************************************************************************************************************************
Saudaraku, kalau artikel dalam blog ini bermanfaat informasikanlah kepada muslim yang lain
(Setiap kata yang mencerahkan orang lain, Insya Allah, anda akan mendapat ganjaran pahala)
============================================================================

Kamis, 31 Desember 2009

Persaingan atau persaudaraan


Maka berlomba-lombalah kamu (dalam membuat) kebaikan. (QS. 2 :148)

Apabila kita mendengar kata persaingan, maka akan terlintas dalam pikiran kita adanya suatu pertarungan untuk saling mengalahkan. Yang menang dialah yang hebat, sedangkan yang kalah adalah si pecundang, berarti diantara mereka tidak ada sifat persaudaraan.

Walaupun dalam agama tidak ada etika seperti ini, tetapi inilah yang mewarnai kehidupan kita sehari-hari. Untuk menjadi orang pimpinan tertinggi di suatu tempat/instansi, harus direbut dengan seribu macam cara, termasuk jalan-jalan yang tidak terhormat. Ketika kedudukan telah direbut, maka hilanglah persaudaraan dan pada akhirnya akan hilanglah pula kedamaian. An-Nawawi dalam syarah Muslim berkata : 'Para ulama berkata, 'Persaingan kepada sesuatu adalah berlomba kepadanya dan tidak suka orang lain mengambilnya, ia adalah permulaan tingkatan sifat dengki. Adapun hasad (dengki) yaitu inginnya hilang nikmat dari orang lain.’

Rasulullah bersabda: "Kamu saling bersaing, kemudian saling mendengki, kemudian saling membelakangi, kemudian saling membenci…" (HR. Muslim)

Kenapa harus saling mengalahkan, karena kita percaya bahwa hanya dengan cara itulah rezeki yang akan kita peroleh akan terjamin langgeng. Inilah logika terbalik yang ditanamkan setan kedalam pikiran kita, sehingga dibidang manapun kita berada selalu muncul nafsu untuk mengalahkan orang lain, teman, atau bahkan saudara sekalipun. Kadang-kadang kita mendengar kata-kata; “mari kita saling bersaing secara sportif atau professional”. Tetapi titik pandang akhirnya adalah kalahkan pesaingmu, bukan dari sudut maksimalkan prestasimu.

Dengan kaca mata iman yang jernih, bukan persaingan yang dikedepankan tetapi fastabikul khairat, berlomba-lamba untuk melakukan kebaikan, dengan demikian bukan persaingan yang dipikirkan tetapi persaudaraan yang diutamakan, sama-sama memacu prestasi, sehingga dua-duanya menang dan sama-sama mendapat manfaat yang maksimal.

Yang terpenting didalam fastabikul khairat adalah proses, bukan hasilnya. Hasilnya mutlak keputusan Allah, dan Allah lebih mengetahui yang terbaik bagi kita. Hasil yang sedikit jauh lebih baik apabila prosesnya dilakukan dengan benar daripada hasil besar tetapi prosesnya tidak benar.

Peruntungan kita semua telah tercatat dalam kitab Lauhul Mahfudz, tetapi kerja keras yang kita lakukan dalam mencapai tujuan (peruntungan) adalah pilihan kita. Disinilah amal shaleh dilakukan, mau banyak atau sedikit terserah kita. Dengan demikian dimanapun posisi kita pada akhir dari suatu perlombaan bukan yang terpenting, dan kita tidak perlu iri dan dengki terhadap posisi saudara-saudara kita yang lain.

Saudaraku, persaingan hanya sekedar pisau untuk mempertajam kreatifitas dan kerja kita untuk memacu agar semua potensi yang kita miliki digunakan untuk mencari ridha Allah. Inilah intinya; tidak ada ‘persaingan’ dalam islam yang ada hanyalah persaudaraan.

Dan berjihadlah (berkerja keras dengan menggunakan semua anugera Allah yang kita miliki) kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. [QS. 22.78]


Tidak ada komentar: