************************************************************************************************************************
Saudaraku, kalau artikel dalam blog ini bermanfaat informasikanlah kepada muslim yang lain
(Setiap kata yang mencerahkan orang lain, Insya Allah, anda akan mendapat ganjaran pahala)
============================================================================

Senin, 06 April 2009

Musibah atau ni’mat


Musibah situ gintung yang menelan korban lebih dari 100 orang, adalah rangkaian paling akhir dari rentetan kejadian-kejadian besar di tanah air yang banyak menelan korban. Sebelumnya ada tsunami di Aceh, ada gempa di Yogyakarta, ada tsunami di Pangandaran, ada Lumpur lapindo di Sidoarjo. Jauh sebelum ini semua, tentu lebih banyak lagi. Itulah sunnatullah, akan selalu ada musibah-musibah besar, baik karena fenomena alam maupun kerusakan karena disebabkan oleh keserakahan tangan-tangan manusia.

Didalam Al-Quran kita dapati banyak cerita tentang peristiwa-peristiwa besar terhadap kaum-kaum yang dahulu. Bencana alam tersebut selalu dikaitkan dan ditimpakan kepada kaum yang tidak mentaati perintah Allah yang disampaikan melalui para nabi dan rasul. Tentu banyak peristiwa alam yang besar yang terjadi di planet bumi kita ini yang terjadi karena fenomena alam yang kemungkinan tidak terkait dengan kedurhakaan umat manusia.

Setiap hari kita berhadapan dengan peristiwa atau musibah dengan intensitas yang berbeda-beda; kematian, penyakit, kehilangan harta, penghinaan selalu akan ditemui dalam kehidupan ini, dan ini sudah ketentuan Allah, sebagaimana dalam firmanNya sbb:

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang sabar." (QS. 2:155)

Bagi orang mukmin, musibah itu adalah sarana peningkatan kualitas diri, karena hanya orang-orang berkualitaslah yang dijanjikan dengan: Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. 2:157)

Musibah bukan bala atau laknat, tetapi sarana pembersihan dosa-dosa dan kesombongan yang masih melekat dalam diri orang-orang mukmin, karena hanya orang-orang bersih hatinya yang mendapat ridho Allah Swt.

"Tidak sesuatu musibah pun yang menimpa seorang muslim dari penyakit, penderitaan, kesedihan, kesulitan, sampai-sampai duri yang terinjak kakinya, kecuali Allah akan menghapus dengan musibah tadi, kesalahan-kesalahannya." (Mutafaq alaihi)

Musibah itu ni’mat bagi orang-orang mukim, meskipun secara kasat mata sangat membebani. Beban dan kesulitan, memang itulah jalan untuk mencapai tujuan-tujuan besar. Kalau ingin yang enak-enak saja, tentu semua orang dengan mudah mencapainya. Bahkan menurut At tirmidzi meriwayatkan dari Jabir secara marfu'. "Manusia pada hari kiamat menginginkan kulitnya di cabik-cabik ketika di dunia karena iri melihat pahala orang - orang yang tertimpa cobaan."

Saudaraku, musibah yang merupakan bala dan laknat bukanlah karena gempa bumi, tsunami, kebakaran dsb. tetapi meninggalkan shalat, berzina, berggunjing, korupsi, mabuk, madat, dst. itulah sebenar-benarnya musibah dan kehancuran.

Tidak ada komentar: