************************************************************************************************************************
Saudaraku, kalau artikel dalam blog ini bermanfaat informasikanlah kepada muslim yang lain
(Setiap kata yang mencerahkan orang lain, Insya Allah, anda akan mendapat ganjaran pahala)
============================================================================

Kamis, 18 September 2008

Hakekat dalam berpuasa


Ada dua metode atau jalan yang harus dilalui dalam berpuasa, apabila ingin puasa ramadan meninggalkan makna dan keberkatan dalam pribadi kita sebagai muslim yang muttakin

Pertama adalah kemampuan untuk mengendalikan diri dari gejolak hawa nafsu, baik terhadap hal-hal yang halal apalagi terhadap hal-hal yang memang sudah haram. Buah yang dipetik dari kemampuan ini adalah; badan lebih sehat, emosi lebih tenang, pikiran lebih jernih, sikap lebih bijaksana, hati lebih lembut, peka dan peduli sesama, dan lebih tenang dalam menjalani kehidupan. Sebaliknya, sejarah kehidupan ummat manusia banyak berakhir dengan kesengsaraan dan keterpurukan karena tidak dapat mengendalikan nafsu-nafsu ini. Bung Karno terjungkal karena ketidakmampuannya mengendalikan diri dari pengaruh intrik politik dari kaum komunis. Pak Harto, tersingkir dari puncak kekuasaannya karena tidak mampu mengendalikan para konglomerat atas keserakan mereka terhadap kekayaan.

Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya). [QS. 79:40-41]

Kedua, kemampuan memaksimalkan semua potensi yang dimiliki; ilmu, kekayaan, fisik, kesempatan, untuk meningkatkan amalan-amalan sunnah. Buah yang dipetik dari kemampuan ini adalah; perasaan dekat dengan Allah, optimisme, kelapangan dalam hidup, persoalan dimudahkan jalan keluarnya, banyak mendapat rizki dari arah yang tidak terduga, dan mendapat kedudukan tinggi disisi Allah. Abdurrahman bin Auf, salah seorang sahabat yang memaksimalkan jalan ini sehingga suatu ketika ia bisa menjamin kebutuhan hidup seluruh penduduk Madinah, tetapi hartanya tidak habis-habis malahan bertambah terus.

Orang-orang yang kafir bagi mereka azab yang keras. Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh bagi mereka ampunan dan pahala yang besar. [QS. 35:7]

Menahan diri dalam spektrum yang luas, tidak hanya mengendalikan diri dari makan yang berlebihan, hidup bermewah-mewahan, kesewenang-wenangan dalam kekuasaan, tetapi juga dalam menampilkan diri sebagai orang yang beramal, orang yang berjasa, orang yang berhasil, bahkan sebagai orang yang tawadhu.

Saudaraku, apabila kemampuan mengendalikan diri ini, dan disertai usaha yang keras dalam melaksanakan amalan-amalan sesuai dengan potensi yang ada pada kita telah dilaksanakan, maka keberkahan ramadan dan ampunan dari Allah dengan sendirinya datang kepada kita, dan selanjutnya akan menghantarkan kita kepada suatu kehidupan dalam suasana yang sehat secara fisik dan batin.


Tidak ada komentar: