************************************************************************************************************************
Saudaraku, kalau artikel dalam blog ini bermanfaat informasikanlah kepada muslim yang lain
(Setiap kata yang mencerahkan orang lain, Insya Allah, anda akan mendapat ganjaran pahala)
============================================================================

Sabtu, 30 April 2011

Mencari yang terbaik



Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. [QS. 42:23]

Sesungguhnya apabila seseorang mengerjakan kebaikan maka Allah akan menganugrahkan kebaikan yang lebih banyak lagi, dan apibla berusaha mengerjakan dengan cara yang terbaik tentu saja balasannya adalah yang terbaik juga, jauh melebihi dari yang apa dikerjakannya sendiri.

Perbuatan baik yang dapat dikerjakan sangat banyak. Ada perbuatan baik yang berkaitan dengan waktu, kondisi, tempat, jenis kegiatan dsb. waktu yang paling dekat keberadaan kita dengan Allah adalah ketika waktu menjelang subuh (1/3 malam terakhir); “Siapa yang berdo’a kepadaku, pasti aku kabulkan. Siapa yang meminta padaku,pasti aku berikan, dan siapa yang memohon ampun padaku, pasti aku ampuni. (HR. Bukhari)

Hari yang terbaik adalah hari Jum’at. Nabi saw. bersabda: Hari terbaik yang terbit padanya matahari adalah hari Jum’at.. (HR. Muslim), dan bulan terbaik untuk memperbanyak amal shaleh adalah bulan Ramadhan, bukankah didalamnya ada malam yang lebih mulia dari 1000 bulan, dan pada malam-malam lain dilipatgandakan 70 kali.

Tempat yang paling mulia adalah masjid dan masjid yang paling mulia adalah Masjidil Haram. Apapun kita, apabila sering-sering dan berlama-lama di tempat yang mulia secara pelan-pelan akan merobah karakter kita menjadi orang mulia juga. Dan bacaan yang paling mulia adalah Al-Quran, bacaan yang apabila dibaca semakin lama semakin mengasikkan dan semakin rindu untuk membacanya. Kalau dibaca ditempat yang mulia, maka hasilnya pasti yang termulia.

Moment atau situasi yang paling baik adalah ketika berada dalam shalat. Rasulullah bersabda yang maknanya: “Shalat adalah amal yang terbaik, maka barangsiapa berkehendak, ia dapat menyedikitkan bilangan raka’atnya dan barangsiapa berkehendak, ia memperbanyak bilangan raka’atnya –yang dimaksud dalam hal ini adalah shalat sunnah (H.R. Muslim)

Saudaraku, tentu banyak lagi situasi dan kondisi atau tempat dan waktu yang baik untuk melakukan suatu amalan, tetapi apa yang tersaji diatas rasanya sudah dapat mewakili untuk melakukan sesuatu yang terbaik. Melihat keanekaragaman kondisi diatas, rasanya kita semua punya waktu dan kesempatan, dalam posisi apapun kita didalam masyarakat, untuk melakukan yang terbaik sebagai bekal kita untuk menghadap kepada Allah Swt.

Mungkin kita tidak dapat melakukan semuanya, tetapi dengan niat yang kuat mulailah melakukan yang mudah terlebih dahulu. Apabila niat dan motivasi dapat kita pelihara, maka lama kelamaan yang berat-berat juga akan terasa nikmat untuk dilakukan, yakinlah, karena dengan yakin Allah pasti akan membantu kita.
niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. [QS. 33:71]

Saudaraku, yang terbaik adalah mungkin kita belum terbaik, tetapi selalu menuju kesana dengan usaha yang terbaik.



Senin, 25 April 2011

Jalan mendekat kepada Allah

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, [QS. 2:155]

Seorang perempuan India, Kavita Poonam namanya, disiksa suaminya sampai harus dirawat di rumah sakit dan kehilangan dua anak yang masih kecil, penyebabnya hanya karena ia ingin dekat dengan Allah dengan cara yang benar.

Aminah Assilmi, perempuan Amerika, ibunya tak mengakui lagi ia sebagai anaknya, kemudian ayahnya mengancam menembaknya, lalu diceraikan suaminya, dan juga kehilangan kedua anaknya, hanya karena menemukan kebenaran dan ingin mendekat kepada Allah.

Tan Hok Liang, yang lebih dikenal dengan Anton Medan, penjahat kaliber kakap, berkali-kali masuk keluar penjara, membunuh, diusir orang tua dan pamannya, menjadi kaya raya dari judi dan akhirnya bangkrut. Itulah perjalanan yang dilalui untuk mendekat kepada Allah.

K.H. Arifin Ilham, yang dikenal dengan jamaah dzikirnya, ketika kecil termasuk anak yang badung, nakal dan pernah koma beberapa hari karena digigit ular berbisa, menandai perjalanan hidupnya sebagai salah satu faktor yang lebih mendekatkannya kepada Allah.

Tentu banyak lagi pengalaman yang dialami oleh banyak tokoh dan orang-orang yang telah merasakan nikmatnya dekat dengan Allah Swt. Bahkan kita semua dapat melihat orang-orang di sekitar kita yang telah melalui banyak liku-liku kehidupan yang berat sebelum sampai kepada kondisinya saat ini yang merasa nyaman dekat dengan Allah.

Berkenan dengan proses yang dilalui kebanyakan orang untuk mencapai derajat dekat dengan Allah tsb, yang biasanya selalu banyak mengalami kesulitan, penderitaan dan tantangan berat lainnya, tidaklah mengherankan, karena memang itulah salah satu ujian yang harus dilalui. Bahkan para nabi dan rasulpun juga mengalami dengan intensitas yang jauh lebih berat lagi. Bukankah Nabi Yunus harus ditelan ikan, Nabi Ibrahim harus dibakar hidup-hidup, nabi Ayub sakit keras, Nabi Yusuf dilempar ke dalam sumur dan dipenjara, Nabi Isa selalu dikejar-kejar musuh, dan Nabi Muhammad diboikot, dilempari batu orang sekampung, diusir dari tanah airnya.
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? [QS. 29:2]

Saudaraku, saya kira kita semua pernah mengalami cobaan dan rintangan setiap berusaha untuk berbuat baik dan berusaha mengamalkan agama dengan serius dalam kehidupan kita. Tentu saja seseorang tidak perlu menunggu cobaan yang lebih berat baru berusaha dengan sungguh-sungguh dalam memperbaiki keimanannya. Mungkin juga ada kekhawatiran untuk lebih serius dalam memperbaiki kehidupan keberagamaan karena takut banyaknya cobaan yang dihadapi. Hal ini tidak perlu terjadi, karena meskipun cobaan memang lebih banyak, tetapi setelah dekat dengan Allah semua itu dapat dilalui sebagai suatu kenikmatan spiritual yang membahagikan, karena yakin dengan sabda Rasulullah:
Barangsiapa dikehendaki Allah kebaikan baginya maka dia diuji (dicoba dengan suatu musibah). (HR. Bukhari)


Minggu, 24 April 2011

Nyaman disetiap keadaan


Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". [QS. 27:40]

Ketika awal perjalanan karier dimulai, hidup prihatin dengan keterbatasan di sana-sini, tinggal di tempat kontrakan, penghasilan pas-pasan, kadang-kadang harus ngutang sebelum waktu gajian, adalah keadaan yang lumrah dijumpai. Namun suasana rumah tangga selalu bergairah dan akrab, dengan tetangga juga sering saling sapa, gotong royong bersama, shalat berjamaah bersama, hal-hal yang menandakan jauh dari stress dan persoalan hidup yang berat. Sekarang setelah puncak-puncak karier tercapai suasana rumah tangga berjalan tidak normal, masing-masing anggota punya arah yang berbeda-beda. Dengan tetangga dan komunitas sekitar tidak ada lagi komunikasi, sementara hidup seakan diburu-buru memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas, akhirnya stress tak dapat dihindari. Ternyata kesuksesan dan kelimpahan materi hanya menjauhkan diri dari hidup yang harmonis dan ideal.

Ketika masih sebagai pejabat rendahan tugas kerja yang dibebankan dihadapi dengan semangat yang maksimal, bahkan tugas-tugas di luar dinas masih banyak yang dapat diikuti sebagai upaya pengembangan diri, baik yang bersifat keduniaan maupun kehidupan spritualnya. Suatu masa yang penuh dinamika dan menggairahkan. Sekarang setelah menduduki puncak jabatan, kegiatannya semakin padat. Aktivitas mana tidak selamanya berhubungan langsung dengan jabatan yang diembannya, tetapi harus dijalani karena ada kaitannya dengan menjaga agar kedudukan yang diembannya lebih lama dapat dipertahankan, otomatis kegiatan sosial dan spiritualnya makin sedikit atau boleh jadi sudah terlupakan. Ternyata kedudukan menjauhkan orang dari perilaku sosial yang baik dan kehidupan keberagamaan.

Banyak kehidupan lain di sekitar kita yang sejalan dengan contoh diatas, pada awal-awal perjalanan ketika belum banyak memiliki sesuatu, tetapi semangat, kerja keras dan banyak mengandalkan pertolongan kepada Allah adalah hal-hal yang selalu diakrabi membuat hidup lebih bergairah dan nyaman, tetapi mengapa setelah banyak kesuksesan diperoleh suasana seperti itu malah sulit hadir dalam kehidupan kita.

Kalau begitu apakah orang tidak perlu sukses? Ada baiknya untuk memikirkan kembali ukuran sukses yang kita idam-idamkan. Pola pikir yang selama ini kita lihat didominasi oleh pengaruh budaya barat yang kapitalis, konsumeris dan individualis yang terangkum dalam kata ‘hubbun dunya‘, cinta dunia yang berlebihan. Apabila standar sukses kita sudah tentukan, buatlah suatu perencanaan untuk mencapainya dan mulai dengan bekerja keras, istiqomah dan selalu bertautan dengan Allah. Apapun hasilnya itulah sukses yang dicapai dan harus disyukuri, karena kesyukuran itu akan menambah sukses selanjutnya.

Rasulullah saw pernah bersabda, "Sungguh ajaib urusan orang mukmin itu, sesungguhnya segala urusannya baik baginya. Dan itu tidak ada kecuali bagi mukmin. Jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur, dan itu menjadi kebaikan baginya. Dan jika ia ditimpa musibah, ia bersabar dan itu menjadi kebaikan baginya." (HR Muslim)

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; [QS. 2:216]


Buntu Batu 1


Pemandangan ini sungguh indah, tetapi kenangan dibalik itu rasanya jauh lebih indah lagi, banyak suka duka yang tersimpan dibalik pohon-pohon, gunung-gunung, kampung dan lembah yang membentuk sejarah pada masing-masing individu yang mengalaminya. Selain menggambarkan perspektif kedepan melampau jagat alam raya ini. Diwakili oleh kuburan.

secara keseluruhan boleh dikata sebagian besar area pemandangan ini telah saya lewati dengan berbagai variasi kegiatan dan hajatan. Yang paling dekat tentunya adalah kuburan yang selalu diiringi dengan suasana dukacita. Orang tua, teman, tetangga, telah banyak beristirahat disini - Ya Allah ampunilah mereka semuanya dan terimalah disisiMu dengan penerimaan yang terbaik - namun demikian sebaiknya tempat ini selalu diingat, bukankah orang yang paling verdas adalah yang selalu mengingat mati.

Kita beralih ke arah yang paling jauh, yaitu depan puncak paling belakang agak di kanan, adalah tempat pengungsian (persembunyian) kami yang terjauh dari Pasui. Kenapa mengungsi apakah ada gunung meletus, oh tidak inilah sejarah yang tersimpan di tempat ini, setiap ada operasi TNI ke Pasui, penduduknya mengungsi ke hutan-hutan dan gunung-gunung karena ketika itu Pasui dan sekitarnya menjadi salah satu tempat berdomisilinya pasukan DI/TII. Di tempat ini kadang berhari-hari atau berminggu sambil menunggu kesatuan TNI menarik diri kembali ke kota. Tentu saja dipengunggsian banyak dukanya. Tempat menginap kadang rumah seadanya, konsumsi juga kadang sangat kurang, belum lagi banyak nyamuk dan lintah.

Turun kebawah bagian kiri gambar adalah kampung Belalang. Kalau TNI-nya tidak terlalu jauh beroprasi, atau takut masih lebih dalam, pengungsian cukup sampai Belalang dan biasanya kalau seperti ini lama pengungsian juga tidak terlalu lama. Ketika itu setiap pengungsian tugas saya adalah membawa/menarik kambing, cukup berat untuk anak dengan umur 6-7 tahun, apalagi medan yang dihadapi mendaki dan suasana mendesak, tergesa-gesa. Cerita tentang kambing ini ini juga banyak nostalgianya. Setiap beranak selalu kembar dua dan selalu warna hitam, yang kembar juga setelah melahirkan kembar lagi dengan jumlah dan warna yang sama. Walaupun selalu kembar tetapi tidak pernah populasinya banyak, kalau tidak saling paling banyak 4 ekor.

Pulang dari mengungsi, seluruh penduduk kampuung punya tugas berat, terutama membuat rumah baru lagi, karena kadang-kadang TNI apabila operasi ke sini juga membakar rumah-rumah penduduk. Tapi yang lebih dulu sebenarnya dilakukan adalah mengambil barang-barang yang disembunyikan disekitar kampung pasui pada gua-gua batu yang tidak mungkin dibawah ketika mengungsi.

Banyak catatan yang dapat dibuat mengenai pengungsian ini tapi itulah catata besarnya, sedangkan cerita lain yang tertimbun dibalik foto ini masih banyak, nanti diceritakan pada kesempatan lain.

Setiap kejadian terkandung hikmah bagi yang mau mengambilnya

Memaksimalkan potensi amal (2)

Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar. [QS. 4:40]

Potensi tambang amal yang lain adalah menyebar salam. Menyebar salam adalah suatu perbuatan yang sederhana tetapi hasilnya sangat menakjubkan, orang yang berselisih bisa berdamai, orang yang putus asa bisa bangkit kembali, masalah yang ruwet dapat diatasi dengan mudah, dan banyak keutamaan lainnya. Oleh karena itu perbanyaklah salam dalam setiap komunikasi, setiap bertemu, menelpon, kirim sms, mulailah dengan salam. ‘Halo’ biarlah orang bule yang gunakan tetapi kita ganti dengan assalamualaikum. Tidak terasa bisa ratusan kali kita menyebar salam dalam sehari. Subhanallah.

Dan maukah aku tunjukkan suatu perbuatan yang bisa membuatmu saling mencintai; yaitu tebarkan salam antar sesamamu." (HR. al Bukhari - Muslim). Ketika Rasulullah Saw ditanya, "Apakah amalan yang paling baik dalam Islam?" Beliau menjawab: "Memberi makan dan mengucapkan salam kepada orang yang telah kamu kenal maupun yang belum kamu kenal". (HR. al Bukhari - Muslim).

Berbagi informasi/ilmu/kebaikan. Setiap orang tentu mempunyai informasi, ilmu atau pengalaman yang dapat dibagi kepada orang lain. Properti ini tidak pernah habis untuk dibagikan kepada orang lain, bahkan semakin dibagi semakin berkembang atau bertambah banyak yang kita miliki. Coba bayangkan berapa banyak amal yang kita peroleh kalau hal-hal seperti ini bermanafaat bagi sebanyak mungkin orang, bahkan berlipat ganda kalau orang lain menyebarkan kembali kepada orang lain lagi, dst.

Oleh karena itu jangan pelit berbagi apapun yang kita miliki, bukan hanya ustad atau profesor yang dapat berbagi ilmu. Semakin banyak yang anda beri semakin banyak yang akan diperoleh, secara pelan anda menyadari betapa hidup ini menjadi begitu lapang. Itulah balasan di dunia dan di akhirat akan memperoleh jauh lebih banyak lagi.

Rasulullah bersabda: Barangsiapa yang mengajak kepada kebaikan maka ia akan mendapatkan pahala sama dengan pahala orang yang mengikutinya, (HR. Muslim)

Melakukan shalat berjamaah. Shalat berjamaah adalah bonus yang luar biasa dari Allah Swt. Selain nilainya dilipatgandakan menjadi 27 kali, dengan shalat berjamaah silaturahim akan terjalin lebih baik, suatu perbuatan yang juga punya keutamaan di sisi Allah. Jaringan persahabatan semakin luas yang memungkinkan pintu-pintu rezeki juga makin banyak. Tentu banyak lagi keutamaan shalat berjamaah selain yang disebut diatas.

Berdzikir dengan menyebut sebanyak makhlukNya. Suatu hari Rasulullah mendapati Juwairiyyah Ummil Mukminin yang berdzikir dari subuh sampai waktu dhuha, lalu Rasulullah bersabda maukah aku tunjukkan zikir yang mengalahkan zikirmu sepanjang hari ini,bacalah:

Subhaanallaahi wabihamdihi ‘adada khalqihi wa ridho nafsihi wazinata ‘arsyihi wa midaada kalimaatih

Maha Suci Allah dan segala puji bagiNya, sebanyak bilangan ciptaanNya dan keridhaan-Nya, dan seberat timbangan ‘arasyNya dan sebanyak tinta (yang terpakai untuk menuliskan) kalimatNya. (HR. Muslim)


Memaksimalkan potensi amal (1)




Naluri manusia adalah ingin memperoleh hasil yang maksimal dari setiap usaha yang dilakukan, kadang-kadang dengan embel-embel tanpa harus bekerja keras. Demikian pula halnya dengan orang-orang yang beriman, selalu berusaha untuk mencapai hasil yang terbaik dan dengan kerja yang terbaik pula.

Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali amal kegiatan yang kita lakukan, tetapi apakah sudah dilakukan dengan cara yang terbaik untuk memperoleh hasil yang terbaik pula. Berikut ini beberapa hal yang perlu dilakukan atau dipersiapkan agar hasil maksimal yang diharapkan dapat dicapai.

Masalah keimanan. Inilah yang menjadi tolak ukur pertama apabila kita mengharapkan hasil usaha dan amal kita mencapai hasil yang terbaik. Iman membersihkan segala cara peribadatan dan amal saleh yang dilakukan sehingga sesuai dengan tata cara yang benar dan terbaik serta tidak melenceng dari kebenaran agama yang dianut. Dengan iman segala hambatan dan rintangan mudah dilalui tanpa menurunkan produktivitas dari potensi yang dimiliki. Dengan iman sifat-sifat malas, mengeluh, lesu, berpuas diri, putus asa, yang menghambat produktivitas amal dapat dihindari. Mengapa demikian, karena :

Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. [QS.64:11]

Menjaga Wudhu. Menjaga wudhu berarti berusaha setiap saat selalu dalam keadaan berwudhu, setiap wudhunya batal karena hadast kecil diperbaharui lagi dengan wudhu yang lain. Tentu saja kita sudah tahu keutamaan berwudhu, diantaranya adalah menggugurkan dosa-dosa kecil pada setiap anggota tubuh yang terkena air wudhu. Setiap perbuatan yang suci dan agung diwajibkan atau disunatkan dalam keadaan berwudhu, hal ini menandakan keutamaan berwudhu, bahkan perbuatan yang dilakukan dalam keadaan berwudhu nilai amal akan dilipatgandakan berkali-kali.

Ali bin Abi Thalib mengatakan bahwa, tiap-tiap orang yang membaca Al Quran dalam sembahyang, akan mendapat pahala lima puluh kebajikan untuk tiap-tiap huruf yang diucapkannya; membaca Al Quran di luar sembahyang dengan berwudhu, pahalanya dua puluh lima kebajikan bagi tiap-tiap huruf yang diucapkannya; dan membaca Al Quran di luar sembahyang dengan tidak berwudhu, pahalanya sepuluh kali kebajikan bagi tiap-tiap huruf yang diucapkannya.

Tentu saja perbuatan membaca al Quran ini dapat kita analogikan dengan kegiatan amal baik lainnya, sehingga semua kebaikan yang kita lakukan apabila dalam keadaan berwudhu nilainya dan bobotnya akan bertambah tinggi.

Mendoakan dan memohonkan ampun kepada orang lain. Mungkin setiap kesempatan kita telah memanjatkan doa dan mohon ampunan kepada Allah, tentu saja hal ini adalah perbuatan yang sangat terpuji. Tetapi kemampuan kita berdoa juga terbatas, oleh karena itu maksimalkanlah dengan cara mendoakan dan memohonkan ampun kepada sesama muslim sebanyak-banyaknya, karena sebanyak orang yang kita doakan sebanyak itu pula doa yang kita terima melalu para Malaikat, sangat luar biasa. Subhanallah.
“Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.” (HR. Muslim no. 4912)



Masjidku



Masjidku, teringat ketika masih kecil menjadi merupakan pusat kegiatan, ngaji, shalat, main, main bola, volly. Tentu saja dua terakhir ini dilakukan; volly pada dihadapan masjid, sedangkan bola pada sebelah kanan masjid. Sayang sekali lapangan bolanya tidak ada lagi karena di ganti dengan proyek pendirian SMP Negeri (sesuatu yang disesalkan kemudian hari).

Bangunan masjidnya dulu sebenarnya lebih tinggi. Ketika itu atap dan kubah masih menggunakan kayu dan seng sehingga lebih ringan. Sebelum berubah, kubahnya ada lima buah, satu kubah yang besar terletak ditengah-tengah, sedangkan pada empat sudut ada kubah yang lebih kecil. Karena masjid tidak mempunyai menara maka muazzin biasanya mengumandangkan Azan pada salah satu kubah kecil tersebut (kubah sebelum lengkungan seng ada tiang-tiang dan diselah-selah itulah biasanya corong dikeluarkan sebagian dan diarahkan kesenganap penjuru)

Seingat saya, saya tidak pernah mengumandangkan azan disitu, tetapi saya sering naik ke kubah kecil itu, sebagaimana anak-anak yang lain terutama kalau sedang ada pertandingan bola pada sore hari. Selain dari kubah kecil tsb kadang-kadang kita turun juga ke atap seng masid dibawah kubah kecil yang lebih dekat dengan lapangan bolanya. Masih teringat sambil nonton juga bawa Al quran keatas nonton sambil baca, maklum saat itu lagi getol-getolnya belajar ngaji dan juga terinspirasi oleh pahala membaca Al Quran setiap hurufnya.

Kenangan lain yang selalu teringat adalah pada malam-malam ramadhan biasanya kita bersama-sama dengan orang tua dan anak-anak mencari malam lailatul qadr. Walaupun tersedia makanan kecil seperti kue-kue, gorengan, kacang dan m inuman teh dan kopi, tetap saja perlu perjuangan keras untuk melawan kantuk. Bisa saja sih langsung tidur, tapi takut kelewatan malam lailatul qadr-nya, resikonya sedikit-sedikit keluar ke kolam untuk mencuci muka agar tidak ngantuk sambil memperhatikan langit mencari tanda-tanda lailatul qadr atau siapa tahu tiba-tiba air di kolam sudah membeku.

Masjidku, dulu tidak punya nama
tetapi sekarang sudah punya
Masjid Al-Ansar
Menolong jamaah-jamaahnya
agar iman tetap kokoh


Akhir dari Kebesaran


Semua orang tahu bahwa setiap kekuasaan pasti akan ada akhirnya, tetapi tidak semua menyadari bahwa waktu itu akan datang bahkan lebih cepat. Mencari kekuasaan di dunia anda akan mendapatkannya, mencari kebahagiaan hidup di akhirat juga dapat diperoleh. Kebanyakan orang memilih kekuasaan/kebahagiaan di dunia dan mengabaikan akhirat. Yang paling celaka kalau anda tidak mendapat dunia dan akhirat juga terabaikan.

“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh apa-apa di akhirat, [QS. 11:15-16]

Dalam sejarah perkembangan dunia banyak ditemukan tokoh-tokoh besar yang berasal dari orang-orang status sosialnya biasa-biasa saja, bahkan sebagian yang sama sekali tidak diketahui asal usulnya. Tentu saja bagi kita sangat tertarik untuk mengetahui bagaimana prosesnya dan apa-apa saja yang dilakukan sang tokoh sehingga berhasil mencapai puncak kariernya/kekuasaannya.

Sudah barang tentu tidak mungkin akan kita paparkan sejarahnya di sini, tetapi yang dapat dipelajari adalah bahwa mereka bergerak dari awal dengan sesuatu yang sederhana atau kecil, dan mungkin tidak berarti bagi orang lain, Namun dari yang kecil itu dia punya tekad niat yang kuat untuk mencapai sesuatu, dan itulah yang dikembangkangkan dengan tekun dan konsisten dan secara bertahap menaiki tangga satu persatu. Bukan dalam semalam, juga bukan dalam setahun, bahkan puluhan tahun baru ia mendapatkan hasilnya.

Ketekunan, kerja keras, selalu mengembangkan diri, mengembangkan jaringan, mungkin juga ada dengan cara licik dan tipu daya adalah cara-cara yang ditempuh orang untuk mencapai kejayaannya. Sayangnya banyak juga tokoh-tokoh dunia yang tumbang karena keserakahan-keserakahan dan gemerlapnya dunia yang tidak bisa lagi dilepasnya. Banyak pelajaran yang dapat diambil dari fenomena ini. Salah satunya adalah bahwa kesulitan, penderitaan, kekurangan, mengajarkan kepada kita untuk kerja keras, tekun, tidak cepat putus asa, berhubungan dengan sesama manusia secara jujur dan iklhas. Sementara kemewahan, kemudahan, kesuksesan banyak mengajarkan kita untuk bersaing, saling curiga, menjatuhkan, hidup mubazir dan berfoya-foya.

Sungguh banyak dijumpai orang-orang yang sebelum ‘berhasil’ adalah orang yang santun, ramah, peduli, taat dan menyenangkan, tetapi setelah sukses karakternya berubah menjadi sombong, feodal, egois yang akhirnya menjadi pencinta dunia yang ulung. Coba bayangkan berpuluh tahun berburu sukses tetapi yang didapat hanya nafsu duniawi.

Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi, lalu memperhatikan betapa kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Mereka itu adalah lebih hebat kekuatannya daripada mereka dan (lebih banyak) bekas-bekas mereka di muka bumi, maka Allah mengazab mereka disebabkan dosa-dosa mereka. [QS. 40:21]

Saudaraku, itulah kekuasaan, kebesaran, kemewahan yang selalu dikejar-kejar manusia, padahal itu semua hanyalah fatamorgana yang sekejap lewat dalam kehidupan yang tiada artinya kalau tidak dilandasi dengan iman dan takwa. Hidup sederhana lebih menjamin kita untuk mencapai tujuan hakiki yaitu dengan kerja keras, prihatin dan istiqomah yang membawa kita ke kemewahan yang tiada berakhir.


Rabu, 20 April 2011

Kepatuhan dengan ridho atau terpaksa

Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan. [QS.3:83]

Umumnya apabila orang ditanya apakah ingin kebebasan, maka jawabnya sebagian besar menjawab, ya. Sayangnya dari pertanyaan itu sendiri kita telah mengakui bahwa kita, manusia, sebenarnya tidak memiliki kebebasan yang sempurna. Bahkan kalau dikaji apabila menusia diberi kebebasan menurut versinya, maka bukan kebebasan yang dijumpai, tetapi kekacauan dan keonaran.

Kalau kebebasan dapat mengantarkan manusia menuju kekacauan dan keonaran, maka kepatuhan akan mengantarkan manusia kepada kedamaian dan kesejahteraan. Pertanyaan yang muncul adalah, mengapa kebanyakan manusia mengejar kebebasan dan menolak kepatuhan. Jawabannya adalah karena godaan hawa nafsu dan cinta dunia. Sebab yang lain karena merasa kuasa melakukan sesuatu yang didorong oleh rasa bangga dan sombong.

Sebenarnya banyak hal dimana manusia, seberapapun kekuasaan dan kepintarannya, tidak berdaya. Ketika petang datang dia tidak berdaya untuk menolaknya, rambut di kepalanya tidak kuasa menahannya untuk tumbuh, keresahan dalam hatinya tidak kuasa dibendungnya, anak-anak yang dilahirkannya malah membuatnya seperti budak. Lalu bagaimana dia bisa menahan matahari yang terbit esok harinya, dan puncaknya adalah kematian yang menutup segala mimpi-mimpi kekuasaannya sekaligus kebodohannya.

Ketidakpatuhan atau kebebasan menurut kehendaknya sendiri bisa saja menjadi pilihannya, padahal kebebasan itulah yang mengikat dirinya sendiri untuk mengetahui hal-hal di luar pemikirannya yang jauh lebih baik daripada yang diyakininya, karena keyakinannya itu terbentuk hanya karena ego dan kesombongan dirinya. Orang-orang seperti inilah yang terpaksa patuh setelah di akhirat, kepatuhan yang disesali selama-lamanya.

Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu, hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. [QS. 23:99-100], Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala."(QS. 67:10)

Saudaraku, mungkin masih ada di antara kita yang tidak menerima seluruhnya ajaran agama kita ini, karena tidak sesuai dengan pemikiran, pemikiran yang terbentuk karena pengaruh sekuler dan cinta dunia. Yakinkanlah diri atau paksalah diri untuk menerimanya, hasil buah pikiran kita terlalu kecil bila diperhadapkan dengan ketentuan Allah Swt. Apabila berat menerimanya banyak-banyaklah beristighfar dan berdoa untuk menyelaraskan pemikiran-pemikiran kita dengan agama yang kita peluk ini.

Saudaraku, masukilah agama ingin keseluruhan ajarannya, meski berat tetapi yang terpenting adalah selalu memperbaharui niat untuk bertekad melaksanakan ajarannya dengan sebaik-baiknya, dan berhentilah dari usaha-usaha untuk mengingkarinya.

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu. [QS. 02:208]


Jumat, 15 April 2011

Mencari yang terbaik


Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. [QS. 42:23]

Sesungguhnya apabila seseorang mengerjakan kebaikan maka Allah akan menganugrahkan kebaikan yang lebih banyak lagi, dan apibla berusaha mengerjakan dengan cara yang terbaik tentu saja balasannya adalah yang terbaik juga, jauh melebihi dari yang apa dikerjakannya sendiri.

Perbuatan baik yang dapat dikerjakan sangat banyak. Ada perbuatan baik yang berkaitan dengan waktu, kondisi, tempat, jenis kegiatan dsb. waktu yang paling dekat keberadaan kita dengan Allah adalah ketika waktu menjelang subuh (1/3 malam terakhir); “Siapa yang berdo’a kepadaku, pasti aku kabulkan. Siapa yang meminta padaku,pasti aku berikan, dan siapa yang memohon ampun padaku, pasti aku ampuni. (HR. Bukhari)

Hari yang terbaik adalah hari Jum’at. Nabi saw. bersabda: Hari terbaik yang terbit padanya matahari adalah hari Jum’at.. (HR. Muslim), dan bulan terbaik untuk memperbanyak amal shaleh adalah bulan Ramadhan, bukankah didalamnya ada malam yang lebih mulia dari 1000 bulan, dan pada malam-malam lain dilipatgandakan 70 kali.

Tempat yang paling mulia adalah masjid dan masjid yang paling mulia adalah Masjidil Haram. Apapun kita, apabila sering-sering dan berlama-lama di tempat yang mulia secara pelan-pelan akan merobah karakter kita menjadi orang mulia juga. Dan bacaan yang paling mulia adalah Al-Quran, bacaan yang apabila dibaca semakin lama semakin mengasikkan dan semakin rindu untuk membacanya. Kalau dibaca ditempat yang mulia, maka hasilnya pasti yang termulia.

Moment atau situasi yang paling baik adalah ketika berada dalam shalat. Rasulullah bersabda yang maknanya: “Shalat adalah amal yang terbaik, maka barangsiapa berkehendak, ia dapat menyedikitkan bilangan raka’atnya dan barangsiapa berkehendak, ia memperbanyak bilangan raka’atnya –yang dimaksud dalam hal ini adalah shalat sunnah (H.R. Muslim)

Saudaraku, tentu banyak lagi situasi dan kondisi atau tempat dan waktu yang baik untuk melakukan suatu amalan, tetapi apa yang tersaji diatas rasanya sudah dapat mewakili untuk melakukan sesuatu yang terbaik. Melihat keanekaragaman kondisi diatas, rasanya kita semua punya waktu dan kesempatan, dalam posisi apapun kita didalam masyarakat, untuk melakukan yang terbaik sebagai bekal kita untuk menghadap kepada Allah Swt.

Mungkin kita tidak dapat melakukan semuanya, tetapi dengan niat yang kuat mulailah melakukan yang mudah terlebih dahulu. Apabila niat dan motivasi dapat kita pelihara, maka lama kelamaan yang berat-berat juga akan terasa nikmat untuk dilakukan, yakinlah, karena dengan yakin Allah pasti akan membantu kita.
niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. [QS. 33:71]

Saudaraku, yang terbaik adalah mungkin kita belum terbaik, tetapi selalu menuju kesana dengan usaha yang terbaik.


Jumat, 08 April 2011

Jalan mendekat kepada Allah


Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, [QS. 2:155]

Seorang perempuan India, Kavita Poonam namanya, disiksa suaminya sampai harus dirawat di rumah sakit dan kehilangan dua anak yang masih kecil, penyebabnya hanya karena ia ingin dekat dengan Allah dengan cara yang benar.

Aminah Assilmi, perempuan Amerika, ibunya tak mengakui lagi ia sebagai anaknya, kemudian ayahnya mengancam menembaknya, lalu diceraikan suaminya, dan juga kehilangan kedua anaknya, hanya karena menemukan kebenaran dan ingin mendekat kepada Allah.

Tan Hok Liang, yang lebih dikenal dengan Anton Medan, penjahat kaliber kakap, berkali-kali masuk keluar penjara, membunuh, diusir orang tua dan pamannya, menjadi kaya raya dari judi dan akhirnya bangkrut. Itulah perjalanan yang dilalui untuk mendekat kepada Allah.

K.H. Arifin Ilham, yang dikenal dengan jamaah dzikirnya, ketika kecil termasuk anak yang badung, nakal dan pernah koma beberapa hari karena digigit ular berbisa, menandai perjalanan hidupnya sebagai salah satu faktor yang lebih mendekatkannya kepada Allah.

Tentu banyak lagi pengalaman yang dialami oleh banyak tokoh dan orang-orang yang telah merasakan nikmatnya dekat dengan Allah Swt. Bahkan kita semua dapat melihat orang-orang di sekitar kita yang telah melalui banyak liku-liku kehidupan yang berat sebelum sampai kepada kondisinya saat ini yang merasa nyaman dekat dengan Allah.

Berkenan dengan proses yang dilalui kebanyakan orang untuk mencapai derajat dekat dengan Allah tsb, yang biasanya selalu banyak mengalami kesulitan, penderitaan dan tantangan berat lainnya, tidaklah mengherankan, karena memang itulah salah satu ujian yang harus dilalui. Bahkan para nabi dan rasulpun juga mengalami dengan intensitas yang jauh lebih berat lagi. Bukankah Nabi Yunus harus ditelan ikan, Nabi Ibrahim harus dibakar hidup-hidup, nabi Ayub sakit keras, Nabi Yusuf dilempar ke dalam sumur dan dipenjara, Nabi Isa selalu dikejar-kejar musuh, dan Nabi Muhammad diboikot, dilempari batu orang sekampung, diusir dari tanah airnya.

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? [QS. 29:2]

Saudaraku, saya kira kita semua pernah mengalami cobaan dan rintangan setiap berusaha untuk berbuat baik dan berusaha mengamalkan agama dengan serius dalam kehidupan kita. Tentu saja seseorang tidak perlu menunggu cobaan yang lebih berat baru berusaha dengan sungguh-sungguh dalam memperbaiki keimanannya. Mungkin juga ada kekhawatiran untuk lebih serius dalam memperbaiki kehidupan keberagamaan karena takut banyaknya cobaan yang dihadapi. Hal ini tidak perlu terjadi, karena meskipun cobaan memang lebih banyak, tetapi setelah dekat dengan Allah semua itu dapat dilalui sebagai suatu kenikmatan spiritual yang membahagikan, karena yakin dengan sabda Rasulullah:

Barangsiapa dikehendaki Allah kebaikan baginya maka dia diuji (dicoba dengan suatu musibah). (HR. Bukhari)


Senin, 04 April 2011

Memaksimalkan potensi amal (2)

Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar. [QS. 4:40]

Potensi tambang amal yang lain adalah menyebar salam. Menyebar salam adalah suatu perbuatan yang sederhana tetapi hasilnya sangat menakjubkan, orang yang berselisih bisa berdamai, orang yang putus asa bisa bangkit kembali, masalah yang ruwet dapat diatasi dengan mudah, dan banyak keutamaan lainnya. Oleh karena itu perbanyaklah salam dalam setiap komunikasi, setiap bertemu, menelpon, kirim sms, mulailah dengan salam. ‘Halo’ biarlah orang bule yang gunakan tetapi kita ganti dengan assalamualaikum. Tidak terasa bisa ratusan kali kita menyebar salam dalam sehari. Subhanallah.

Dan maukah aku tunjukkan suatu perbuatan yang bisa membuatmu saling mencintai; yaitu tebarkan salam antar sesamamu." (HR. al Bukhari - Muslim). Ketika Rasulullah Saw ditanya, "Apakah amalan yang paling baik dalam Islam?" Beliau menjawab: "Memberi makan dan mengucapkan salam kepada orang yang telah kamu kenal maupun yang belum kamu kenal". (HR. al Bukhari - Muslim).

Berbagi informasi/ilmu/kebaikan. Setiap orang tentu mempunyai informasi, ilmu atau pengalaman yang dapat dibagi kepada orang lain. Properti ini tidak pernah habis untuk dibagikan kepada orang lain, bahkan semakin dibagi semakin berkembang atau bertambah banyak yang kita miliki. Coba bayangkan berapa banyak amal yang kita peroleh kalau hal-hal seperti ini bermanafaat bagi sebanyak mungkin orang, bahkan berlipat ganda kalau orang lain menyebarkan kembali kepada orang lain lagi, dst.

Oleh karena itu jangan pelit berbagi apapun yang kita miliki, bukan hanya ustad atau profesor yang dapat berbagi ilmu. Semakin banyak yang anda beri semakin banyak yang akan diperoleh, secara pelan anda menyadari betapa hidup ini menjadi begitu lapang. Itulah balasan di dunia dan di akhirat akan memperoleh jauh lebih banyak lagi.

Rasulullah bersabda: Barangsiapa yang mengajak kepada kebaikan maka ia akan mendapatkan pahala sama dengan pahala orang yang mengikutinya, (HR. Muslim)

Melakukan shalat berjamaah. Shalat berjamaah adalah bonus yang luar biasa dari Allah Swt. Selain nilainya dilipatgandakan menjadi 27 kali, dengan shalat berjamaah silaturahim akan terjalin lebih baik, suatu perbuatan yang juga punya keutamaan di sisi Allah. Jaringan persahabatan semakin luas yang memungkinkan pintu-pintu rezeki juga makin banyak. Tentu banyak lagi keutamaan shalat berjamaah selain yang disebut diatas.

Berdzikir dengan menyebut sebanyak makhlukNya. Suatu hari Rasulullah mendapati Juwairiyyah Ummil Mukminin yang berdzikir dari subuh sampai waktu dhuha, lalu Rasulullah bersabda maukah aku tunjukkan zikir yang mengalahkan zikirmu sepanjang hari ini,bacalah:
Subhaanallaahi wabihamdihi ‘adada khalqihi wa ridho nafsihi wazinata ‘arsyihi wa midaada kalimaatih

Maha Suci Allah dan segala puji bagiNya, sebanyak bilangan ciptaanNya dan keridhaan-Nya, dan seberat timbangan ‘arasyNya dan sebanyak tinta (yang terpakai untuk menuliskan) kalimatNya. (HR. Muslim)

Nyaman disetiap keadaan


Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". [QS. 27:40]

Ketika awal perjalanan karier dimulai, hidup prihatin dengan keterbatasan di sana-sini, tinggal di tempat kontrakan, penghasilan pas-pasan, kadang-kadang harus ngutang sebelum waktu gajian, adalah keadaan yang lumrah dijumpai. Namun suasana rumah tangga selalu bergairah dan akrab, dengan tetangga juga sering saling sapa, gotong royong bersama, shalat berjamaah bersama, hal-hal yang menandakan jauh dari stress dan persoalan hidup yang berat. Sekarang setelah puncak-puncak karier tercapai suasana rumah tangga berjalan tidak normal, masing-masing anggota punya arah yang berbeda-beda. Dengan tetangga dan komunitas sekitar tidak ada lagi komunikasi, sementara hidup seakan diburu-buru memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas, akhirnya stress tak dapat dihindari. Ternyata kesuksesan dan kelimpahan materi hanya menjauhkan diri dari hidup yang harmonis dan ideal.

Ketika masih sebagai pejabat rendahan tugas kerja yang dibebankan dihadapi dengan semangat yang maksimal, bahkan tugas-tugas di luar dinas masih banyak yang dapat diikuti sebagai upaya pengembangan diri, baik yang bersifat keduniaan maupun kehidupan spritualnya. Suatu masa yang penuh dinamika dan menggairahkan. Sekarang setelah menduduki puncak jabatan, kegiatannya semakin padat. Aktivitas mana tidak selamanya berhubungan langsung dengan jabatan yang diembannya, tetapi harus dijalani karena ada kaitannya dengan menjaga agar kedudukan yang diembannya lebih lama dapat dipertahankan, otomatis kegiatan sosial dan spiritualnya makin sedikit atau boleh jadi sudah terlupakan. Ternyata kedudukan menjauhkan orang dari perilaku sosial yang baik dan kehidupan keberagamaan.

Banyak kehidupan lain di sekitar kita yang sejalan dengan contoh diatas, pada awal-awal perjalanan ketika belum banyak memiliki sesuatu, tetapi semangat, kerja keras dan banyak mengandalkan pertolongan kepada Allah adalah hal-hal yang selalu diakrabi membuat hidup lebih bergairah dan nyaman, tetapi mengapa setelah banyak kesuksesan diperoleh suasana seperti itu malah sulit hadir dalam kehidupan kita.

Kalau begitu apakah orang tidak perlu sukses? Ada baiknya untuk memikirkan kembali ukuran sukses yang kita idam-idamkan. Pola pikir yang selama ini kita lihat didominasi oleh pengaruh budaya barat yang kapitalis, konsumeris dan individualis yang terangkum dalam kata ‘hubbun dunya‘, cinta dunia yang berlebihan. Apabila standar sukses kita sudah tentukan, buatlah suatu perencanaan untuk mencapainya dan mulai dengan bekerja keras, istiqomah dan selalu bertautan dengan Allah. Apapun hasilnya itulah sukses yang dicapai dan harus disyukuri, karena kesyukuran itu akan menambah sukses selanjutnya.

Rasulullah saw pernah bersabda, "Sungguh ajaib urusan orang mukmin itu, sesungguhnya segala urusannya baik baginya. Dan itu tidak ada kecuali bagi mukmin. Jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur, dan itu menjadi kebaikan baginya. Dan jika ia ditimpa musibah, ia bersabar dan itu menjadi kebaikan baginya." (HR Muslim)
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; [QS. 2:216]