************************************************************************************************************************
Saudaraku, kalau artikel dalam blog ini bermanfaat informasikanlah kepada muslim yang lain
(Setiap kata yang mencerahkan orang lain, Insya Allah, anda akan mendapat ganjaran pahala)
============================================================================

Selasa, 27 Januari 2009

Menyesalnya Para Penghuni Surga


"Demi Masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran." (Qs. 103:3)

"Tidak ada sesuatu yang paling disesali oleh para penghuni surga, kecuali atas satu saat yang pernah mereka lalui di dunia, yang tidak mereka gunakan untuk mengingat Allah didalamnya." (HR. Thabrani)"Bersegeralah untuk beramal, jangan menundanya hingga datang tujuh perkara. Apakah akan terus kamu tunda untuk beramal kecuali jika sudah datang:

(1) kemiskinan yang membuatmu lupa, atau
(2) kekayaan yang membuatmu berbuat melebihi batas, atau
(3) sakit yang merusakmu, atau
(4) usia lanjut yang membuatmu pikun, atau
(5) kematian yang tiba-tiba menjemputmu, atau
(6) dajjal, suatu perkara gaib terburuk yang ditunggu atau
(7) saat kiamat, saat bencana yang lebih dahsyat dan siksanya yang amat pedih."

(HR. Tirmidzi, dikatakannya hasan shahih)"Raihlah lima perkara sebelum datangnya yang lima: hidupmu sebelum matimu, sehatmu sebelum sakitmu, kesempatanmu sebelum kesibukanmu, mudamu sebelum tuamu dan kayamu sebelum miskinmu." (HR. Ibnu Abbas, dishahihkan oleh imam al-Albani)

"Tahun ibarat pohon, bulan-bulan laksana cabangnya, hari-hari sebagai rantingnya, jam-jam sebagai daun-daunnya, dan nafas-nafas kita sebagai buahnya. Barangsiapa yang nafas-nafasnya dalam ketaatan, maka orang itu telah menanam pohon yang baik." (Ibnu Qayyim, al-Fawaa'id)Abdullah bin Malik rahimakumullah berkata : "Kami pernah melakukan perjalanan bersama-sama rombongan ayah kami, lalu beliau berkata, "Bertasbihlah kalian hingga mencapai pohon itu!" lalu terlihat ada pohon berikutnya, beliau berkata, "Bertakbirlah kalian sambil berjalan ke arah pohon itu!" Dan begitu seterusnya, ayah kami memperlakukan kami"

Sumber : internet/milis

Kerugian karena kehilangan shalat berjamaah


Tahukah anda berapa nilai kekayaan yang dimilki oleh seluruh umat manusia di seluruh dunia ini? Mungkin tidak ada orang yang dapat menghitungnya secara tepat. Dan mungkin juga tidak pernah ada kajian yang pernah dilakukan orang untuk hal ini. Tetapi untuk estimasi dapat saja dilakukan dengan cara menghitung GDP masing-masing negara, cadangan devisa yang dimilik, investasi-investasi yang pernah dilakukan baik pemerintah maupun oleh swasta nasional dan luar negeri, serta cadangan tambang alam.

Mari kita membuat asumsi bahwa GDP untuk seluruh negara sebesar US$100.000 trilyun, Cadangan devisa seluruh negara sebesar US$50.000 trilyun, seluruh investasi yang pernah dilakukan di seluruh dunia sebesar US$1.000.000 trilyun, serta seluruh cadangan deposit yang telah diketahui sebesar US$ 2.000.000 trilyun, sehingga total kekayaan dunia kita asumsi sebesar US$ 3.150.000 trilyun atau dibulatkan saja menjadi sebesar US$ 5.000.000 trilyun. Itulah asumsi jumlah kekayaan di seluruh dunia, kenyataannya pasti jauh lebih banyak lagi. Sungguh suatu nilai yang luarrr biasa.

Apakah anda takjub membayangkan nilai sebesar itu, saya kira ya. Dan tahukah anda bahwa nilai sebanyak itu disisi Allah nilainya tidak seberapa, bahkan nilai shalat sunnah subuh jauh lebih besar, sebagaimana tercantum dalah hadist berikut : ”Shalat sunnah dua rakaat sebelum shalat subuh itu lebih baik dari pada dunia seisinya” (HR. Muslim)

Kalau shalat sunnah saja nilainya begitu besar disisi Allah, lalu bagaimana dengan shalat fardu, apalagi kalau dilakukan dengan berjamaah?

Barang siapa yang mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu perbuatan kebajikan (sunnah), dia akan mendapatkan pahala seperti kalau dia melakukan perbuatan wajib pada bulan lain. Barang siapa melaksanakan suatu kewajiban pada bulan itu (Ramadan), dia akan mendapatkan pahala seperti kalau dia me-ngerjakan tujuh puluh perbuatan wajib pada bulan yang lain.'' (HR Ibnu Khuzaimah).

Mengacu kepada hadist tersebut di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa shalat fardu nilainya sama dengan 70 kali shalat sunnah, selanjutnya "Shalat Jamaah lebih utama dua puluh tujuh kali dibanding shalat sendiri" (H.R. Bukhari Muslim dll.).

Dari hadist-hadist diatas menghasilkan perhitungan untuk setiap kali shalat berjamaah sama dengan (70 x 27) 1890 shalat sunnah. Sedangkan shalat sendirian hanya 70 shalat sunnah. Ini berarti kerugian karena kehilangan shalat berjamaah sama dengan 1890 – 70 = 1820 shalat sunnah. Ingat sunnah fajar nilainya lebih baik dari dunia dan isinya.

Kalau asumsi nilai kekayaan yang ada di seluruh dunia seperti perhitungan kita di atas yaitu US$ 5.000.000 trilyun, maka setiap kali kehilangan shalat berjamaah kita mengalami kerugian sebesar 1820 x US$ 5.000.000 trilyun = US$ 9,100,000,000 trilyun.

Atau US$ 9.100.000.000.000.000.000,- dalam Rp. 100.100.000.000.000.000.000.000,- *)
Masya Allah, betapa bodohnya kita mengabaikan janji Allah dan RasulNya lewat begitu saja.
*) Kurs Rp. 11.000,- cara bacanya seratus milyar seratus juta trilyun rupiah

Lembaran Biru Untuk Goresan Amal Perbuatan


"Hari-hari adalah lembaran-lembaran biru untuk goresan amal perbuatan, maka jadikanlah hari-harimu itu sarat dengan amalan yang terbaik. Kesempatan itu akan segera lenyap secepat perjalanan awan, dan menunda-nunda pekerjaan tanda-tanda orang yang merugi. Barangsiapa yang yang bersampan kemalasan, ia akan tenggelam bersamanya. Jika menunda pekerjaan dan rasa malas telah menyatu, maka yang lahir adalah kerugian." (Ibnu Jauzy, al-Mudhisy)
Ibnu Khaldun mengisahkan bahwa Harun al-Rasyid ketika hendak melepas putranya menuntut ilmu, maka beliau memberikan pesan-pesan kepada guru anaknya: "Ajarkanlah Al-Qur'an kepadanya, kenalkan kisah-kisah salafus shalih, segarkan pikirannya dengan syair-syair, ajarkan pula sunnah Nabi saw, beritahu tentang maksud setiap ucapan dan laranglah ia tertawa kecuali sesuai tempat dan waktunya." Kemudian Harun al-Rasyid melanjutkan pesan-pesannya; "Jangan sampai ada sesaatpun engkau lalui kecuali engkau raih suatu faedah yang engkau berikan kepada anakku, dan janganlah engkau jadikan ia gelisah agar tidak mati ingatannya dan janganlah suka memaafkannya agar ia tidak terbiasa waktunya kosong dan menganggapnya suatu kesenangan.
"Sungguh mengherankan, orang yang diseru untuk menyiapkan perbekalan dan dipanggil untuk menghadap-Nya sebagaimana yang telah menghadap lebih dulu, supaya dijadikan cerminan bagi orang-orang yang datang kemudian, namun ia justru hidup diwarnai kesantaian dan bermain-main." (Hasan al-Bashri)
Ketika mengomentari ucapan Hasan al-Bashri : "Tida seorang pun yang memperpanjang angan-angan, melainkan ia hanya memperburuk amal perbuatannya.", Imam Qurthubi berkata, "Benar apa yang dikatakan Hasan al-bashri, bahwa angan-angan semu membuat orang malas bekerja dan beramal, suka menunda-nunda tugas dan kewajiban, menjadikannya gelisah dan jumud dalam berpikir, lebih mengutamakan hal-hal yang bersifat kekinian dan mengikuti hawa nafsu."
"Waktu, pada hakikatnya adalah umur bagi manusia. Ia adalah modal kehidupan yang abadi di dalam surga kenikmatan, juga sebagai modal kehidupan yang sengsara di dalam azab yang pedih di neraka.Waktu itu secepat perjalanan awan. Maka barangsiapa yang waktunya semata untuk Allah dan senantiasa berada di jalan-Nya, maka waktu itu menjadi nafas dan umurnya. Adapun yang digunakan selain itu, maka hal itu diluar hitungan dalam hidupnya. Karena ia menjalani hidup ini bagaikan kehidupan binatang. Dan apabila ia menghabiskan waktunya dalam kelalaian dan angan-angan yang semu, maka kematian baginya lebih baik daripada hidupnya." (Ibnu Qayyim al-Jauziyah)
"Orang yang melewati satu hari dalam hidupnya tanpa ada suatu hak yang ia tunaikan atau suatu fardu yang ia lakukan atau kemuliaan yang ia wariskan atau pujian yang ia hasilkan atau kebaikan yang ia tanamkan atau ilmu yang ia dapatkan, maka sungguh ia telah durhaka kepada lainnya dan menganiaya diri." (Dr. Yusuf Qardhawi)
"Sesungguhnya aku benci melihat salah seorang di antara kamu berpangku tangan, tanpa amal, baik dunia maupun amal akhirat." (Umar Bin Khathtab ra.)
"Sesungguhnya aib terkecil yang menimpa seseorang ialah apabila ia hanya duduk saja di rumahnya." (Tholhah al-Qurasyi)

Sumber : internet/milis

Jilbab penutup neraka


"Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min:"Hendaklah mereka menjulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang." (QS. Al-Ahzab: 59).

Gaung tentang pembicaraan penggunaan jilbab rasanya sudah tidak merebak lagi. Kalau masih ada satu dua terjadi, semata-mata karena kebodohan dan kezaliman pihak-pihak yang menimbulkannya. Tidak seperti halnya pada tahun 1990-an, dimana-mana diributin dan menjadi kontroversi antara para pemegang kekuasaan dunia.

Apakah berarti saat ini sudah diterima sepenuhnya. Tentu saja tidak. Ada tiga kategori orang-orang yang belum menggunakannya, yaitu: pertama, karena ketidaktahuan hukum dan akibatnya, kedua, tahu hukum dan akibatnya tetapi tidak berdaya menahan godaan nafsunya, ketiga, orang yang mengingkari kewajibannya dan tidak takut terhadap ancaman Allah. Terhadap yang pertama dan kedua diatas yang masih layak membaca artikel ini.

Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Ada dua kelompok termasuk ahli neraka, aku belum pernah melihatnya: Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi, mereka memukul manusia dengan cambuknya, dan wanita yang kasiyat (berpakaian tapi telanjang baik karena tipis, atau pendek yang tidak menutup semua auratnya), Mailat mumilat (bergaya ketika berjalan, ingin diperhatikan orang) kepala mereka seperti punuk onta yang berpunuk dua. Mereka tidak masuk surga dan tidak mendapatkan baunya padahal bau surga itu akan didapati dari sekian dan sekian (perjalanan 500 th). (HR. Muslim, Ahmad dan Imam Malik).

Dari hadist diatas dan hadist-hadist yang lain dapat diambil kesimpulan bahwa terhadap penggunaan pakaian oleh wanita terdapat tiga aurat yang harus dijaga; pertama, menutup semua tubuh sesuai ketentuan agama, kedua, pakaian tidak transparan (tipis), dan ketiga, pakaian tidak ketat yang memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh dan badan.

Ada dua macam dosa yang ditimbulkan oleh orang yang tidak menggunakan jilbab. Pertama, dosa kepada Allah, dan kedua, dosa kepada orang lain yang berbuat dosa karena melihat auratnya. Dosa kepada Allah, mungkin lebih mudah kita selesaikan dengan jalan mohon ampun sepenuhnya kepada Allah, tetapi dosa kepada sesama manusia sangat sulit karena banyak yang tidak kita kenal, terutama kalau anda adalah seorang publik figur.

Hai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. (QS. 66:6)

Saudaraku, kalau di dunia ini kita sangat murka dan benci apabila anak perempuan, saudara perempuan, ibu, atau isteri kita dilecehkan orang lain. Lalu apakah anda tega membiarkan dan melihat mereka sebagai bahan bakar api neraka. Nauzubillah min dzalik.

Saudaraku, tinggalkanlah ego dan nafsu dunia yang hanya sejenak kita lewati. Yakinlah.

Hidup Bukanlah Suatu Lomba


Seorang ibu duduk disamping seorang pria dibangku dekat Taman-Main CJ di West Coast Park pada suatu minggu pagi yang indah cerah.

"Tuh.., itu putraku yang disitu," katanya, sambil menunjuk kearah seorang anak kecil dalam T-shirt merah yang sedang meluncur turun dipelorotan.
"Wah, bagus sekali bocah itu," kata bapak itu. "Yang sedang main ayunan di bandulan pakai T-shirt biru itulah anakku," sambungnya.
Lalu, sambil melihat arloji, ia memanggil putranya.
"Ayo Jack, gimana kalau kita sekarang pulang?"
Jack, setengah memelas, "Kalau lima menit lagi, boleh yahhh, sebentar lagi,ayah, boleh kan?"
"Cuma tambah lima menit kok, yaaa...?"

Pria itu mengangguk dan Jack meneruskan main ayunan memuaskan hatinya.
Menit menit berlalu, sang ayah berdiri, memanggil anaknya lagi.
"Ayo, ayo, sudah waktunya berangkat?" Lagi-lagi Jack memohon,
"Ayah, lima menit lagilah. Cuma lima menit tok, ya?"
Pria itu bersenyum dan bilang, "OK lah, iyalah..."
"Wah, bapak pasti seorang ayah yang sabar," ibu itu menanggapinya.

Pria itu tersenyum, lalu berkata, "Putraku yang lebih tua, John, tahun lalu terbunuh selagi bersepeda dekat-dekat sini. Oleh sopir mabuk. Aku tak pernah memberikan cukup waktu untuk bersama John, sekarang apapun ingin kuberikan demi dan asal saja saya bisa bersamanya biar- pun hanya untuk lima menit lagi. Aku bernazar tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi terhadap Jack. Ia pikir ia dapat lima menit ekstra tambahan untuk berayun. Padahal, sebenarnya, sayalah yang memperoleh tambahan lima menit memandangi dia bermain."

Hidup ini bukanlah suatu lomba. Hidup ialah masalah membuat prioritas.
Prioritas apa yang anda miliki saat ini? Berikanlah pada seseorang yang kau kasihi, lima menit saja dari waktumu, dan engkau pastilah tidak akan menyesal selamanya.

Sumber : internet/milis

Optimisme tahun baru


Aroma kehangatan tahun baru (Hijriyah dan Miladiyah) masih terasa. Suasana optimisme dan harapan besar masyarakat masih menjadi pembicaraan yang ramai dimana-mana.

Masing-masing pihak membuat rencana yang indah dan baik dengan keyakinan akan dapat mendatangkan hasil yang baik, demikian pula rencana antisipasi sudah disiapkan untuk menghindari segala sesuatu apabila terjadi kegagalan ditengah jalan. Secara cermat langkah-langkah yang akan diambil sudah ditentukan, yang secara akal sehat dan rasional dianggap sebagai suatu strategi yang dapat menjamin keberhasilan.

Kerja keras dan cerdas tentu saja mengiringi rencana yang telah disusun tersebut agar tujuan dapat dicapai dengan sukses. Dan terakhir sebagai seorang muslim yang baik, segala sesuatunya diiringi dengan doa kepada Yang Maha Kuasa untuk keberhasilan tsb.

Dengan segala usaha di atas adakah jaminan apa yang direncanakan tersebut akan berhasil? Kalau keberhasilan itu diukur dengan target-target kuantitatif, maka jawabannya; tentu saja tidak. Akan tetapi kalau ukurannya adalah sebagai suatu pengabdian kepada Allah, maka sesungguhnya tidak ada kegagalan dalam setiap usaha yang kita kerjakan.

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. [QS. 29:69]

Dengan berkarya dan bekerja keras, telah banyak pencapaian yang kita peroleh. Hasil-hasil spektakuler atau hasil yang biasa-biasa saja, semua telah memenuhi pundak kita. dan kemungkinan besar akan terus bertambah. Sesuai dengan hukum keseimbangan hal tersebut diatas akan menjadi masalah kalau tidak diimbangi dengan mengurangi atau menghilangkan sebagian beban yang ada agar terjadi keseimbangan lagi. Caranya. Sebagian sukses itu dibagi dengan orang lain, harta yang menumpuk dikeluarkan zakatnya, ilmu yang cemerlang diajarkan kepada orang lain tanpa meminta bayaran lagi. Dst...

Saudaraku, sebenarnya ada beban lain yang benar-benar tidak kita perlukan karena mereka adalah sampah, sayangnya sangat sering malah kita bawa kemana-mana, yaitu sifat dan kelakuan negatif, yang merusak kehidupan kita dan kehidupan orang lain. Ayo, mari kita buat daftarnya sesuai dengan yang kita miliki, masukkan kekeranjang sampah dan buang di TPA Bantar Gebang Bekasi, .. eh dilebur saja dengan permohonan maaf dan ampunan Allah.

Kalau boleh saya buatkan daftar bayangannya, adalah seperti ini: Prasangka buruk terhadap Allah, prasangka buruk terhadap sesama manusia, egoisme (serba aku), sombong, takabbur, dengki, iri, gibah, dendam, pesimis, pemalas, dst. Itulah hal-hak yg perlu dibuang.

sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. [QS. 91:9-10]

Saudaraku, kesuksesan semakin bermakna kalau diterbarkan, dan angkara murka berganti kedamaian kalau perilaku negatif dikubur dimasa lalu.Tahun baru, hati baru. Insya Allah.

Jadikanlah Dunia di Tangan Kami, Bukan di Hati Kami


"Dan tiadalah kehidupan dunia ini selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidaklah kamu memahaminya!" (Qs. 6:32)

"Demi Allah, bukan kemiskinan yang saya khawatirkan atas kamu, tetapi saya khawatir kalau terhampar luas bagimu dunia ini, sebagaimana telah terhampar pada orang-orang sebelummu. Lalu kamu berlomba-lomba, sehingga membinasakanmu sebagaimana membinasakan mereka." (HR. Bukhari-Muslim)

"Zuhudlah terhadap dunia, niscaya Allah akan mencintaimu dan zuhudlah terhadap apa yang dimiliki orang lain, niscaya manusia mencintaimu." (HR. Ibnu Majah)"Tidaklah dunia ini dibanding akhirat kecuali seperti sesuatu yang apabila salah seorang diantarta kamu memasukkan jarinya ke dalam sungai, maka lihatlah apa yang tersisa ketika mengeluarkannya?" (HR. Muslim)

"Zuhud itu adalah menjadikan dunia di tangan, bukan di hati." (Ali bin Abi Thalib)Doa Abu Bakar ra: "Jadikanlah kami kaum yang memegang dunia dengan tangan kami bukan hati kami."Dan do'a sahabat Umar bin Khattab: "Ya Allah, tempatkanlah dunia dalam genggaman tangan kami dan jangan kau tempatkan dia di lubuk hati kami."Suatu ketika Ibnu Abbas ra. ditanya: "Bagaimana dengan orang yang memiliki harta sebesar 12.000 dinar?" Beliau menjawab: "Ia masih tetap zuhud, selama tidak sibuk dengan dunia."Salman al-Farisi ra. pernah meminta nasihat kepada Abu Bakar ra. Maka Abu Bakar berkata: "Allah telah membukakan dunia untuk kalian, tapi janganlah kalian ambil kecuali secukupnya saja."

Pernah ditanyakan kepada Abu Hazim az-Zahid, "Apakah yang tuan miliki saat ini?" Beliau berkata: "Dua kekayaan, yang aku tidak takut miskin selama keduanya berada di sampingku, yakni yakin kepada Allah dan putus asa dari apa yang ada pada manusia." Lalu ditanya lagi" "Tidakkah tuan takut miskin?" Beliau menjawab: "Apakah aku takut miskin, padahal Tuhan pelindungku yang memiliki seluruh isi langit dan bumi serta segala sesuatu yang ada diantaranya?"Fudhail berkata: "Pokok zuhud adalah ridha Allah swt. Orang yang menerima apa adanya, dialah orang yang zuhud dan dialah yang patut dikatakan orang kaya."Ibrahim bin Adham berkata: "Zuhud diklarifikasikan menjadi tiga macam: zuhud fardhu, zuhud sebagai keutamaan dab zuhud sebagai keselamatan. Zuhud fardhu adalah zuhud terhadap perkara haram, zuhud sebagai keutamaan ialah zuhud terhadap perkara halal dan zuhud sebagai keselamatan ialah zuhud dalam perkara syubhat."Hasan al-Bashri berkata: "Aku bertemu dengan banyak kaum dan bergaul dengan banyak golongan. Mereka tidak tertarik dengan kemewahan dunia yang semu dan tidak pula sedih atau kecewa atas menjauhnya kenikmatan dunia darinya. Dunia dimatanya adalah tidak lebih derajatnya dari debu.
Ada diantara mereka yang bertahan hingga menjelang usia senja, tetapi tidak pernah memiliki sepotong baju utuh untuk melindungi tubuhnya, tidak juga perabot rumah tangga yang paling murah sekalipun. bahkan tempat tinggalnya beralaskan tanah beratapkan langit, bila malam menjelang. mereka berdiri di atas kakai-kaki telanjang. Air mata jatuh membasahi pipi-pipinya, dengan bermunajat kepada Tuhan agar membebaskan leher-lehernya dari jeratan api neraka. Jika mereka melakukan amal kebaikan, biasanya bersyukur dan tiada henti-hentinya memohon kepada Allah swt. agar menerima amalan itu. Andaikata mereka telah melakukan perbuatan yang salah, dengan penuh penyesalan mereka meratapi diri dari dosanya dan memohon ampunan-Nya. Demikianlah pemandangan yang sering terjadi di dalam kehidupan orang-orang yang shaleh dan mahabbatullah swt. Demi Allah, mereka tidak akan terbebas dan selamat dari perbuatan dosa melainkan dengan ampunan-Nya. Semoga rahmat dan ridha Allah meliputi mereka."
Sumber : internet/milis

Allah selalu bersama kita


Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke mana pun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui. [QS. 2:115]

Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia".[QS. 112:1-4]

Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku. [QS. 20:14]

Allah itu besar; lebih besar dari gunung-gunung, lebih besar dari lautan, lebih besar dari bumi, lebih besar dari langit, lebih besar dari seluruh bintang-bintang sejagad alam semesta raya ini, yang menurut penelitian Simon Driver dari Australian Nasional University Research School of Astronomy and Astrophysics mengatakan jumlah bintang jauh lebih banyak dari jumlah butir–butir pasir yang terdapat di seluruh pantai dan gurun di dunia. Allahu Akbar, Allah Maha Besar, lebih besar dari segala yang ada di langit dan bumi.

Allah itu meliputi segala sesuatu, meliputi Indonesia, meliputi Asia, meliputi seluruh dunia, meliputi bintang-bintang, meliputi langit dan dunia, meliputi seluruh jagad raya semesta.

Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan adalah Allah Maha Meliputi segala sesuatu. [QS. 4:126]

Allah itu dekat; lebih dekat dari pak RT, lebih dekat dari tetangga sebelah rumah, lebih dekat dari pintu kamar kita, bahkan lebih dekat dari pakaian yang sedang kita gunakan.

... Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. [QS. 2:186]
... dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, [QS. 50:16]
... Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat". [QS. 34:50]

Dan Allah selalu bersama kita, ketika shalat, ketika duduk, ketika sakit, ketika senang, ketika banyak masalah, ketika berpesta pora, bahkan ketika melakukan kejahatan

... Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. [QS. 57:4]

Saudaraku, apalagi yang kau risaukan, apalagi yang kau galaukan, sedangkan Sang Maha Pengasih, Sang Maha Pengampun, Sang Maha Pemberi Rezeki, selalu ada bersamamu.
Saudaraku, Allah itu tidak di barat, tak di timur, tidak diatas, tidak dibawah, Ia ada dimana-mana, karena itu tidak perlu jauh-jauh mencari ketenangan, mencari kebahagiaan, mencari inspirasi, atau sekedar melepas lelah untuk rekreasi, bukankah Ia bersamamu dimana saja?

Adakah pencinta agung, seagung CintaNya, cinta Allah kepada hambaNya? Lalu cinta kita?

Hati Ibarat Rumah


Ada tiga macam rumah, Pertama Rumah Raja, di dalamnya ada simpanannya, tabungannya serta perhiasannya. Kedua Rumah Hamba, di dalamnya ada simpanan, tabungan dan perhiasan yang tidak seperti yang dimiliki seorang raja. Dan ketiga adalah Rumah Kosong, tidak ada isinya.

Jika datang seorang pencuri, rumah mana yang akan dimasukinya?

Apabila anda menjawab, ia akan masuk rumah yang kosong, tentu suatu hal yang tidak masuk akal, karena rumah kosong tidak ada barang yang bisa dicurinya.

Karena itulah dikatakan kepada Ibnu Abbas Radhiallahu 'anhu, bahwa ada orang-orang Yahudi mengklaim bahwa di dalam shalat, mereka 'tidak pernah terganggu', Maka Ibnu Abbas berkata: "Apakah yang bisa dikerjakan oleh syetan dalam rumah yang sudah rusak?"

Bila jawaban anda adalah: "Pencuri itu akan masuk rumah raja." Hal tersebut bagaikan sesuatu yang hampir mustahil, karena tentunya rumah raja dijaga oleh penjaga dan tentara, sehingga pencuri tidak bisa mendekatinya.

Bagaimana mungkin pencuri tersebut mendekatinya sementara para penjaga dan tentara senantiasa siap siaga di sekitar raja?

Sekarang tinggal rumah ketiga, maka hendaklah orang-orang berakal memperhatikan permisalan ini sebaik-baiknya, dan menganalogikannya (rumah) dengan hati, karena inilah yang dimaksudkannya.

Hati yang kosong dari kebajikan, yaitu hati orang-orang kafir dan munafik, adalah rumah setan, yang telah menjadikannya sebagai benteng bagi dirinya dan sebagai tempat tinggalnya. Maka adakah rangsangan untuk mencuri dari rumah itu sementara yang ada didalamnya hanyalah peninggalan setan, simpanannya dan gangguannya? (rumah ketiga).

Hati yang telah dipenuhi dengan kekuasaan Allah Subhanahu wa ta'ala dan keagungan-Nya, penuh dengan kecintaanNya dan senantiasa dalam penjagaan-Nya dan selalu malu darinya, Syetan mana yang berani memasuki hati ini? Bila ada yang ingin mencuri sesuatu darinya, apa yang akan dicurinya? (rumah pertama).

Hati yang di dalamnya ada tauhid Allah, mengerti tentang Allah, mencintaiNya, dan beriman kepadaNya, serta membenarkan janjiNya, Namun di dalamnya ada pula syahwat, sifat-sifat buruk, hawa nafsu dan tabiat tidak baik. Hati ini ada diantara dua hal. Kadang hatinya cenderung kepada keimanan, ma'rifah dan kecintaan kepada Allah semata, dan kadang condong kepada panggilan syetan, hawa nafsu dan tabiat tercela.(rumah kedua )

Hati semacam inilah yang dicari oleh syetan dan diinginkannya. Dan Allah memberikan pertolongan-Nya kepada yang dikehendakiNya. "Dan kemenanganmu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi maha bijaksana." (Ali Imran:126)

Syetan tidak bisa mengganggunya kecuali dengan senjata yang dimilikinya, yang dengannya ia masuk dalam hati. Di dalam hati seperti ini syetan mendapati
senjata-senjatanya yang berupa syahwat, syubhat, khayalan-khayalan dan angan-angan dusta yang berada di dalam hati.
Saat memasukinya, syetan mendapati senjata-senjata tersebut dan mengambilnya serta menjadikannya menetap di hati. Apabila seorang hamba mempunyai benteng keimanan yang mengimbangi serangan tersebut, dan kekuatannya melebihi kekuatan penyerangnya, maka ia akan mampu mengalahkan syetan. Tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah semata.

Sumber : internet/milis