************************************************************************************************************************
Saudaraku, kalau artikel dalam blog ini bermanfaat informasikanlah kepada muslim yang lain
(Setiap kata yang mencerahkan orang lain, Insya Allah, anda akan mendapat ganjaran pahala)
============================================================================

Minggu, 12 Juli 2009

Memperluas kebahagiaan


Adalah manusiawi kalau setiap orang yang waras ingin merasakan kebahagiaan. Sayangnya, kebahagiaan yang selalu didambakan ini, diletakkan diluar dirinya. jauh dalam impian, jauh dari jangkauannya, jauh dari pemikirannya. Kalaupun telah diraihnya hanya diletakkan pada kenikmatan sesaat yang mudah hilang dan cepat berlalu.

Orang sering berkata, kalau aku mendapatkan ini atau itu, aku pasti bahagia. Makin banyak yang diinginkan makin jauh dia dari rasa bahagia. Setelah apa yang diinginkan itu tercapai, ternyata belum juga bahagia. Hal ini disebabkan karena pada saat yang diinginkan tercapai, kondisi sudah berubah tidak seperti pada saat keinginan didambahan. Demikianlah seterusnya, setiap keinginan tercapai, rasa bahagia tidak pernah dirasakan karena telah bergesar lagi kepada keinginan yang lebih besar.

Ajaran agama memberitahukan kepada kita bahwa kebahagiaan itu tidak terletak pada materi atau obyek pisik tertentu, tetapi ia hadir ketika kita dapat mensikapi segala peristiwa yang dihadapi dengan sikap yang benar dan tepat. Sifat-sifat seperti syukur, sabar, qana’a, tawakkal dll adalah cara untuk menghadirkan kebahagiaan tanpa batas waktu dan kondisi. Pada akhirnya adalah bagaimana kita mengelola hati dengan sifat-sifat yang ada tersebut.

Sabda Rasulullah saw : “Ketahuilah, sungguh pada tubuh itu terdapat segumpal daging, jika ia baik maka baiklah seluruh tubuhnya, jika ia buruk maka buruklah seluruh tubuhnya, ketahuilah bahwa ia adalah hati” (HR. Bukhari)

Kalau hati itu baik, tenang, bahagia maka baik, tenang dan bahagialah seluruh hidupnya.

Hati tidak bertepi. Demikianlah kalau hati sudah bahagia, maka kebahagiaan itu tidak lagi dibungkus oleh sesuatu. Bungkusan apapun yang digunakan ia akan tetap bahagia. Kalau hari ini diselimuti banyak persoalan, persoalan itu akan dipecahkan karena disana ada ikhtiar, dan ikhtiar itu adalah salah satu zikir yang memberikan sumber ketenangan. Kalau giliran mendapatkan nikmat yang berlimpah, ia akan membagi kenikmatan itu dengan orang lain, karena disitu bertebaran berkah dan kedamaian. Musibah dan petaka diterima sebagai bukti kecintaan Allah kepadanya untuk meningkatkan level atau derajatnya disisiNya, sehingga Rasulullah pun kagum kepadanya.

“Sungguh mengagumkan urusan orang beriman itu. Sesungguhnya segala urusannya baginya menjadi kebaikan. Jika ia menerima karunia ia bersyukur, maka hal itu menjadi kebaikan baginya. Dan jika ia mendapatkan musibah ia bersabar. Dan hal itu menjadi kebaikan bagi dirinya.” (HR. Bukhari)

Saudaraku, Kebahagiaan akan langgeng bersama kita kalau yakin bahwa semua perbuatan Allah Swt. itulah yang terbaik bagi kita. Dia Maha Pengasih, bahkan lebih mengasihi kita daripada kita mengasihi diri sendiri, lalu bagaimana mungkin ia memberikan kepada kita sesuatu yang tidak baik. Kalau kita melihat kejadian sebagai bencana, siksaan, penderitaan, semata-mata karena kebodohan kita sendiri. Dibalik semua itu ada suatu yang terbaik buat kita, kalau kita dapat menyikapi dengan benar. Apabila hal ini dapat kita terapkan dan amalkan, maka kebahagiaan itu tdak hanya ada pada karier, kedudukan, kekayaan, popularitas, atau predikat-predikat yang lain, tetapi ia ada dimana-mana dan ada disetiap saat. Wallahu ‘alam bissawab.

2 komentar:

wahanaq.blogspot.com mengatakan...

Halo warga japos, baru tau ni ternyata ada blog ini, tadi gak sengaja nemuin edaran BULETING KELUARGA AS SALAAM waktu sholat jum'at, ok sukses selalu

Darwin Malang mengatakan...

Assalamu alaikum.
Ma kasih Mas asep. semoga bermanfaat, undanga lagi teman-temana yang lain. Kalau pingin softcopynya, silakan kirimkan no. emailnya ke saya.