************************************************************************************************************************
Saudaraku, kalau artikel dalam blog ini bermanfaat informasikanlah kepada muslim yang lain
(Setiap kata yang mencerahkan orang lain, Insya Allah, anda akan mendapat ganjaran pahala)
============================================================================

Senin, 31 Mei 2010

Belasungkawa



Mereka tidak disusahkan/disedihkan oleh kedahsyatan yang besar (pada hari kiamat), dan mereka disambut oleh para malaikat. (Malaikat berkata): "Inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu". [QS. 21:103]

Belasungkawa dalam kamus Indonesia berarti pernyataan turut berduka cita karena meninggalnya seorang kenalan/kerabat. Pertanyaannya, apakah memang pernyataan yang disampaikan adalah mewakili rasa duka kita. Seharusnya pernyataan yang disampaikan adalah karena rasa senang yang ada pada diri kita untuk menghibur kerabat yang kehilangan saudaranya. Adalagi yang menyampaikan pernyataan dukacita yang sebenarnya adalah untuk menyenangkan dirinya sendiri, dengan memamerkan kirimannya.

Orang-orang yang telah sampai ajalnya, sejatinya adalah disanalah puncak pencapaian mereka di dunia, karena setelah itu ”kariernya” telah berakhir. Nah disaat seseorang sampai kepada puncak pencapaian kariernya, tentunya kita harus bergembira menyambut pencapaiannya tersebut, dengan iringan doa semoga di posisinya yang baru memperoleh keselamatan dan kebahagiaan.

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu". [QS. 41:30]

Pernyataan belasungkawa seharusnya dikirimkan kepada orang-orang sibuk mengejar dunia dan membiarkan akhiratnya terbengkalai. Coba bayangkan, dunia yang sebentar, kecil dan tidak berarti ingin diraih seluruhnya, sementara akhirat yang kekal, menakjubkan tetapi masih gelap gulita tidak dipersiapkan cahaya dan suluh penerang untuk mengharunginya.

Mereka inilah yang karier akhiratnya masih penuh tanda tanya, sementara karier dunia masih punya kesempatan untuk diperbaiki sebelum mencapai puncaknya:kematian. Kematian selalu menyadarkan orang untuk berusaha berbuat dan menjadi lebih baik. Sayang kesadarannya ini sulit dipelihara, ada yang bertahan lama tetapi ada yang kehadirannya hanya selintas. Yang terakhir ini perlu kematian beruntun dan berada disekitarnya, yang bisa selalu menghidupkan kesadarannya.

Saudaraku, Allah Swt. Mempunyai banyak cara untuk menyadarkan agar kita selalu mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat, itulah kasih sayang Allah. Apakah kita ingin kesadaran tersebut terjaga melalui musibah yang berkelanjutan. Barangkali itulah cara terbaik yang harus dilalui, apabila anjuran-anjuran atau nasihat dari para ustad dan ulama tidak kita hiraukan. Oleh karenanya cukuplah kematian yang mungkin tiap hari kita lihat, dengar, atau ketahui menjadi jalan kesadaran kita untuk selalu menjaga keber-agama-an kita sebaik mungkin.

Apakah kematian juga tidak lagi berarti apa-apa bagi rasa kita, boleh jadi karena sudah sangat terbiasa. Tetapi kalau masih tersisa iman kita kepada Rasulullah maka simaklah :

“Seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (Muttafaq ‘alaih)


Tidak ada komentar: