************************************************************************************************************************
Saudaraku, kalau artikel dalam blog ini bermanfaat informasikanlah kepada muslim yang lain
(Setiap kata yang mencerahkan orang lain, Insya Allah, anda akan mendapat ganjaran pahala)
============================================================================

Minggu, 30 Agustus 2009

Meraih sebanyak-banyaknya


Egois, individualis, atau nafsi-nafsi adalah sifat-sifat yang hampir sama dan dan pada umumnya orang tidak menyukainya. Sifat-sifat ini mempunyai kesamaan, yaitu lebih menonjolkan kepentingan diri sendiri meskipun hal itu dapat merugikan orang lain.

Dalam agama Islam memelihara kepentingan diri sendiri sangat dianjurkan dan bahkan diperintahkan, sehingga statusnya menjadi kewajiban bagi setiap kaum muslimin untuk memperhatikan dirinya sendiri. Sebagaimana Firman Allah Swt.

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka … [QS. 66:6]

Pada ayat tersebut diatas pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah dirimu, baru keluargamu, kemudian baru orang lain. Apakah dengan memperhatikan diri sendiri atau keluarga akan merugikan orang lain. Apabila kacamata materi yang digunakan boleh jadi orang lain terhambat memperoleh sesuatu, atau boleh jadi orang lain sebaliknya akan mendapatkan materi yang lebih banyak. Mementingkan diri dalam ayat diatas harus dimaknai dengan, mengejar keutamaan dari segi pengamalan agama.

Menghindari perbuatan tercela, misalnya korupsi, adalah suatu keutamaan, meskipun tidak memberikan kepuasan materi. Memberikan kemanfaatan kepada sebanyak mungkin orang adalah keutamaan, meskipun harus mengeluarkan materi.

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk manusia lain.” (Al Hadits)

Dengan merujuk kepada hadits tersebut diatas, bilamana seseorang memperhatikan dirinya (mengutamakan dirinya) maka dampaknya kepada orang lain luar biasa, bukannya merugikan tetapi sebaliknya menguntungkan. Demikianlah, karena aturan-aturan keagamaan telah didesain Allah sedemikian rupa untuk membawa kebahagiaan kepada semua pihak atau yang kita kenal dengan rahmatan lilalamin.

Hal-hal tersebut diatas tentu saja tidak akan dicapai kalau ukuran yang digunakan adalah kesenangan atau kenikmatan sesaat yang bersifat materi seperti popularitas, pujian-pujian, makanan yang enak-enak, plesiran dsb. Dan kita semua maklum bahwa kesenangan sesaat pada akhirnya hanya akan membawa kehancuran. Contoh gamblangnya adalah Narkoba.

Saudaraku, pada bulan ramadhan yang mulia ini, saatnya untuk memacu diri meraih sebanyak-banyaknya hadiah yang disediakan Allah. Rasulullah dan beberapa sahabat yang dipastikan masuk surga, masih bersusah-susah mengumpulkan segala tenaga dalam rangka memperbanyak amal ibadah, bagaaimana dengan kita yang masih tanda tanya besar bisa berleha-leha saja membiarkan ramadhan berlalu. Perhatikanlah dirimu. Tafakkur dirilah. Keselamatan bermula pada usaha kita, siapkanlah diri kita untuk menerima hidayah dari Allah. Kondisikanlah nuansa keagamaan kita untuk dapat menerima syafaat dari Rasulullah.

Saudaraku, jangan berhenti berbuat kebajikan, sekecil apapun lakukanlah, lakukanlah meskipun menurut pikiranmu tidak memberi keuntungan apapun, simaklah ayat berikut: “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri,” [QS. 17:7]



Tidak ada komentar: