************************************************************************************************************************
Saudaraku, kalau artikel dalam blog ini bermanfaat informasikanlah kepada muslim yang lain
(Setiap kata yang mencerahkan orang lain, Insya Allah, anda akan mendapat ganjaran pahala)
============================================================================

Rabu, 04 Maret 2009

RAJA MAHMUD DAN BUNCIS


Aththar An-Nisaburi

Suatu hari, Raja Mahmud yang perkasa dari Ghazna pergi berburu. Di tengah jalan ia terpisah dari rombongannya. Kemudian ia mendatangi asap yang berasal dari sebuah api kecil. Di sana ia menemukan seorang perempuan tua dengan belanganya.

Raja Mahmud berkata, "Hari ini engkau kedatangan tamu seorang raja. Apa yang kau masak di atas apimu?"

Perempuan tua itu menjawab, "Ini rebusan buncis."

Raja Mahmud bertanya, "Wahai perempuan tua, maukah kau memberiku sedikit?"

"Tidak," jawab perempuan itu. "Karena ini hanya untukku. Kerajaanmu tidak berharga sebagaimana buncis-buncisku ini. Engkau boleh saja menginginkan buncisku, tapi aku tidak menginginkan kerajaanmu, dan apa pun yang engkau miliki. Buncis-buncisku bernilai seratus kali lipat daripada semua milikmu.
Lihat musuh-musuhmu, mereka berusaha merebut kekuasaanmu. Aku bebas, dan memiliki kacang buncisku."

Mahmud yang perkasa memandang pemilik kacang buncis itu, sambil memikirkan
kekuasaannya yang dipersengketakan. Ia lalu menangis.

Pojok Renungan Editor: Apa yang kita miliki? Apakah kita terbebas? (250501)

(Idries Shah, The Way Of Sufi)

Tidak ada komentar: