************************************************************************************************************************
Saudaraku, kalau artikel dalam blog ini bermanfaat informasikanlah kepada muslim yang lain
(Setiap kata yang mencerahkan orang lain, Insya Allah, anda akan mendapat ganjaran pahala)
============================================================================

Sabtu, 21 Maret 2009

Puncak-puncak pendakian


Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. [QS. 29:69]

Imam Ahmad Sholihin memecahkan rekor dengan melakukan perjalanan “Jalan mundur Engrang” dari Ciamis menuju Jakarta.“Saya melakukan jalan mundur Engrang ini karena kecintaan saya pada budaya Indonesia. Saya tidak mau budaya Indonesia ini diklaim lagi oleh negara asing. Karena itulah, saya membulatkan tekad jalan mundur Engrang dari Ciamis menuju Jakarta,”

Muhamad Ridwan (30) mengelilingi Indonesia dengan menggunakan sepeda kumbang, yang memulai petualangannya dari Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) tiga tahun silam, kini telah tiba kembali di Kendari untuk menemui Walikota Kendari, Rabu. 09 Januari 2008.

Erik Weihenmayer, manusia buta pertama yang mencapai ketinggian 29.035 kaki puncak Gunung Everest dan mendaki tujuh puncak di dunia, melakukan tantangan berbeda. Dia memandu enam remaja Tibet yang buta untuk mencapai 23.000 kaki puncak Lhakpa Ri, bagian puncak lain di Everest. CNN, Kamis (3/4/2008)

Tiga contoh diatas menunjukkan kepada kita bahwa betapapun beratnya jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu cita-cita atau keinginan, asal diusahakan dengan sungguh-sungguh suatu waktu akan tercapai juga. Kita semua telah merasakan pencapaian puncak-puncak pendakian dengan variasi yang berbeda-beda. Apakah itu di bidang usaha, karier, rumah tangga, hobby, olah raga atau apapun, dan semuanya kita capai dengan kerja keras dan sungguh-sungguh. Dan disitulah kenikmatannya yang lebih lama.

Tentu saja hal-hal tersebut diatas sah-sah saja asalkan dilakukan dengan benar dan bertanggung jawab, bukankah Rasulullah Saw, telah bersabda:
Bersungguh-sungguhlah kamu mendapatkan apa yang mendatangkan manfaat bagi kamu, dan mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu menjadi orang yang lemah”. (HR. Muslim)

Saudaraku, ada pertanyaan yang mengganjal. Apakah semangat-semangat seperti diatas kita aplikasikan juga pada bidang perbaikan keber-agama-an kita. Berapa banyak waktu yang kita sisihkan atau berapa buku yang kita gunakan untuk referensi perbaikan cara shalat kita. Berapa banyak waktu yang kita gunakan untuk membaca dan mengkaji AlQuran, coba bandingkan atas kajian ekonomi atau strategi sepakbola dari koran-koran dan majalah. Berapa biaya yang kita keluarkan untuk menuntut ilmu keagamaan. Dst…

Sungguh tidak adil, kenikmatan-kenikmatan dunia yang kemungkinan kita nikmati hanya dalam periode yang sangat singkat, kita kejar mati-matian. Sementara kenikmatan yang sempurna dan langgeng yang dijanjikan Allah, kita abaikan.

Firman Allah Swt : Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu. [QS. 22:47]. Saudaraku, renungkanlah ayat ini.

Tidak ada komentar: