************************************************************************************************************************
Saudaraku, kalau artikel dalam blog ini bermanfaat informasikanlah kepada muslim yang lain
(Setiap kata yang mencerahkan orang lain, Insya Allah, anda akan mendapat ganjaran pahala)
============================================================================

Senin, 25 April 2011

Jalan mendekat kepada Allah

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, [QS. 2:155]

Seorang perempuan India, Kavita Poonam namanya, disiksa suaminya sampai harus dirawat di rumah sakit dan kehilangan dua anak yang masih kecil, penyebabnya hanya karena ia ingin dekat dengan Allah dengan cara yang benar.

Aminah Assilmi, perempuan Amerika, ibunya tak mengakui lagi ia sebagai anaknya, kemudian ayahnya mengancam menembaknya, lalu diceraikan suaminya, dan juga kehilangan kedua anaknya, hanya karena menemukan kebenaran dan ingin mendekat kepada Allah.

Tan Hok Liang, yang lebih dikenal dengan Anton Medan, penjahat kaliber kakap, berkali-kali masuk keluar penjara, membunuh, diusir orang tua dan pamannya, menjadi kaya raya dari judi dan akhirnya bangkrut. Itulah perjalanan yang dilalui untuk mendekat kepada Allah.

K.H. Arifin Ilham, yang dikenal dengan jamaah dzikirnya, ketika kecil termasuk anak yang badung, nakal dan pernah koma beberapa hari karena digigit ular berbisa, menandai perjalanan hidupnya sebagai salah satu faktor yang lebih mendekatkannya kepada Allah.

Tentu banyak lagi pengalaman yang dialami oleh banyak tokoh dan orang-orang yang telah merasakan nikmatnya dekat dengan Allah Swt. Bahkan kita semua dapat melihat orang-orang di sekitar kita yang telah melalui banyak liku-liku kehidupan yang berat sebelum sampai kepada kondisinya saat ini yang merasa nyaman dekat dengan Allah.

Berkenan dengan proses yang dilalui kebanyakan orang untuk mencapai derajat dekat dengan Allah tsb, yang biasanya selalu banyak mengalami kesulitan, penderitaan dan tantangan berat lainnya, tidaklah mengherankan, karena memang itulah salah satu ujian yang harus dilalui. Bahkan para nabi dan rasulpun juga mengalami dengan intensitas yang jauh lebih berat lagi. Bukankah Nabi Yunus harus ditelan ikan, Nabi Ibrahim harus dibakar hidup-hidup, nabi Ayub sakit keras, Nabi Yusuf dilempar ke dalam sumur dan dipenjara, Nabi Isa selalu dikejar-kejar musuh, dan Nabi Muhammad diboikot, dilempari batu orang sekampung, diusir dari tanah airnya.
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? [QS. 29:2]

Saudaraku, saya kira kita semua pernah mengalami cobaan dan rintangan setiap berusaha untuk berbuat baik dan berusaha mengamalkan agama dengan serius dalam kehidupan kita. Tentu saja seseorang tidak perlu menunggu cobaan yang lebih berat baru berusaha dengan sungguh-sungguh dalam memperbaiki keimanannya. Mungkin juga ada kekhawatiran untuk lebih serius dalam memperbaiki kehidupan keberagamaan karena takut banyaknya cobaan yang dihadapi. Hal ini tidak perlu terjadi, karena meskipun cobaan memang lebih banyak, tetapi setelah dekat dengan Allah semua itu dapat dilalui sebagai suatu kenikmatan spiritual yang membahagikan, karena yakin dengan sabda Rasulullah:
Barangsiapa dikehendaki Allah kebaikan baginya maka dia diuji (dicoba dengan suatu musibah). (HR. Bukhari)


Tidak ada komentar: