Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". [QS. 27:40]
Ketika awal perjalanan karier dimu

Ketika masih sebagai pejabat rendahan tugas kerja yang dibebankan dihadapi dengan semangat yang maksimal, bahkan tugas-tugas di luar dinas masih banyak yang dapat diikuti sebagai upaya pengembangan diri, baik yang bersifat keduniaan maupun kehidupan spritualnya. Suatu masa yang penuh dinamika dan menggairahkan. Sekarang setelah menduduki puncak jabatan, kegiatannya semakin padat. Aktivitas mana tidak selamanya berhubungan langsung dengan jabatan yang diembannya, tetapi harus dijalani karena ada kaitannya dengan menjaga agar kedudukan yang diembannya lebih lama dapat dipertahankan, otomatis kegiatan sosial dan spiritualnya makin sedikit atau boleh jadi sudah terlupakan. Ternyata kedudukan menjauhkan orang dari perilaku sosial yang baik dan kehidupan keberagamaan.
Banyak kehidupan lain di sekitar kita yang sejalan dengan contoh diatas, pada awal-awal perjalanan ketika belum banyak memiliki sesuatu, tetapi semangat, kerja keras dan banyak mengandalkan pertolongan kepada Allah adalah hal-hal yang selalu diakrabi membuat hidup lebih bergairah dan nyaman, tetapi mengapa setelah banyak kesuksesan diperoleh suasana seperti itu malah sulit hadir dalam kehidupan kita.
Kalau begitu apakah orang tidak perlu sukses? Ada baiknya untuk memikirkan kembali ukuran sukses yang kita idam-idamkan. Pola pikir yang selama ini kita lihat didominasi oleh pengaruh budaya barat yang kapitalis, konsumeris dan individualis yang terangkum dalam kata ‘hubbun dunya‘, cinta dunia yang berlebihan. Apabila standar sukses kita sudah tentukan, buatlah suatu perencanaan untuk mencapainya dan mulai dengan bekerja keras, istiqomah dan selalu bertautan dengan Allah. Apapun hasilnya itulah sukses yang dicapai dan harus disyukuri, karena kesyukuran itu akan menambah sukses selanjutnya.
Rasulullah saw pernah bersabda, "Sungguh ajaib urusan orang mukmin itu, sesungguhnya segala urusannya baik baginya. Dan itu tidak ada kecuali bagi mukmin. Jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur, dan itu menjadi kebaikan baginya. Dan jika ia ditimpa musibah, ia bersabar dan itu menjadi kebaikan baginya." (HR Muslim)
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; [QS. 2:216]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar