************************************************************************************************************************
Saudaraku, kalau artikel dalam blog ini bermanfaat informasikanlah kepada muslim yang lain
(Setiap kata yang mencerahkan orang lain, Insya Allah, anda akan mendapat ganjaran pahala)
============================================================================

Kamis, 24 September 2009

Anti Klimaks


Hadits ‘Aisyah ra. “Dan agama yang paling beliau (Rasulullah) cintai adalah apa yang dilanggengkan oleh pemiliknya” (HR.Bukhari – Muslim)

Ketika anda berada di puncak maka bersiap-siaplah turun, ketika anda dipilih sebagai pucuk pimpinan maka bersiap-siaplah lengser, ketika sore menjelang maka bersiaplah menyambut malam. Itulah sunnatullah yang tidak pernah berubah. Beruntunglah karena gunung lain masih ada, beruntunglah karena jabatan lain masih banyak, beruntunglah karena hari lain kemungkinan masih ada. Demikianlah kemenangan ramadhan yang telah kita peroleh secara perlahan cahanya surut meredup. Apakah cahaya itu akan bersinar terus dengan terang benderang sampai ramadhan berikutnya, atau harus mulai mengasah pelan-pelan sejak saat ini juga. Kekuatan iman kita yang akan menjawabnya.

Puncak ketaatan bila diamati secara umum terletak pada akhir ramadhan. Cobalah tegok mesjid-mesjid setelah idul fitri, pengunjungnya sangat menurun dibandingkan dengan sebelumnya. Memang ada ketaatan lain yang meningkat yaitu silaturahmi, tetapi secara umum banyak penurunan aktivitas peribadatan misalnya; shalat berjamaah, shalat sunnah, tilawah Al Quran, sedekah dsb.

Tentu saja hal ini tidak sesuai dengan spirit kemenangan dari bulan ramadhan, yang menginginkan kontinuitas kebiasaan-kebiasaan yang telah dilatih sebulan penuh. Barangkali disnilah urgensi dan fungsi dari puasa syawal 6 hari untuk membangkitkan semangat kembali beribadah dengan menjanjikan keutamaan yang besar, sebagai sabda Rasuluallah :

Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan kemudian mengiringinya dengan puasa enam hari di bulan Syawwal, maka ia (pahalanya) seperti puasa setahun penuh. (HR.Ahmad,Muslim,Abu Daud,At-Turmudzi).

Bagi orang yang berpuasa untuk mengejar pahala sebanyak-banyaknya (dan itu adalah hal yang terpuji karena perintah Allah juga), seolah hadist ini mengatakan ayo perbanyaklah pahala bukan hanya pada bulan Ramadhan karena pada bulan lain pahalanya juga tinggi. Ada semangat yang harus terus dipompa bukan hanya di bulan Ramadhan tetapi juga pada bulan lain, sehingga spirit dari hadits pertama diatas dapat dijaga.

Secara psikologis hadits ini mengantisipasi kecenderungan orang-orang yang semangatnya menurun setelah Ramadhan. Meskipun yang disebutkan di sini adalah puasa, tetapi harus dianalogikan juga untuk ibadah-ibadah yang lain.

Saudaraku, meskipun kita menyadari bahwa ada penurunan semangat dalam beribadah setelah Ramadhan sangat sulit dihindari, tetapi semangat itu harus segera dibangkitkan lagi. Marilah kita mohon agar usaha yang kita lakukan untuk tetap bergairah dalam menjalankan peribadatan merupakan jihad kita dalam meraih cinta dan ridha Allah. Orientasi kita dalam beribadah melalui cara ini mudah-mudahan mendapat penilaian Allah jauh lebih baik daripada sekedar sekian ribu kali ganjaran pahala.

Saudaraku, kalau hal ini dapat kita pertahankan terus, mudah-mudahan kita termasuk sebagaimana yang difirmankan Allah “Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal kematian)” (QS. 15:99)

Tidak ada komentar: