************************************************************************************************************************
Saudaraku, kalau artikel dalam blog ini bermanfaat informasikanlah kepada muslim yang lain
(Setiap kata yang mencerahkan orang lain, Insya Allah, anda akan mendapat ganjaran pahala)
============================================================================

Rabu, 27 Juli 2011

Malam bertabur kemuliaan


Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. [QS. 97:3]

Malam kemuliaan itu lebih baik dari 84 tahun
Malam kemuliaan itu lebih baik dari 30.000 malam
Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar

Adakah yang tidak menginginkan malam itu
Adakah yang tidak mencari malam itu
Adakah yang tidak bergairah menanti malam itu

Adakah yang ingin bersedekah setiap malam sepanjang umurnya bahkan lebih panjang lagi, maka bersedakahlah malam itu; 10.000,- 50.000,- 100.000,- terserah pilihan anda.
Adakah yang ingin shalat malam setiap malam sepanjang hidupnya bahkan lebih panjang lagi, maka shalat malamlah pada malam itu sepuas-puasnya.
Adakah yang ingin bertadarrus se juz, 2 juz, 3 juz setiap malam sepanjang umurnya bahkan lebih panjang lagi, maka bertadarruslah sebanya-banyaknya pada malam itu.
Adakah yang ingin memperbanyak zikir malam setiap malam sepanjang umurnya bahkan lebih panjang lagi, maka perbanyaklah zikir pada malam kemuliaan itu.

Apakah anda pernah punya obsesi untuk menaklukkan gunung Himalaya? Berapa biaya, waktu dan tenaga yang harus dipersiapkan, tentu sudah menguras banyak persediaan. Lupakanlah semua itu dahulu dan beralihlan mendapatkan malam kemuliaan.
Apakah anda punya cita-cita untuk ke tanah suci? Sudah berapa tahun mengumpulkan ongkos untuk ke sana, lupakanlah dulu persiapan ke tanah suci sejenak selama ramadhan, tapi raihlah malam kemuliaan.
Apakah anda merasa punya obsesi-obsesi yang harus dicapai dalam hidup ini, lupakanlah sementara dan raihlah malam kemuliaan. Karena itulah yang terbaik dalam bulan ramadhan.

Allah Maha Pengasih dan Penyayang dan kasih sayangNya pada malam kemuliaan itu berlipatkali seribu bulan, apakah anda tidak tertarik meraihnya?
Allah Maha Pengampun dan sifat pengampunNya pada malam kemuliaan itu akan berlipat kali menjadi lebih dari seribu bulan, bukankah waktunya untuk melebur dosa-dosa kita?
Allah Maha Pemurah dan Maha Pemberi Rezeki dan pada malam kemuliaan maka Maha KepemurahaanNya berlipatkali, maka perbanyaklah doa pada malam kemuliaan tersebut.

Saudaraku, begitu banyak kebaikan dan keutamaan bertaburan pada malam kemuliaan – malam lailatu qadr, yang dihamparkan Allah Swt kepada hambanya yang mukmin. Selemah-lemahnya iman yang dimiliki seorang mukmin sepanjang ia masih memiliki akal yang waras, tentu akan menggerakkan niat, waktu, tenaga, dan biaya untuk meraih karunia dan rahmat Allah yang bertebaran pada malam itu.

Kenapakah malam itu sarat dan penuh dengan kemuliaan?, karena :
Pada malam itu dijelaskan semua urusan yang penuh hikmah, yaitu urusan yang besar di sisi Kami. [QS. 44:4-5]

Maka perbanyaklah mengucapkan pada malam itu zikir yang diajarkan Nabi :
‘Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni’ (Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Mulia yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah aku).” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).



Jumat, 22 Juli 2011

Ramadhan waktunya mendulang pahala



Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh, (bahwa) untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. [QS. 5:9]

Bahwa bulan ramadhan adalah waktunya untuk mendulang pahala sebanyak-banyaknya bagi kaum muslimin semuanya sudah tahu, tetapi mengapa waktu yang istimewa ini tidak dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya? Tentu saja setiap individu punya alasan dan persepsi sehingga mereka tidak dapat maksimal untuk menggunakan detik-detik, jam-jam, dan hari-hari ramadhan mengerjakan amal saleh sebanyak-banyaknya.

Padahal inilah bulan bertabur pahala sebagai manifestasi diantara kasih sayang Allah kepada hambaNya.Maka bulatkan tekad dan niat untuk meraih pahala sebanyak-banyaknya.

Aisyah RA meriwayatkan dari Nabi SAW, Beliau bersabda : "Dua rakaat (sebelum) fajar (shalat subuh) lebih baik (nilainya) dari dunia dan seisinya.” (HR. Muslim dan Tirmidzi)

Dan siapa yang mengerjakan satu fardhu di bulan Ramadhan, maka samalah dengan orang yang mengerjakan tujuh puluh fardhu di bulan lainnya. (HR. Ibnu Khuzaimah)

Berapakah nilai dunia dan isinya. Dalam hitungan kita tentu saja sangat banyak, saking banyaknya tidak ada seorangpun yang dapat menghitungnya. Padahal nilainya tidak lebih besar dari dua rakaat shalat sunah subuh.

Karena shalat sunah di bulan ramadhan setara dengan shalat fardu di bulan lain, sedangkan shalat fardu dibulan ramadhan sama dengan 70 shalat fardu di bulan lain, maka :

Shalat fardu nilainya lebih baik dari 70 kali dunia seisinya
Shalat fardu di bulan ramadhan nilainya 70 x 70 = 4.900 kali dunia dan isinya
Shalat fardu di bulan ramadhan berjamaah 70 x 70 x 27 = 132.300 kali dunia dan isinya
Shalat fardu berjamaah selama Ramadan 70 x 70 x 27 x 30 x 5 = 19.845.000 dunia & isinya

Saudaraku, hanya dari shalat fardu berjamaah selama bulan ramadhan anda akan memperoleh nilai atau pahala disisi Allah lebih banyak dari 19.845.000 nilai dunia dan isinya. Bagaimana dengan shalat sunah yang lainnya; tarawih, rawatib, tahajjud, duha, witir, dll. Sungguh luar biasa, apakah ini bukan karunia Allah yang besar. Bahkan sangat besar.

Lalu bagaimana dengan ibadah-ibadah yang lain; seperti puasa itu sendiri, tadarrusan, zikir, sedekah, zakat, silaturrahim, tolong menolong, nasihat, dll. Tentu saja mempunyai hitungan sendiri-sendiri yang dapat menambah lagi nilai kebaikan dan pahala yang beribu-ribu atau berjuta-juta dari nilai dunia dan isinya.

Kalau orang pencinta dunia memburu dunia hanya serpihan-serpihannya saja, sedangkan kita pencinta akhirat, jutaan dunia dan isinya dalam genggaman kita. Kenapa demikian karena dunia dan isinya nilainya hanyalah :

Rasulullah saw. bersabda, “Andaikan dunia itu senilai dengan sayap nyamuk di sisi Allah, maka Allah tidak akan memberi minum kepada orang kafir walaupun seteguk air dari dunia.” (HR. Tirmidzi)

Apakah anda ragu terhadap janji Allah ini. Disinilah iman menjadi taruhannya : Ingatlah, sesungguhnya janji Allah itu benar, tetapi kebanyakan mereka (manusia) tidak mengetahui(nya) [QS. 10:55]



Senin, 18 Juli 2011

Ramadhan yang Agung


Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. [QS. 97:1-3]

Ulama-ulama besar seluruh dunia Islam yang masih hidup sampai saat ini semuanya menantikan kedatangan bulan yang penuh kemuliaan dan keberkatan ramadhan Mubarak yang agung.

Para mujahid dan pembaharu Islam pada masa yang lalu semuanya merindukan datangnya ramadhan yang agung, bahkan pada bulan ini banyak terjadi perang yang dimenangkan oleh umat islam.

Para Sahabat dan tabiin yang terkenal lebih bergairah lagi merindukan datangnya bulan ramadhan, bahkan sehabis ramadhan para sahabat dan tabi'in senantiasa memanjatkan do'a agar di pertemukan kembali dengan bulan Ramadhan berikutnya.

Wahai manusia! Sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia disisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam yang paling utama. Itulah sambutan Rasulullah junjungan kita menyonsong datangnya ramadhan.

Allah Swt bahkan meletakkan malam kemuliaan pada bulan ramadhan yang agung.

Demikianlah, sudah tidak meragukan lagi bahwa bulan ramadhan benar-benar mengandung banyak nilai dan berkah didalamnya sehingga ditempatkan pada posisi yang sangat agung. Sebaiknya kita harus juga menempatkan pada posisi yang istimewa tersebut. Apabila kita dapat menempatkan ramadhan dalm posisi yang sebenarnya yang timbul dari kesadaran iman dan hati bersih, maka apapun yang berkaitan dengan kemuliaan dan keutamaan di dalam ramadhan akan menjadi obsesi kita untuk melakukannya.

Seseorang penggemar terhadap idolanya, apakah ia seorang artis, olahragawan, negarawan atau apapun yang lain, segala atributnya diusahakan untuk dimiliki sebagai pernyataan rasa cinta terhap idolanya tanpa memikirkan untung ruginya. Apa manfaat baginya, hanyalah rasa puas dan kebanggaan yang dirasakannya. Bandingkanlah dengan ramadhan yang menyediakan begitu banyak keuntungan dan pahala yang dijanjikan oleh Allh Swt.

“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” [QS. 22:32].

Saudaraku, tentu saja muara daripada mengagungkan bulan ramadhan adalah mengagungkan Sang Maha Agung, Allah Swt. Kita menghormati atau mengagungkan sesuatu karena perintah dan suruhanNya. Melalui simbolisasi pada ajaran dan peribadatan-peribadatan yang diperintahkan kita mengekspressikan rasa kecintaan dan kerinduan kepadaNya. Bulan ramadhan adalah bulan yang merangkum banyak sekali keistimewaan dan keutamaan di dalamnya yang tidak ada pada bulan-bulan yang lain, oleh karena itu alangkah ruginya kalau bulan ini berlalu tanpa kita perlakukan sebagai moment dan kesempatan yang istimewa. Dan perbuatan yang istimewa pula.


Selasa, 05 Juli 2011

Persiapan ramadhan



Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, [QS. 2:183]

Seperti menghadapi peristiwa-peristiwa besar, memasuki ramadhan memerlukan persiapan yang matang, mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat menghidupkan dan menyemarakkan sehingga setelah sampai saatnya dapat kita melakukan semua ibadah-ibadah yang diperlukan secara maksimal. Tentu saja banyak persiapan yang diperlukan, tetapi yang akan kita tekankan disini adalah persiapan mental dan iman agar setelah ramadhan kita memeroleh sesuatu yang istimewa, penambahan kualitas iman dan ibadah.

Langkah pertama yang paling penting adalah adanya kesadaran untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan melalui ibadah-ibadah yang akan kita laksanakan. Setelah langkah ini sudah mantap, lanjutkan dengan memperluas pengetahuan tentang cara melakukan peribadatan dengan baik dan benar, termasuk keistimewaan ibadah-ibadah tersebut yang menjadi pendorong motivasi kita untuk melakukannya dengan senang hati.

Apabila telah memiliki dua persiapan diatas, maka sesungguhnya anda telah siap untuk berubah dan meningkatkan kualitas ramadhan yang akan datang. Langkah selanjutnya adalah melakukan perencanaan dan pengaturan yang baik sejauh mana peningkatan atau perubahan yang akan dilakukan. Tanpa perencanaan yang baik pada saat tiba waktunya bisa jadi kewalahan karena banyak kesibukan dan kegiatan yang mungkin tidak terduga sebelumnya yang mengganggu target-target yang akan kita capai. Buatlah langkah-langkah yang realistis dalam rentang waktu dan kemampuan yang dimiliki.

Contoh yang paling mudah, kalau tahun lalu shalat tarawih yang hanya dilakukan 10 malam, maka tahun ini targetkan misalnya 15 malam, kalau tahun lalu tadarrus 3 lembar Al Quran perhari maka tahun ini menjadi 5 lembar, kalau tahun lalu sedekah per malam Rp 3.000 maka tahun ini menjadi Rp 5.000, dst. Dengan catatan planning seperti ini maka lebih mudah dipedomani dan ada sedikit beban untuk harus dilaksanakan. Sangat sederhana memang, tetapi rencana-rencana yang besar-besar kadang lebih banyak macetnya dari pada berhasilnya. Biarlah sedikit-sedikit tetapi bila konsisten dijalankan dari tahun ke tahun maka dalam tempo 10 tahun misalnya, anda kaget akan hasilnya dibandingkan dengan tidak ada perencanaan yang baik.

Bukankah banyak kenyataan yang kita lihat, 10 tahun yang lalu atau bahkan 20 tahun yang lalu, karena tidak merencanakan dengan baik, maka kebiasaannya dari ramadhan ke ramadhan tidak ada perubahan yang signifikan. 20 tahun yang lalu awal-awal ramadhan sampai kira-kira hari ke 10 masih sering hadir di masjid setelah itu tidak nampak lagi dan tahun yang lalu masih seperti itu juga. Ayolah luangkan waktumu sedikit untuk merencanakan kehidupan akhiratmu, kalau tidak 20 tahun yad. Kebiasaanmu masih sama dengan tahun ini.

Saudaraku, kalau kita ingin benar-benar menjalankan ibadah puasa maka Allah menjamin kita menjadi orang yang bertakwa. Kalau kita ingin benar-benar mengadakan suatu perubahan atau peningkatan dalam kualitas dan kuantitas ibadah kita maka Allah pun menjamin kita akan mencapainya. Pertanyaannya, apakah kita mampu memasang niat yang tulus dalam hati bening secara jujur. Kalau anda dapat menjawab pertanyaan ini dengan mantap, maka andalah yang paling bahagia menyambut bulan Ramadhan Mubarak.


Senin, 04 Juli 2011

Survive



Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu". [QS. 41:30]

Survive atau bertahan boleh jadi dianggap suatu kelemahan di dalam mengelola persoalan-persoalan kehidupan yang dijalani, dibandingkan dengan istilah yang lain yaitu offensive atau serang sampai mencapai tujuan tertentu. Didalam kenyataannya kedua-duanya selalu berganti-ganti digunakan tergantung situasi yang dihadapi dan kondisi serta kesiapan kita menghadapi kondisi tersebut.


Sesungguhnya kami tidak akan melakukan korupsi, walaupun korupsi itu enak dan telah menjadi budaya bangsa. Sesungguhnya kami tidak akan melanggar peraturan lalu lintas, meskipun kadang-kadang diteriaki dan di-klakson pengendara yang lain. Sesungguhnya kami tidak akan melakukan nyontek ketika ujian, meskipun dikatakan ketinggalan jaman dan tidak disukai peserta yang lain. Itulah beberapa contoh orang-orang yang hebat mau tetap kokoh mempertahan kebenaran dan kejujuran di tengah orang-orang yang menyerah dan terseret kegilaan jaman.

Rasulullah bersabda “Sesungguhnya Islam pertama kali muncul dalam keadaan asing dan nanti akan kembali asing sebagaimana semula. Maka berbahagialah orang-orang yang asing (alghuroba’).” (HR. Muslim)

Bertahan dalam pola kehidupan sehari-hari yang wajar adalah bagian penting dari implementasi keislaman seseorang. Apabila kemampuan financial kita hanya bisa beli motor tidak usah dipaksakan beli mobil, kalau mampunya rumah type RS 36 jangan paksakan beli type RS 70, kalau mampunya liburan di Puncak jangan paksakan di Singapura, dst. Apa yang terjadi apabila melampaui penghasilan, tentu bidang lain akan diabaikan atau mencari cara lain yang tidak halal. Bertahan dari godaan kemewahan yang sesungguhnya tidak prinsip adalah cara terbaik untuk mempertahankan kebahagiaan.

Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal. [QS. 17:29]

Saudaraku, dalam rentetan catatan sejarah orang-orang besar yang sukses dalam hidupnya, orang-orang yang dapat menikmati hidup dengan bahagia, orang-orang yang menjadi tauladan bagi jutaan orang lain, semuanya adalah orang-orang yang sabar dan bertahan dalam mematuhi aturan-aturan hidup masyarakatnya dan tentu saja taat kepada Sang Maha Pencipta. Kalau ada orang lain berhasil dengan cara lain, keberhasilannya hanya sementara, sebelum pensiun akan menemukan akibat dari ketidakbenaran yang dilakukan, sebelum mati masa jayanya hancur dan menderita di hari tua, paling tidak ketika bertemu dengan Allah akan menukan azab dan siksaNya.

Ayolah, dari masjid ini kita perbaharui niat kita untuk bertahan dan selalu berusaha mematuhi segala ketentuan, baik ketentuan sosial kemasyarakatan maupun aturan-aturan keagamaan. Yakinlah hanya dengan cara ini kebahagiaan kita nikmati sepanjang hidup.



Senin, 27 Juni 2011

Berusaha menikmati penyakit


Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. [QS. 67:2]

Penyakit adalah merupakan penderitaan yang pernah dialami oleh semua manusia yang hidup didunia. Secara logika tidak mungkin dapat dinikmati. Namun pertanyaannya adalah apakah orang-orang yang sakit, terutama yang periode sakitnya cukup lama, tidak bisa menikmati lagi hidupnya sehari-hari selama periode sakit tersebut. Tubuh manusia mempunyai adaptasi yang luar biasa, rasa sakit yang terus-menerus dideritanya intentsitas sakitnya makin lama makin menurun walaupun penyakitnya tetap seperti biasa. Bagi seorang muslim tentu saja sangat yakin dengan Firman Allah sbb.:

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. [QS. 2:286]

Apabila rasa sakit yang keras datang dan dalam priode yang lama sering membuat orang frustrasi dan putus asa, tetapi cobalah mengingat-ingat ayat tersebut di atas dan beberapa hadis berikut sangat banyak membantu, tentu saja semuanya itu dapat bekerja apabila dilandasi dengan iman yang kuat.

Aisyah meriwayatkan, Rasulullah saw bersabda, "apabila seorang mukmin menderita satu penyakit, maka Allah akan membersihkan dosa-dosanya sebagaimana tukang pandai besi membersihkan besi dari karat-karatnya." (HR. Ibnu Hibban)

Bahkan kebiasaan berupa ibadah yang menghasilkan pahala yang sering dilakukan sebelum sakit tidak dapat lagi dilakukan selama masa sakit, pahalanya tetap dihitung seperti pada saat mengerjakannya sebelum sakit.

Abdullah bin Amr meriwayatkan, Rasulullah saw bersabda, "tidak seorang mukmin pun yang ditimpa cobaan pada jasadnya, melainkan Allah memerintahkan kepada malaikatnya, tuliskanlah untuk hamba-Ku, siang dan malam, kebaikan apa saja yang dia lakukan seperti sebelumnya selama dia masih berpegang kepada-Ku." (HR Ahmad)

Abu Hurairah pernah mendengar Rasulullah saw bersabda, "penyakit yang menimpa seorang mukmin merupakan penghapus bagi dosa dan kesalahan yang dilakukannya." (HR al-Hakim)

Saudaraku, tidak mungkin kita memberontak terus menerus terhadap penyakit yang kita derita, semakin dilawan dalam arti menolak keberadaannya maka semakin keras pendertiaan yang kita alami, mau apalagi itulah realitas hidup yang kita sedang jalani. Langkah yang bijak adalah dengan hati yang ikhlas menerima keberadaannya sambil berusaha sekuat tenaga melakukan pengobatan dan penyembuhan disertai doa dan istighfar yang tidak putus-putusnya agar diberi kesembuhan dan kekuatan menjalani masa-masa yang berat.

Ingatlah bahwa waktu berjalan terus sedangkan kesulitan dan penyakit pasti ada akhirnya, suatu saat kita akan menikmati masa-masa perjuangan yang sulit dan melelahkan ini.

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, [QS. 94:5]


Senin, 13 Juni 2011

Puncak Syukur



Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". [QS. 14:7]

Apabila kita menghayati ayat diatas, sebenarnya bagi kita tidak ada pilihan lain kecuali bersyukur, baiknya pilihan tersebut sangat menguntungkan dan memberi kenyamanan bagi kita apabila melaksanakannya, lalu bagaimana sebaiknya cara bersyukur. Apakah memerlukan perjuangan yang keras, sehingga banyak orang tidak sanggup melakukannya?

Mensyukuri nikmat dapat dilakukan dengan tiga cara: mensyukuri dengan hati yaitu dengan meyakini segala sesuatu yang kita peroleh adalah karunia dari Allah, mensyukuri dengan lisan dengan mengucapkan Alhamdulillah dan menyebut-nyebut karunia Allah dan memanfaatkannya di jalan yang baik, mensyukuri dengan perbuatan yaitu dengan mentaati perintah dan larangan dari Allaw Swt. Dengan demikian dalam suasana apapun selalu ada sesuatu yang disyukuri. Intensitas rasa syukur yang kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari menandakan juga tingkat keimanan dan ketakwaan seseorang. Yang jelas semakin banyak bersyukur semakin baik pula bagi dirinya.

Dan "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; [QS. 31:12]

Setiap memperoleh nikmat dan diikuti dengan rasa syukur Allah akan menambahkan nikmat-nikmat yang lain, lalu bagaimana kalau kita memperoleh nikmat yang banyak tentunya harus diikuti pula dengan rasa syukur yang lebih banyak lagi, dan puncak dari pernyataan rasa syukur adalah :

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. [QS. 108:1-2]

dari Aisyah berkata: Bila shalat, Rasullullah Saw. berdiri hingga kaki beliau bengkak. Aisyah berkata: Wahai Rasullullah, kenapa tuan melakukan ini padahal Allah telah mengampuni dosa tuan yang telah berlalu dan yang dikemudian. Beliau bersabda: “Apakah aku tidak menjadi hamba yang bersyukur?” (HR. Muslim)

Saudaraku, Shalat adalah puncak pengabdian seorang hamba kepada khalikNya, segala keinginan, kegalauan, dan keluh kesah dapat disampaikan secara langsung seorang hamba kepada Allah Swt. Oleh karena itu rasa syukur yang dihaturkan seorang hamba puncaknya pun ketika melakukan shalat kepadaNya, semakin banyak melakukan shalat berarti semakin tinggi rasa syukur yang dipersembahkan kepada Allah. Lihatlah junjungan Nabi kita Muhammad Saw. Sampai bengkak-bengkak kakinya dalam melaksanakan shalat sebagai rasa syukurnya kepada Allah Swt.

Mari introspeksi seberapa besar syukur kita selama ini telah tercermin dalam banyaknya dan kwalitas shalat yang telah kita kerjakan. Ayo setiap tambahan rakaat shalat yang dikerjakan berarti rasa syukur juga telah dibuktikan dalam perbuatan, lisan dan hati.
Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur. [QS. 23:78]


Senin, 06 Juni 2011

Perjalanan 2 sisi kehidupan



Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi. [QS.28:77]

Dua sisi kehidupan yang dimaksud disini adalah kehidupan yang banyak berorientasi dunia dan yang berorientasi akhirat. Penggunaan dua sisi ini hanyalah penyederhanaan saja karena sesungguhnya keduanya tidak dapat dipisahkan, hanya saja dalam kehidupan, kita punya pilihan-pilihan untuk memprioritaskan salah satunya dalam kehidupan sehari-hari.


Mari menengok kebelakang melihat perjalanan kehidupan kita, kadang-kadang kita berujar kelihatannya saya ini terlalu banyak mengejar dunia, atau menilai seseorang yang kerjanya cuma mengejar akhirat saja. Kadang-kadang memang secara tidak sadar atau mungkin juga sengaja lebih focus mengejar dunia berpuluh tahun dan memperhatikan masalah akhirat sangat sedikit. Tentu saja ini dilakukan karena menganggap dengan cara inilah kebahagian dapat diraih. Tetapi kenyataan juga menampakkan bahwa yang kita inginkan itu jauh dari harapan. Disisi lain ada yang gigih mengejar akhirat, tetapi kehidupannya terbengkalai karena tidak sanggup menopang kebutuhan hidupnya secara wajar, juga tidak bisa tenang dalam beribadah.

Sebaiknya dalam kehidupan ini tidak tenggelam dalam memburuh dunia, karena dunia akan ditinggalkan, tetapi juga tidak melulu masalah akhirat yang dikerjakan karena kita hidup didunia, harus ada kesejajaran dan kesinambungan sehingga kita dapat hidup didunia dengan kemampuan melakukan persiapan akhirat yang terbaik.
Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? [QS. 6:32]
“Bekerjalah untuk duniamu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya. Dan beramallah untuk akhiratmu, seolah-olah kamu akan mati besok” (HR. Baihaqi).

Saudaraku, itulah mungkin yang dianjurkan oleh para pemuka agama agar selalu menjaga adanya keseimbangan antara dunia dan akhirat. Hanya saja keseimbangan ini tidak dapat diukur dalam perhitungan matematis. Seorang petani yang berkerja keras di sawah yang diniatkan untuk menopang kehidupannya agar lebih baik dalam beribadah, setiap memulai kerjanya dengan mengingat Allah dan menyelesaikan dengan rasa syukur dan dalam proses pekerjaannya tidak melakukan yang dilarang oleh Allah, maka disitulah keseimbangan antara dunia dan akhirat.
“Demi, jika seseorang di antara kamu membawa tali dan pergi ke bukit untuk mencari kayu bakar, kemudian dipikul ke pasar untuk dijual, dengan bekerja itu Allah mencukupi kebutuhanmu, itu lebih baik daripada ia meminta-minta kepada orang lain…” (HR. Bukhari dan Muslim).

Keterkaitan kepada Allah dalam segala aktivitas yang dilakukan, apakah itu yang bersifat ibadah langsung atau aktivtitas yang berkaitan dengan kegiatan sehari-hari dalam rangka mencari rezeki untuk memenuhi kebutuhan keluarga, adalah kunci tercapainya keseimbangan hidup dunia dan akhirat.

“Kami telah menjadikan untukmu semua di dalam bumi itu sebagai lapangan mengusahakan kehidupan. (QS. 7:10).