************************************************************************************************************************
Saudaraku, kalau artikel dalam blog ini bermanfaat informasikanlah kepada muslim yang lain
(Setiap kata yang mencerahkan orang lain, Insya Allah, anda akan mendapat ganjaran pahala)
============================================================================

Minggu, 24 April 2011

Nyaman disetiap keadaan


Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". [QS. 27:40]

Ketika awal perjalanan karier dimulai, hidup prihatin dengan keterbatasan di sana-sini, tinggal di tempat kontrakan, penghasilan pas-pasan, kadang-kadang harus ngutang sebelum waktu gajian, adalah keadaan yang lumrah dijumpai. Namun suasana rumah tangga selalu bergairah dan akrab, dengan tetangga juga sering saling sapa, gotong royong bersama, shalat berjamaah bersama, hal-hal yang menandakan jauh dari stress dan persoalan hidup yang berat. Sekarang setelah puncak-puncak karier tercapai suasana rumah tangga berjalan tidak normal, masing-masing anggota punya arah yang berbeda-beda. Dengan tetangga dan komunitas sekitar tidak ada lagi komunikasi, sementara hidup seakan diburu-buru memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas, akhirnya stress tak dapat dihindari. Ternyata kesuksesan dan kelimpahan materi hanya menjauhkan diri dari hidup yang harmonis dan ideal.

Ketika masih sebagai pejabat rendahan tugas kerja yang dibebankan dihadapi dengan semangat yang maksimal, bahkan tugas-tugas di luar dinas masih banyak yang dapat diikuti sebagai upaya pengembangan diri, baik yang bersifat keduniaan maupun kehidupan spritualnya. Suatu masa yang penuh dinamika dan menggairahkan. Sekarang setelah menduduki puncak jabatan, kegiatannya semakin padat. Aktivitas mana tidak selamanya berhubungan langsung dengan jabatan yang diembannya, tetapi harus dijalani karena ada kaitannya dengan menjaga agar kedudukan yang diembannya lebih lama dapat dipertahankan, otomatis kegiatan sosial dan spiritualnya makin sedikit atau boleh jadi sudah terlupakan. Ternyata kedudukan menjauhkan orang dari perilaku sosial yang baik dan kehidupan keberagamaan.

Banyak kehidupan lain di sekitar kita yang sejalan dengan contoh diatas, pada awal-awal perjalanan ketika belum banyak memiliki sesuatu, tetapi semangat, kerja keras dan banyak mengandalkan pertolongan kepada Allah adalah hal-hal yang selalu diakrabi membuat hidup lebih bergairah dan nyaman, tetapi mengapa setelah banyak kesuksesan diperoleh suasana seperti itu malah sulit hadir dalam kehidupan kita.

Kalau begitu apakah orang tidak perlu sukses? Ada baiknya untuk memikirkan kembali ukuran sukses yang kita idam-idamkan. Pola pikir yang selama ini kita lihat didominasi oleh pengaruh budaya barat yang kapitalis, konsumeris dan individualis yang terangkum dalam kata ‘hubbun dunya‘, cinta dunia yang berlebihan. Apabila standar sukses kita sudah tentukan, buatlah suatu perencanaan untuk mencapainya dan mulai dengan bekerja keras, istiqomah dan selalu bertautan dengan Allah. Apapun hasilnya itulah sukses yang dicapai dan harus disyukuri, karena kesyukuran itu akan menambah sukses selanjutnya.

Rasulullah saw pernah bersabda, "Sungguh ajaib urusan orang mukmin itu, sesungguhnya segala urusannya baik baginya. Dan itu tidak ada kecuali bagi mukmin. Jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur, dan itu menjadi kebaikan baginya. Dan jika ia ditimpa musibah, ia bersabar dan itu menjadi kebaikan baginya." (HR Muslim)

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; [QS. 2:216]


Tidak ada komentar: