mogok makan sampai pingsan karena kelaparan, bahkan ada yang sampai mati, demi menuntut sesuatu yang diperjuangkannyam itu karena kekuatan iman.
Seorang selebritis bersedia untuk mengobarkan segalanya, sampai kehormatannya yang paling berharga, untuk mencapai tujuan artis yang laris dan populer, itu karena kekuatan sesuatu yang diyakininya (iman).
Seorang suhada bersedia mati sahid untuk menperjuangkan tegaknya agama di bumi Allah ini, bahkan mati tiga kalipun dia rela, itu karena kekuatan iman.

Kalau yang pertama, kedua, dan ketiga, keyakinan atau keimanannya hanya dihubungkan dengan kenikmatan dam syahwat dunia, sementara yang terakhir adalah iman yang paripurna terhadap Allah Swt. Kesamaannya adalah semuanya punya spirit atau semangat juang yang tangguh untuk mencapai tujuannya. Itulah kekuatan iman yang menjadi motiyator bagi orang yang memilikiya untuk melaksanakan segala sesuatu yang terkait dengan keyakinannya

Ketika Tariq Bin Ziyad dan 7.000 prajuritnya mendarat di pantai selatan Spanyol, tahun 92 H. Ia memerintahkan pasukannya untuk membakar seluruh armada perangnya yang digunakan menyeberangi selat Gibraltar, sementara Raja Spanyol Roderick telah menunggunya dengan kekuatan 100.000 ribu angkatan perang. Kenekatan untuk membakar kapal-kapal perangnya tersebut dianggap sebagai perbuatan yang gila, tetapi itulah kekuatan iman – The power of imaan, dan dia (Tariq dan pasukannya) menang.

Kalau diumpamakan dengan cahaya, iman mereka laksana sinar matahari yang menyinari bumi ini tanpa meninggalkan titik-titik kegelapan. Lalu bagaimana dengan kita, cahaya iman kita. Barangkali kalau dibandingkan dengan mereka cahaya iman kita, hanya laksana lampu pijar 5 watt, dimana ruang yang kecilpun tak mampu memberinya sinar yang terang. Bukankah Azan dari mesjid telah memekakkan telinga kita, tetapi kita berlalu begitu saja tak menghiraukannya. Bukankah rumah kita dari mesjid hanya selemparan batu, tetapi tetap saja berat untuk melangkahkan kaki kesana. Ini sekedar contoh, dan kita punya seabrek contoh untuk menunjukkan kelemahan iman kita.

Saudaraku, apakah dengan cahaya iman yang hanya setara 5 watt itu, mampu menerangi gelapnya alam kubur. Saudaraku, tidak ada jalan lain, cahaya iman kita harus ditingkatkan. Kalau rumah yang kita tinggali hanya bertpuluh tahun kita terangi dengan rasa kebanggaan, bagaimana mungkin kuburan yang kita tinggali ribuan atau jutaan tahun kita biarkan gelap.

Sabtu, 04 Oktober 2008

Batu Besar


Suatu hari seorang dosen sedang memberi kuliah tentang manajemen waktu pada para mahasiswa MBA. Dengan penuh semangat ia berdiri depan kelas dan berkata, "Okay, sekarang waktunya untuk quiz." Kemudian ia mengeluarkan sebuah ember kosong dan meletakkannya di meja. Kemudian ia mengisi ember tersebut dengan batu sebesar sekepalan tangan. Ia mengisi terus hingga tidak ada lagi batu yang cukup untuk dimasukkan ke dalam ember.

Ia bertanya pada kelas, "Menurut kalian, apakah ember ini telah penuh?" Semua mahasiswa serentak berkata, "Ya!" Dosen bertanya kembali, "Sungguhkah demikian?" Kemudian, dari dalam meja ia mengeluarkan sekantung kerikil kecil. Ia menuangkan kerikil-kerikil itu ke dalam ember lalu mengocok-ngocok ember itu sehingga kerikil-kerikil itu turun ke bawah mengisi celah-celah kosong di antara batu-batu.

Kemudian, sekali lagi ia bertanya pada kelas, "Nah, apakah sekarang ember Ini sudah penuh?" Kali ini para mahasiswa terdiam. Seseorang menjawab, "Mungkin tidak." "Bagus sekali," sahut dosen. Kemudian ia mengeluarkan sekantung pasir dan menuangkannya ke dalam ember. Pasir itu berjatuhan mengisi celah-celah kosong antara batu dan kerikil. Sekali lagi, ia bertanya pada kelas, "Baiklah, apakah sekarang ember ini sudah penuh?" "Belum!" sahut seluruh kelas.

Sekali lagi ia berkata, "Bagus. Bagus sekali." Kemudian ia meraih sebotol air dan mulai menuangkan airnya ke dalam ember sampai kebibir ember. Lalu ia menoleh ke kelas dan bertanya, "Tahukah kalian apa maksud illustrasi ini?" Seorang mahasiswa dengan semangat mengacungkan jari dan berkata, "Maksudnya adalah, tak peduli seberapa padat jadwal kita, bila kita mau berusaha sekuat tenaga maka pasti kita bisa mengerjakannya." "Oh, bukan," sahut dosen, "Bukan itu maksudnya. Kenyataan dari illustrasi mengajarkan pada kita bahwa: bila anda tidak memasukkan "batu besar terlebih dahulu, maka anda tidak akan bisa memasukkan semuanya."

Apa yang dimaksud dengan "batu besar" dalam hidup anda? Anak-anak anda; Pasangan anda; Pendidikan anda; Hal-hal yang penting dalam hidup anda; Mengajarkan sesuatu pada orang lain; Melakukan pekerjaan yang kau cintai; Waktu untuk diri sendiri; Kesehatan anda; Teman anda; atau semua yang berharga. Ingatlah untuk selalu memasukkan "Batu Besar" pertama kali atau anda akan kehilangan semuanya.

Bila anda mengisinya dengan hal-hal kecil (semacam kerikil dan pasir) maka
hidup anda akan penuh dengan hal-hal kecil yang merisaukan dan ini semestinya tidak perlu. Karena dengan demikian anda tidak akan pernah memiliki waktu yang sesungguhnya anda perlukan untuk hal-hal besar dan penting. Oleh karena itu, setiap pagi atau malam, ketika akan Merenungkan cerita pendek ini, tanyalah pada diri anda sendiri: "Apakah "Batu Besar" dalam hidup saya?" Lalu kerjakan itu pertama kali."
Sumber : Milis

Sesudah Idul Fitri


Banyak orang yang berpendapat bahwa keluar dari Ramadan yang ditutup dengan Shalat Idul Fitri menjadikan kita kembali ke Fitri, suci seperti bayi yang baru lahir. Tentu saja pendapat ini sangat terbuka untuk diperdebatkan.

Amalan puasa dan ibadah-ibadah lain apabila dilakukan dengan penuh keimanan akan dapat menghapuskan dosa-dosa sepanjang tidak melakukan dosa besar. Penghapusan disini hanyalah hukuman dari perbuatan-perbuatan tersebut, tetapi catatan-catatan hitam yang telah tergores tidak akan hapus dan hilang selamanya, seperti pada ayat berikut,

Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula. [QS. 99:7-8]

Lalu bagaimana mungkin kita seperti kesucian bayi kembali?

Persepsi suci kembali seperti bayi dapat menjerumuskan kita kepada kelengahan sehingga kehati-hatian dalam menjaga perbuatan maksiat akan melonggar karena ada anggapan dan kebanggaan tidak punya dosa lagi. Sehingga kalau terpeleset masih merasa aman karena dosanya hanya sedikit, sementara dosa yang lama sudah bersih.

Indikator yang menyatakan bahwa kita telah melewati ramadan dan idul fitri dengan hasil yang gemilang ialah tertatanya hati menghadapi kehidupan yang tercermin pada sikap optimisme, semangat juang, dan ikhlas menghadapi setiap kemungkinan rona kehidupan selanjutnya. Akan timbul suatu kecintaan terhadap Allah dan RasulNya, demikian pula kecintaan terhadap sesama manusia. Dengan demikian dalam pergaulah sehari-hari tidak ada lagi riak kebencian, sekalipun mungkin ia tersakiti oleh orang lain.

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. [QS. 3:133-134]

Buah dari ramadan yang diperoleh seperti diatas (menjadi orang yang takwa), agar tetap terjaga dan tumbuh subur, perlu pemeliharaan yang tiada hentinya dan dengan penuh kesungguhan, yakni tekun dan sabar melaksanakan semua perintah dan meninggalkan semua larangan Allah (defenisi takwa). Dan apabila dalam perjalanan, terperosok dalam perbuatan nista, sebesar atau sekecil apapun, segerahlah memohon ampunan dan taubat dengan sunguh-sungguh, insya Allah kita akan tetap dijalan yang lurus. Siraatolmustakiim.

"Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [QS. 39:53]

Saudaraku, selamat berjuang mudah-mudahan ketemu lagi ramadan mubarak tahun depan.

AKU INGIN


Dia berkata : Aku ingin menjadi orang yang alim
Baginda S.A.W menjawab : Takutlah kepada Allah maka engkau akan jadi orang yang alim

Dia berkata : Aku ingin menjadi orang paling kaya
Baginda S.A.W menjawab : Jadilah orang yang yakin pada diri sendiri maka engkau akan jadi orang paling kaya

Dia berkata : Aku ingin menjadi orang yang adil
Baginda S.A.W menjawab: Kasihanilah manusia yang lain sebagaimana engkau kasih pada diri sendiri maka jadilah engkau seadil-adil manusia

Dia berkata : Aku ingin menjadi orang yang paling baik
Baginda S.A.W menjawab: Jadilah orang yang berguna kepada masyarakat maka engkau akan jadi sebaik-baik manusia

Dia berkata : Aku ingin menjadi orang yang istimewa di sisi Allah
Baginda S.A.W menjawab : Banyakkan dzikrullah niscaya engkau akan jadi orang istimewa di sisi Allah

Dia berkata : Aku ingin disempurnakan imanku
Baginda S.A.W menjawab : Baikkanlah akhlakmu niscaya imanmu akan sempurna

Dia berkata : Aku ingin termasuk dalam golongan mereka yang taat
Baginda S.A.W menjawab : Tunaikan segala kewajiban yang difardhukan maka engkau akan termasuk dalam golongan mereka yang taat

Dia berkata : Aku ingin berjumpa Allah dalan keadaan bersih dari dosa
Baginda S.A.W menjawab : Bersihkan dirimu dari dosa niscaya engkau akan menemui Allah dalam keadaan suci dari dosa

Dia berkata : Aku ingin dihapuskan segala dosaku
Baginda S.A.W menjawab : Banyaklah beristighfar niscaya akan dihapuskan(kurangkan ) segala dosamu

Dia berkata : Aku ingin menjadi semulia-mulia manusia
Baginda S.A.W menjawab : Jangan berprasangka pada orang lain niscaya engkau akan jadi semulia-mulia manusia

Dia berkata : Aku ingin menjadi segagah-gagah manusia
Baginda S.A.W menjawab : Senantiasa berserah diri (tawakkal) kepada Allah niscaya engkau akan jadi segagah-gagah manusia

Dia berkata : Aku ingin dimurahkan rezeki oleh Allah
Baginda S.A.W menjawab : Senantiasa berada dalam keadaan bersih (darihadast) niscaya Allah akan memurahkan rezeki kepadamu

Dia berkata : Aku ingin termasuk dalam golongan mereka yang dikasihi oleh Allah dan rasulNya
Baginda S.A.W menjawab : Cintailah segala apa yang disukai oleh Allah dan rasulNya maka engkau termasuk dalam golongan yang dicintai oleh Mereka

Dia berkata : Aku ingin diselamatkan dari kemurkaan Allah pada hari qiamat
Baginda S.A.W menjawab : Jangan marah kepada orang lain niscaya engkau akan selamat dari kemurkaan Allah dan rasulNya

Dia berkata : Aku ingin diterima segala permohonanku
Baginda S.A.W menjawab : Jauhilah makanan haram niscaya segala permohonanmu akan diterimaNya

Dia berkata : Aku ingin agar Allah menutupkan segala keaibanku pada hari qiamat
Baginda S.A.W menjawab : Tutupilah keburukan orang lain niscaya Allah akan menutup keaibanmu pada hari qiamat

Dia berkata : Siapa yang selamat dari dosa?
Baginda S.A.W menjawab : Orang yang senantiasa mengalirkan air mata penyesalan,mereka yang tunduk pada kehendakNya dan mereka yang ditimpa kesakitan

Dia berkata : Apakah kebaikan terbesar di sisi Allah?
Baginda S.A.W menjawab : Baik budi pekerti, rendah diri dan sabar menghadapi cobaan Allah

Dia berkata : Apakah kejahatan terbesar di sisi Allah?
Baginda S.A.W menjawab : Buruk akhlak dan sedikit ketaatan

Dia berkata : Apakah yang meredakan kemurkaan Allah di dunia dan akhirat ?
Baginda S.A.W menjawab : Sedekah dalam keadaan sembunyi dan menghubungkan
persaudaraan

Dia berkata: Apakan yang akan memadamkan api neraka pada hari qiamat?
Baginda S.A.W menjawab : Sabar di dunia dengan bala dan musibah



Gaya Kompas Mengobarkan Permusuhan


Oleh : Redaksi 03 Oct 2008 - 1:00 am

KH Cholil Ridwan menilai Kompas memang menjadi alat Katholik atau missi zending. “Jadi apa-apa yang merugikan umat Islam pasti dimuat, termasuk tulisan yang menyerang MUI,” tegasnya.

Untuk kesekian kalinya Harian Kompas kembali memuat tulisan yang yang sangat tendensius tentang Majelis Ulama Indonesia (MUI). Tulisan tendensius tentang MUI ini dimuat di Kompas edisi Senin, 8 September 2008, halaman 44, di rubrik Bentara, melalui tulisan Sumanto Al Qurtuby dengan judul, “Mendesain Kembali Format Dialog Agama”.

Sumanto menulis, “Menariknya, masih menurut Rumadi, dalam peristiwa kekerasan berbasis agama ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mestinya berperan sebagai pengayom umat, dalam banyak hal justru sering menjadi aktor utama (prime mover) dan inspirator kekerasan.
MUI yang seharusnya menjadi pemersatu kelompok-kelompok keaga-maan yang terbelah justru menjadi ”polisi agama” yang ikut menggebuk kelompok-kelompok keagamaan yang divonis sesat dan menyimpang. MUI yang semestinya berfungsi sebagai penyejuk dan ”oase spiritual” bagi umat manusia apapun agama dan keyakinan mereka seperti dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW justru ikut menjadi pembakar amarah massa dan penyulut kebencian. Pula, MUI yang seharusnya menjadi wadah dialog agama yang terbuka justru menjadi sarang kelompok konservatif yang anti-dialog dan pluralisme. Apa yang menimpa MUI ini tentu menjadi sebuah ironi mengingat sebagai institusi agama yang ”dihidupi” dari uang rakyat melalui APBN, tidak sepantasnya jika MUI terlibat dalam kekerasan agama yang mengorbankan rakyat itu sendiri.”

Pemuatan tulisan yang menyerang MUI ini tentu bukan karena unsur ketidaksengajaan. Berkali-kali harian yang diterbitkan oleh kelompok Katholik ini melakukan hal serupa. Sikap tersebut tampaknya memang sudah menjadi ideologi Kompas selama ini.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Cholil Ridwan menilai Kompas memang menjadi alat Katholik atau missi zending. “Jadi apa-apa yang merugikan umat Islam pasti dimuat, termasuk tulisan yang menyerang MUI,'' tegasnya kepada SI. Seharusnya jika harian itu menggunakan kaidah jurnalistik yang benar, ada klarifikasi terlebih dahulu dari pihak-pihak yang akan dirugikan dari tulisan tersebut.
Ia menjelaskan, kini banyak pihak menjadi kepanjangan tangan kepen-tingan Barat yang anti Islam. Mereka dibayar untuk melakukan itu. “Jadi kalau mereka tidak anti MUI, tidak menyerang MUI maka berarti mereka tidak melaksanakan tugasnya. Mereka tidak akan dapat proyek baru lagi. Saya kira itu yang bisa kita pahami,'' tuturnya.
Menanggapi tulisan Sumanto yang menuding MUI sebagai sumber keke-rasan, KH Cholil tidak bisa menerimanya. Ia kemudian mengilustrasikan rusuh musik di Bandung yang menewaskan 10 orang atau rusuh di Maluku Utara serta rusuh di berberbagai daerah yang tidak pernah dibicarakan. “Semata-mata mereka memang sudah antipati terhadap MUI. Dia orang Islam yang tidak pernah mau membela Islam. Tapi dia orang Islam yang menjadi kepanjangan kaki tangan Barat,” tegasnya seraya menjelaskan bahwa tidak ada hubungan antara fatwa MUI dengan kekerasan.

Jejak Kekurangajaran

Dalam kasus eksekusi mati Tibo dan kawan-kawan, misalnya. Kompas hampir seratus persen menjadi corong mereka yang menolak eksekusi mati tersebut, sebagaimana tercermin melalui berbagai opini yang dipublikasikannya.

Dalam pemberitaannya, Kompas hampir tidak pernah memberikan ruang bagi mereka yang pro eksekusi mati Tibo dkk. Padahal, sudah jelas Tibo dkk membunuh ratusan santri Ponpes Wali-songo, Poso, dengan tangannya sendiri. Dalam hal Tibo dkk hanyalah wayang yang dimainkan aktor intelektual, itu lain persoalan. Yang jelas secara pidana Tibo dkk memang terbukti membantai ratusan orang.
Keberpihakan terhadap mereka yang kontra eksekusi mati Tibo, menunjukkan bahwa sebagai media nasional Kompas tidak punya hati nurani. Harian itu bukan saja mengabaikan amanat hati nurani rakyat yang menjadi mottonya, tetapi juga telah melukai rasa keadilan umat Islam

Contoh lain, dalam kasus pro-kontra RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi (RUU APP). Kompas jelas-jelas mengambil posisi kontra RUU-APP. Berbagai pemberitaan yang berkenaan dengan itu memperlihatkan dengan jelas bahwa harian itu diskriminatif. Opini yang ditampilkan juga berpihak. Misalnya, Kompas edisi 29 Maret 2006 menampilkan opini Siswono Yudhohusodho berjudul Negara dan Keberagaman Budaya. Siswono yang pada intinya menolak RUU APP karena menganggapnya salah satu produk hukum yang sangat beraroma Syari'at Islam. Menurut Siswono,
”...Sebagai konsekuensi negara kesatuan (unitarian) yang menempatkan seluruh wilayah negara sebagai kesatuan tunggal ruang hidup bangsa, sebuah RUU juga harus didrop bila ada satu saja daerah yang menyatakan menolaknya karena tidak cocok dengan adat istiadat dan budaya setempat. RUU APP sudah ditolak di Bali dan Papua.”

Majalah Risalah Mujahidin menilai argumen Siswono jelas terlihat dungu. Ia tidak saja mengabaikan konsep demokrasi, tetapi mendorong munculnya tirani minoritas atas mayoritas. Bukankah Bali dan Papua minoritas? Melalui opininya itu, Siswono sengaja menekankan supaya umat Islam yang mayoritas bila hendak membuat aturan bagi umat Islam, harus terlebih dulu meminta persetujuan masyarakat Bali dan Papua. Bila mereka menolak, berarti aturan itu harus juga ditolak sebagai konsekuensi dari konsep unitarian (negara kesatuan). Sebaliknya, bila orang Papua mau berkoteka, atau bila umat Hindu Bali mau menjalankan ritual musyriknya serta memaksakan penerapan 'syariat' Hindu kepada non Hindu di Bali, itu harus didukung dalam rangka melestarikan keluhuran budaya bangsa.

Logika seperti itu, dipublikasikan Kompas tentu bukan tanpa maksud. Tidak bisa disalahkan bila ada yang menafsirkan hal itu dilakukan Kompas dalam rangka memprovokasi umat Islam Patut juga dipertanyakan, apa kualifikasi yang dimiliki Siswono sehingga gagasan dan logikanya layak ditampilkan di harian tersebut dan dalam rangka mewakili kalangan siapa?

Ketika wacana Perda Syari'at mengemuka, Kompas lagi-lagi menempati posisi strategisnya, yaitu menolak! Koran ini selalu menggunakan orang Islam untuk menentang hal-hal berbau Islam. Dalam hal perda ini, lihat saja mereka menampilkan Eros Djarot. Pada Kompas edisi 12 Juni 2006, Eros Djarot melalui opininya berjudul “Saatnya Duduk Bersama” menyimpulkan, perda bernuansa syari'at adalah bagian dari nafsu politik membangun negara di dalam negara, dan Perda Syari'at adalah gambaran Indonesia yang amburadul. Perda Syari'at juga dinilai Eros sebagai “hukum lain” di luar hukum positif.

Padahal orang tahu, Eros Djarot bukan pakar hukum, sehingga tidak mengerti bahwa menyerap hukum Islam ke dalam hukum positif adalah merupakan salah satu kaidah terbentuknya hukum positif. Tentu aneh dan janggal bila hukum positif di tengah masyarakat yang mayoritas Islam bersumber dari hukum-hukum yang diterbitkan oleh kolonialis dan imperialis. Apalagi, hukum Islam sudah diberlakukan bagi masyarakat Islam di kawasan Nusantara ini jauh sebelum kemerdekaan NKRI. Eros Djarot juga bukan pakar sejarah, sehingga ia tidak tahu bahwa orang Islam di Indonesia telah menerima dan menerapkan hukum Islam di dalam masyarakatnya secara menyeluruh, dan diperbolehkan pemerintah kolonial Belanda, jauh sebelum kemerdekaan. Fakta ini diungkapkan oleh pakar hukum bangsa Belanda, LWC Van Den Berg (1845-1927).

Sejak berkumandangnya wacana per-da syari'at dan RUU APP, Kompas telah menjadi corong propaganda gerakan anti syariat dan anti Arab. Padahal, Arab dalam konteks sebagai etnik, bahasa dan nilai budaya, sudah menjadi salah satu anasir yang membentuk bangsa dan budaya Indonesia, sebagaimana Cina dan Hindu.

Corong Sepilis

Harian Kompas kian terang menjadi corong kaum Sepilis (sekularis, pluralis, dan liberalis). Melalui media inilah kaum Sepilis mengaktualisasikan pemikirannya yang menyerang Islam dan kaum Muslimin. Hanya saja, sebagai corong Sepilis, dalam prakteknya Kompas juga tidak konsisten, karena hanya mau menerima opini dari satu warna saja yaitu warna sepilis.

Paling sering Kompas mempublikasikan opini dari Ulil, Sukidi, Nurcholish, Dawam, Gus Dur dan sejenisnya. Tidak terlihat Kompas punya itikad baik mau menyodorkan warna yang berbeda dengan menampilkan penulis yang terbukti mampu mematahkan argumen nama-nama tadi.

Mungkin Kompas berpikir sedang memberikan kontribusi di dalam mencip-takan Indonesia yang damai dan santun dengan mempublikasikan tulisan (opini) yang disumbangkan kaum Sepilis. Patut diduga, diskresi itu justru membuat panas situasi. Jangan-jangan memang Kompas ini sedang memantikkan api yang bisa membakar situasi ketegangan horizontal di Indonesia. [mujiyanto/pendi/dari berbagai sumber/www.suara-islam.com]

Senin, 29 September 2008

Gadis Kolombia itu Bersyahadah Lewat Internet


Saturday, 27 September 2008 03:50

"Bueno mija, felicitaciones!" Ucapan selamat itu diberikan pada Saidah Paola Dugue Correa, gadis Kolombia yang kini menemukan Islam!

PENGANTAR. Namanya Saidah Paola Dugue Correa. Dia dilahirkan di kota Bucaramanga, Kolombia. Namun sebagian besar masa kecilnya dihabiskan di kota Valledupar, sebuah kota yang terletak di bagian timurlaut Kolombia. Saidah merupakan sarjana Biologi dari Universidad de Santander (UDES), Bucaramanga. Kini menekuni pekerjaan sebagai seorang bakteriologis. Perkenalan pertamanya dengan Islam adalah tatkala menerima sebuah e-mail dari seorang Muslim Mesir. Berawal dari sanalah dia tertarik dengan Islam dan akhirnya bersyahadah. Saidah saat ini bekerja dengan Mostafa Mohye, pria yang mengirim e-mail tersebut dan manejer sebuah proyek yang berpusat di Mesir. Proyek itu dikhususkan bagi para muallaf baru yang ada di Spanyol dan Amerika Latin. Berikut kisah lengkapnya:
---000---

“Sebelum masuk Islam saya menganut Katolik. Tapi saya tidak pernah mempraktekkan agama itu dalam kehidupan sehari-hari. Bisa disebut agama cuma di KTP,” kata Saidah di awal kisahnya. Kini, selepas masuk Islam, Saidah mengaku bangga menjadi seorang Muslimah. Dia sangat bersyukur dengan anugerah yang luar biasa itu.
“Tahun 2004 merupakan awal ketertarikan saya dengan Islam, Alhamdulillah. Sebelum tertarik dengan Islam saya sebenarnya sudah punya rasa ingin tahu yang tinggi dengan budaya Arab, seperti musik Arab, lalu ingin ketemu dengan orang-orang Arab, dan banyak lainnya lagi. Saya juga sangat suka kaligrafi Arab. Itulah beberapa hal yang saya suka dari dunia Islam, jauh sebelum masuk Islam,” kata dia.

E-mail dari Mesir

Perlahan, sembari mempelajari budaya Arab itu tanpa disadarinya diapun “bersentuhan” dengan Islam. “Tahu tidak, pertemuan pertama saya dengan Islam adalah lewat internet,” lanjut Saidah. Ceritanya, satu hari di tahun 2004, Saidah menulis sebuah komentar singkat pada sebuah website Islam yang baru dibacanya. Di situ Saidah menulis bahwa dia sangat tertarik untuk mengetahui Islam.

Beberapa hari kemudian dia menerima sebuah e-mail yang berbunyi:”Anda tertarik untuk mendapatkan buku-buku gratis tentang Islam dalam bahasa Spanyol?". Pengirim surat elektronik itu mengenalkan dirinya dengan nama Mostafa Mohye Mossad dan mengaku berasal dari Mesir. “Ketika membaca e-mail itu saya benar-benar surprise. Tetapi secara spontan hati saya dilanda sedikit keraguan. Mana mungkin ada orang mau berikan buku secara gratis. Ah, ini tidak normal,” aku Saidah.
Begitupun, meski Saidah tidak mengenali siapa itu Mostafa Mohye, dia tetap menaruh perhatian besar pada e-mail tersebut. Sebab, itulah kontak pertama dia dengan kalangan Islam. Perkara itu (keragu-raguan) tak membuatnya surut untuk mengetahui Islam lebih jauh. “Saya balas e-mail itu serta memberikan alamat rumah. Tak lama, kira-kira 2 bulan, buku-buku dimaksud sampai ke alamat saya,” kisahnya. Saidah mengaku sangat gembira sekaligus takjub. Ternyata keragu-raguannya tak terbukti.

Mulai “berdakwah”

“Kala itu, saya jadi tertarik untuk terus melakukan kontak dengan Mohye. Dia telah menunjukkan cara yang sangat menarik dalam mengenalkan Islam kepada nonMuslim,” tukasnya. Saidah bahkan mengirimkan Mohye alamat beberapa orang rekannya yang nonMuslim agar juga dikirimkan buku sejenis. Bukan main, rupanya Saidah mulai “berdakwah” pula. Dan yang membuatnya takjub, Mohye mengirim buku-buku Islam ke teman-temannya yang ada di berbagai negara dengan bahasa negara asal rekan-rekannya itu..
“Juli 2004, kami mulai melakukan kerja dakwah. Kami berempat yakni Mohye, Maryam, Claudia dan saya sendiri membentuk sebuah kelompok kecil. Kini, tahun 2008, Alhamdulillah jaringan dakwah kami sudah luas. Tim kami berjumlah 30 orang yang bersal dari negara-negara latin seperti Kolombia, Argentina, Brazil, Chili, Peru, Meksiko dan lainnya. Tiap kelompok melakukan pertemuan dengan orang-orang yang tertarik dengan Islam,” pungkas Saidah.

Menariknya, Saidah sendiri justru belum bersyahadah lagi. Tapi dia sudah ikut membantu kegiatan dakwah Islam. Inilah yang bikin heran sebagian Muslim dan bahkan juga nonMuslim yang lain. Saidah terkadang sangat gigih mempertahankan Islam, jika ketemu dengan orang-orang yang salah dalam memandang Islam. Dengan sigap dia menerangkan kepada mereka tentang kebenaran Islam.

Makin cinta Islam

“Begitulah, bantuan berupa buku-buku referensi dari kawan-kawan, juga referensi dari internet, sangat membantu saya dalam mempelajari Islam. Kecintaan saya pada Islam makin hari makin bertambah. Belajar lewat internet sungguh menarik. Jalur diskusi online sangatlah membantu. Misalnya chatting. Saya banyak bertanya pada rekan-rekan Muslim melalui cara chatting ini. Jadi, dapat saya katakan perkenalan awal saya dengan Islam ya melalui internet,” lanjutnya.
Beberapa temannya kadangkala bertanya kenapa tidak masuk Islam. Saidah selalu menjawab bahwa dia cuma ingin belajar saja, tak ada keinginan untuk masuk Islam. Namun, hati nuraninya tak bisa dibohongi. Seiring dengan perjalanan waktu, dia mulai merasakan sesuatu yang lain di hati.

Saidah mengaku perlahan ada yang “mengalir” dalam hatinya. Tampaknya dia mulai menemukan kebenaran itu ada dalam Islam. Menurut dia, Islamlah agama yang benar. Satu-satunya jalan dan sekaligus cahaya kehidupan yang benar. “Itulah yang muncul dalam pikiran dan hati saya waktu itu. Dan, Mohye kerap menanyakan akankah saya bersegera untuk bersyahadah. Saya hanya menjawab belum lagi. Saya masih butuh beberapa lama lagi untuk memutuskan itu,” kata Saidah.

Memasuki 2007, sebagian teman-teman akhirnya tahu ternyata Saidah belum bersyahadah lagi. “Tapi pada kenyataannya saya sudah bersyahadah di dalam hati. Sebab saya telah yakin bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan-Nya,” tukasnya.
Teman-temannya berujar:"Hatimu sebenarnya sudah Islam. Kamu seorang Muslim. Semua yang kamu lakukan adalah perbuatan seorang Muslim. Tapi kamu mungkin belum tahu, syahadah itu adalah perkara penting untuk sahnya keislaman seseorang.” Saidah akhirnya paham apa maksud rekan-rekannya itu.

Ke Maicao

Pada akhir Ramadhan 2007 Saidah melawat ke Maicao, sebuah kota di propinsi La Guajira, Kolombia, dengan seorang teman Muslimnya Aisyah. Saidah kesana untuk menemani Aisyah yang hendak bersyahadah.
Di Maicao, saat berada di mesjid, Saidah menyaksikan teman-teman mengerjakan shalat. Saat itu hatinya tergerak untuk berdoa dan bermohon pada Allah agar membantunya dalam mengambil keputusan.
“Ya Allah, jika ini memang jalan yang Engkau inginkan, tunjukilah jalan menuju Islam ya Allah,’ pintanya sungguh-sungguh.
Beberapa hari kemudian dia menyatakan pada Aisyah dan salah seorang rekan lainnya yakni Muhammad Hamoud tentang keputusannya (untuk memeluk Islam). Mereka terlihat sangat gembira sekali.

“Kamipun bersegera menuju ke mesjid guna mendeklarasikan syahadah itu. Oya beberapa saat sebelum kesana saya sempat menelpon kedua orangtua dan menceritakan keinginan masuk Islam pada mereka,” kisahnya lagi. Saidah merasa perlu memberitahukan kedua orangtuanya, sebab baginya keputusan tersebut akan sangat mempengaruhi kehidupannya di kemudian hari.
Mendengar penuturan putrinya, Milciades, sang ayah berujar dalam bahasa Kolombia:"Bueno mija, felicitaciones!" Artinya, putriku, selamat! Kalimat singkat dari sang ayah sudah lebih dari cukup bagi Saidah. Dia merasa tenang dan makin percaya diri.

Sementara ibunya, Luisa, awalnya sedikit bingung dengan keputusan anaknya itu. Namun akhirnya dia paham kemauan Saidah. "Ok anakku, kamu yang lebih tahu apa yang terbaik bagi kamu”, ujar ibunya kala itu. Kebahagiaan Saidah makin bertambah. Dia bahkan berdoa semoga Allah merahmati mereka dengan hidayah-Nya.

Bersyahadah via internet

Saidah pun mendeklarasikan keislamannya via internet di depan dua orang saksi, yakni Mostafa Mohye dan Ahmed, keduanya dari Mesir. Baik keluarga maupun teman-temannya yang nonMuslim menyambut keislamannya itu secara tenang. Tak ada komentar-komentar miring.
“Ya ada juga sedikit joke-joke kecil, tapi tidak masalah bagi saya. Alhamdulillah, yang terpenting saya masih bagian dari kehidupan mereka. Misalnya keponakan saya, Omar David yang baru berusia 6 tahun, sering meminta saya menulis kata Alah dalam bahasa Arab. Dia suka kaligrafi rupanya. David juga suka mendengar lagu-lagu Islam. Bahkan adakalanya dia meminta saya untuk membacakan beberapa potong ayat suci Alquran,” kata dia mengenang.
“Sungguh, keputusan untuk masuk Islam benar-benar datang dari lubuk hati yang dalam. Bukan karena paksaan seseorang atau hal lainnya. Itu semata-mata karena Allah telah menunjukkan jalan yang penuh cahaya kepada saya,” akunya.

Saidah berusaha menunjukkan budi pekerti terbaiknya guna menunjukkan bahwa Islam itu agama yang benar. Saidah beranggapan, selama ini banyak berita tentang Islam, baik melalui televisi ataupun media cetak, seringkali tidak adil dalam pemberitaannya.
“Benar bahwa ada sekelompok Muslim yang melakukan perbuatan keji dan merusak. Tapi janganlah menyalahkan Islam. Itu semata-mata kesalahan pemeluk bukan agamanya. Karena itu saya berpesan kepada semua Muslim untuk menunjukkan akhlak terbaik sepertimana diajarkan Islam dan telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Hanya ini yang bisa merubah persepsi mereka yang tidak suka Islam,” pesan Saidah seraya menutup kisahnya. [Zulkarnain Jalil/www.hidayatullah.com]