************************************************************************************************************************
Saudaraku, kalau artikel dalam blog ini bermanfaat informasikanlah kepada muslim yang lain
(Setiap kata yang mencerahkan orang lain, Insya Allah, anda akan mendapat ganjaran pahala)
============================================================================

Selasa, 17 Februari 2009

Seseorang dari Masa Lalu


Suatu kali saya diminta oleh beberapa pengurus remaja masjid untuk memberikan materi dalam salah satu acara kajian di masjid mereka. Ketika mereka menyebutkan lokasi acaranya, saya teringat seseorang dari masa lalu yang ingin sekali saya melupakannya. Jelas saya hapal sekali lokasi masjid yang disebutkan itu, karena belasan tahun silam saya sering berkunjung ke sana, bukan ke masjidnya, melainkan ke rumah seorang teman untuk main dan bermalam.

Ketika pengurus masjid itu menyebutkan lokasi acara, saya sempat ragu untuk menyatakan kesediaan saya memberikan materi dalam kajian bertema kerohanian tersebut. Saya hanya khawatir jika nanti di jalan menuju lokasi berpapasan dengannya. Padahal sudah lama saya memendam namanya, membuang jauh-jauh semua episode kehidupan yang pernah saya jalani bersamanya, menghapus segala kenangan yang pernah dilewati bersama, karena semua itu kerap membuat saya menangis menyesali masa lalu, masa lalu yang pernah hampir membunuh masa depan saya.

Bersamanya, saya telah pernah menjalani fase hitam dalam kehidupan ini. Dengannya, juga teman-teman lainnya kami pernah menggelar sebuah pesta bersama yang hampir semua minuman yang tersedia adalah minuman keras beralkohol, sebagian asap yang mengepul di ruangan itu juga bukan asap sembarangan yang biasa dijual di toko. Hari-hari berikutnya selama beberapa tahun juga saya jalani bersamanya dengan aksi kriminal kecil yang hasilnya pun kami gunakan untuk membeli minuman keras dan beberapa obat terlarang. Inilah fase hitam yang saya maksud, fase di masa lalu yang benar-benar ingin saya lupakan.

Ternyata saya tak pernah bisa menghapus semua kenangan itu, karenanya ketika hari disaat saya akan memberikan materi kajian di masjid yang lokasinya sangat saya hapal itu, saya berharap cemas agar tak bertemu dengannya di perjalanan. Saya bahkan khawatir ia melihat saya memasuki masjid, karena ia tahu persis, belasan tahun silam, suara panggilan sholat dari masjid itu adalah suara yang paling tidak kami gubris.

Bersyukur saya, sampai di dalam masjid saya tak bertemu dengannya, saya tak tahu harus menjawab apa kalau saja ia tahu saya berada di masjid itu untuk memberikan materi kajian kerohanian. Pasti, lidah saya kelu saat bertatapan dengannya, kelu dan tercekat disebabkan kekhawatiran ia kan bersaksi bahwa orang yang akan memberikan materi kajian adalah orang yang pernah bersamanya dalam fase kegelapan, di sini, tak jauh dari masjid ini.

Kurang dari setengah jam, masjid penuh dengan jama'ah yang kesemuanya orang-orang muda dan remaja. Seorang panitia membuka acara dan tak lama kemudian mempersilahkan saya untuk memulai kajian. "Assalaamu'alaikum..." baru saja kalimat itu terucap, bibir saya pun bergetar, saya menelan ludah yang tiba-tiba kering begitu mata saya menangkap sesosok wajah putih bersih di depan saya. Ia tersenyum manis, matanya bening dan rambutnya tersisir rapih serta berbaju gamis putih.

Saya nyaris tak sanggup melanjutkan kata-kata untuk memulai kajian itu. Lidah ini kelu mendapatkan tatapan penuh persahabatan dari si empunya wajah berseri itu. Dia, seseorang dari masa lalu yang selama ini sangat ingin saya melupakannya. Saya memang tak bertemu dengannya di perjalanan, ia juga tak melihat saya ketika masuk ke masjid. Tapi, justru saya melihatnya duduk dengan anggun di jajaran terdepan jamaah yang akan mengikuti kajian itu.

Tersenyumlah ia seraya mengangkat ibu jarinya ke arah saya. Beruntunglah saya bukan saya yang dulu lagi, karena seseorang dari masa lalu saya itu juga bukan dia yang dulu lagi. Allah Maha membolak-balikkan hati manusia.

Bayu Gawtama
http://gawtama.blogspot.com
http://gawtama.multiply.com

Tidak ada komentar: