************************************************************************************************************************
Saudaraku, kalau artikel dalam blog ini bermanfaat informasikanlah kepada muslim yang lain
(Setiap kata yang mencerahkan orang lain, Insya Allah, anda akan mendapat ganjaran pahala)
============================================================================

Sabtu, 09 Mei 2009

Philosophy kesuksesan


Setiap orang mempunyai target yang hendak dicapai dalam suatu periode tertentu. Ada target harian, bulanan, tahunan atau periode yang lebih panjang lagi. Ada target yang jelas yang ditetapkan dalam susunan angka-angka, dan ada juga yang lebih abstrak. Kalau target yang ditetapkan tercapai atau terlampaui, dianggap berhasil atau sukses, sebaliknya kalau target tidak tercapai atau lebih kecil dari yang direncanakan, disebut gagal.

Apakah hal yang seperti itu yang dikatakan sukses. Banyak sekali atau umumnya orang berpandangan seperti ini. Kalau ini yang dijadikan standar, maka banyak sekali orang yang tidak merasakan kesuksesan dalam hidupnya. Ini tidak adil dan menyesatkan. Apakah Allah menciptakan manusia dengan dasar ketidakadilan. Mustahil. Yang salah adalah standar atau ukuran yang digunakan dalam mengukur kesuksesan.

Sesungguhnya beruntunglah (sukseslah) orang-orang yang beriman, [QS. 23:1]

Orang dianggap sukses apabila ia kaya, pejabat, terkenal, cantik/ganteng, padahal orang-orang inilah yang potensial paling menderita dalam hidupnya, kalau tidak dibarengi dengan karakter yang lain, seperti sifat tawakkal, sabar, syukur dsb. Sedangkan sifat-sifat terakhir ini siapapun dapat memilikinya.

Kesuksesan itu tidaklah diukur berdasarkan pandangan orang lain, tetapi kesuksesan itu adalah sesuatu yang memotivasi seseorang sehingga selalu merasa berbahagia. Disinilah kedekatan atau kehadiran rasa syukur melahirkan kesuksesan. Angka pencapaian menjadi relatif. Hasil yang sedikit apabila disyukuri akan melahirkan kepuasaan. Dan dengan rasa syukur ini akan membangkitkan energi baru untuk meningkatkan pencapaian berikutnya.

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.” [QS.14:7]

Apabila angka-angka pencapaian yang spektakuler atau kelebihan-kelebihan lain yang dijadikan ukuran kesuksesan, hanya akan mengantarkan orang yang mengalaminya menjadi ujub, bangga, dan merasa berhasil karena kemampuannya, yang akhirnya akan menjerumuskan dirinya kepada kesombongan dan secara tidak sadar mempertuhankan dirinya sendiri. Maka akibatnya sebagaimana lanjutan ayat tsb. diatas,

… dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". [QS. 14:7]

Sukses adalah hak bagi setiap orang beriman untuk menikmatinya. Seperti tersurat pada ayat pertama diatas. Sementara kelapangan dan kesempitan, postur tubuh dan raut muka, sakit dan sehat, semuanya adalah ketetapan Allah. Kenapa kita gagal, karena kita menggunakan standar sukses berdasarkan ukuran hawa nafsu kita, diantaranya dengan meletakkan sukses pada akhir dari suatu proses. Kalau proses akhir tidak sesuai dengan target kita katakan gagal.

Bagi orang yang beriman segala pekerjaan apabila dimulai dengan niat yang benar dan dikerjakan sesuai tuntunan Rasulullah, dari awal sampai akhir adalah rentetan kesuksesan!

Tidak ada komentar: