************************************************************************************************************************
Saudaraku, kalau artikel dalam blog ini bermanfaat informasikanlah kepada muslim yang lain
(Setiap kata yang mencerahkan orang lain, Insya Allah, anda akan mendapat ganjaran pahala)
============================================================================

Minggu, 24 April 2011

Buntu Batu 1


Pemandangan ini sungguh indah, tetapi kenangan dibalik itu rasanya jauh lebih indah lagi, banyak suka duka yang tersimpan dibalik pohon-pohon, gunung-gunung, kampung dan lembah yang membentuk sejarah pada masing-masing individu yang mengalaminya. Selain menggambarkan perspektif kedepan melampau jagat alam raya ini. Diwakili oleh kuburan.

secara keseluruhan boleh dikata sebagian besar area pemandangan ini telah saya lewati dengan berbagai variasi kegiatan dan hajatan. Yang paling dekat tentunya adalah kuburan yang selalu diiringi dengan suasana dukacita. Orang tua, teman, tetangga, telah banyak beristirahat disini - Ya Allah ampunilah mereka semuanya dan terimalah disisiMu dengan penerimaan yang terbaik - namun demikian sebaiknya tempat ini selalu diingat, bukankah orang yang paling verdas adalah yang selalu mengingat mati.

Kita beralih ke arah yang paling jauh, yaitu depan puncak paling belakang agak di kanan, adalah tempat pengungsian (persembunyian) kami yang terjauh dari Pasui. Kenapa mengungsi apakah ada gunung meletus, oh tidak inilah sejarah yang tersimpan di tempat ini, setiap ada operasi TNI ke Pasui, penduduknya mengungsi ke hutan-hutan dan gunung-gunung karena ketika itu Pasui dan sekitarnya menjadi salah satu tempat berdomisilinya pasukan DI/TII. Di tempat ini kadang berhari-hari atau berminggu sambil menunggu kesatuan TNI menarik diri kembali ke kota. Tentu saja dipengunggsian banyak dukanya. Tempat menginap kadang rumah seadanya, konsumsi juga kadang sangat kurang, belum lagi banyak nyamuk dan lintah.

Turun kebawah bagian kiri gambar adalah kampung Belalang. Kalau TNI-nya tidak terlalu jauh beroprasi, atau takut masih lebih dalam, pengungsian cukup sampai Belalang dan biasanya kalau seperti ini lama pengungsian juga tidak terlalu lama. Ketika itu setiap pengungsian tugas saya adalah membawa/menarik kambing, cukup berat untuk anak dengan umur 6-7 tahun, apalagi medan yang dihadapi mendaki dan suasana mendesak, tergesa-gesa. Cerita tentang kambing ini ini juga banyak nostalgianya. Setiap beranak selalu kembar dua dan selalu warna hitam, yang kembar juga setelah melahirkan kembar lagi dengan jumlah dan warna yang sama. Walaupun selalu kembar tetapi tidak pernah populasinya banyak, kalau tidak saling paling banyak 4 ekor.

Pulang dari mengungsi, seluruh penduduk kampuung punya tugas berat, terutama membuat rumah baru lagi, karena kadang-kadang TNI apabila operasi ke sini juga membakar rumah-rumah penduduk. Tapi yang lebih dulu sebenarnya dilakukan adalah mengambil barang-barang yang disembunyikan disekitar kampung pasui pada gua-gua batu yang tidak mungkin dibawah ketika mengungsi.

Banyak catatan yang dapat dibuat mengenai pengungsian ini tapi itulah catata besarnya, sedangkan cerita lain yang tertimbun dibalik foto ini masih banyak, nanti diceritakan pada kesempatan lain.

Setiap kejadian terkandung hikmah bagi yang mau mengambilnya

Tidak ada komentar: