************************************************************************************************************************
Saudaraku, kalau artikel dalam blog ini bermanfaat informasikanlah kepada muslim yang lain
(Setiap kata yang mencerahkan orang lain, Insya Allah, anda akan mendapat ganjaran pahala)
============================================================================

Selasa, 10 Juni 2008

doing with the best effort

From: darwin malang [darwin.malang@bni.co.id]
Sent: Thursday, December 21, 2006 3:20 PM
Subject: doing with the best effort

Sahabat, sejak kecil kita telah terdidik untuk bekerja keras dan sampai saat ini masih merupakan ajaran yang mulai untuk kita panuti. Jaman berkembang nilai dan ajaran bergeser, kerja keras tidak cukup walau telah dilakukan dengan ikhlas. Orang marketing menambahkan dengan perlu ”menjual diri”, orang komunikasi menambahkan dengan perlu ”menonjolkan diri”, orang perencanaan menambhakan perlu memilih yang paling menguntungkan, orang keuangan menambahkan dengan memilih biaya yang paling efisien. Kesimpulannya kerja keras tidak cukup kata mereka, masih perlu ditambahakan dengan ”kerja cerdas” dan ”kerja yang lihai”.

Seandainya seorang kamu keluar membawa tali (ke hutan) lalu pulang membawa seberkas kayu api lantas kayu itu dijualnya di mana dia dapat menjaga kehormatannya, maka perbuatan itu adalah lebih baik daripada dia meminta-minta, sama ada diberi ataupun tidak Bukhari

Sahabat, kerja keras punya sasaran untuk mencapai goal yang tertinggi, end state-nya harus profit yang tinggi, target yang terliwati, memperoleh jabatan yang strategis, menghasilkan harta yang banyak. Kalau end state-nya tidak tercapai maka sia-sialah kerja kerasnya. Inilah konsep barat yang hanya menghargai hasil, tidak perduli hasil itu dicapai dengan cara yang baik atau dengan jalan lain. Dengan mengandalkan kerja keras dan kecerdasan, mereka sangat yakin akan berhasal, makanya kalau gagal banyak yang stress dan bunuh diri. Konsep ini menafikan peranan Allah SWT.

Sahabat, Kerja keras yang dibicarakan diatas lebih condong kepada usaha-usaha untuk mencapai prestasi dunia, hasil yang kita yakini dinikmati dalam jangka waktu yang terbatas, katakanlah 10 tahun paling lama 50 tahun setelah hasil kita capai. Lalu mengapa keberhasilan yang akan kita nikmati tanpa limit kita tidak mau bekerja keras, sekeras mengejar tujuan-tujuan duniawi. Mengapa dalam menyediakan presentasi ke Top managemen kuat dan bergairah begadang sampai pagi, sementara presentasi kepada Yang Maha Top shalat Dhuhur-nya di undur sampai menjelang shalat Asar. Mengapa dalam mengoptimalkan output perusahaan seluruh tenaga dan biaya dikerahkan bahkan sampai ke luar negeri, sementara untuk mengoptimalkan amal ibadah tidak sempat shalat berjamaah di mesjid yang ada di dekat rumah.

Sahabat, apabila kita adil terhadap diri sendiri, tidak ada jalan lain harus memaksa diri untuk meningkatkan kwantitas dan kwalitas dalam beribadah. Selama ini kita lebih banyak menghamba diri terhadap ego daripada kepada diri kita yang hakiki. Ego kita telah diisi oleh berbagai macam pengaruh (seperti; aliran kapitalisme, ekstensialis, humanisme, sosialisme, HAM-iisme) yang utilisasinya bagi diri kita mungkin hanya beberapa tahun saja, sehingga yang terang menjadi samar-samar, yang samar-samar menjadi gelap, sementara yang gelap menjadi terang. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam bidang apapun perlu kerja keras dan memaksa diri. Saat ini adalah saat-nya untuk memaksa diri menyempurnakan amal ibadah kita, siapa tahu ini adalah kesempatan yang terakhir.

Allah's Apostle said,
"The (Hell) Fire is surrounded by all kinds of desires and passions, while Paradise is surrounded by all kinds of disliked undesirable things."
(HR. Bukhari 8494)

Orang yang dapat menikmati sayur pare, mengetahui nikmatnya memaksa diri
Asisten operasi pemasaran, mengetahui nikmatnya memaksa diri
Peraih medali emas olimpiade, mengetahui nikmatnya memaksa diri
Penikmat tahajjud dimalam hari, mengetahui nikmatnya memaksa diri

Tidak ada komentar: