************************************************************************************************************************
Saudaraku, kalau artikel dalam blog ini bermanfaat informasikanlah kepada muslim yang lain
(Setiap kata yang mencerahkan orang lain, Insya Allah, anda akan mendapat ganjaran pahala)
============================================================================

Kamis, 19 Juni 2008

Tunggu dulu


Tunggu dulu (atau tepatnya tunggu dahulu) adalah kata yang sangat familiar dengan keseharian kita. Karena akrabnya ia menjadi sakti yang sering digunakan untuk menunda suatu kegiatan yang seharusnya sudah harus dilakukan pada saat itu. Kelihatannya sangat sepele tetapi apabila tunggu dulu berkepanjangan maka akan menimbulkan suatu kerugian atau bahkan mungkin malapetaka dibelakangnya.

Tunggu dulu pada penutupan palang pemberhentian perlintasan kereta api, dapat menyebabkan mobil penumpang pribadi harus keseruduk kereta api.

Tunggu dulu pada pengeluaran SKB bersama tentang ahmadiyah menyebakan terjadinya demonstrasi Monas yang menimbulkan keretakan nasional

Tunggu dulu pada penyelesaian pembagian waris suatu keluarga, dapat menyebabkan satu keluarga tersebut harus beradu otot dan senjata tajam untuk menyelesaikannya.

Tunggu dulu pada pemenuhan kewajiban shalat fardhu dengan alasan karena masih banyak waktu yang tersedia, sehingga beberapa menit menjelang waktu shalat fardhu berikutnya baru dilaksanakan. Inilah kebiasaan yang sangat sia-sia, sebab melewatkan perbuatan utama yang dicintai Allah, sebagaimana sabda Rasulullah saw

Suatu ketika Abdullah ibn Mas'ud RA bertanya kepada Rasulullah SAW, ''Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah?" Rasul menjawab, ''Shalat pada(awal) waktunya!'' Abdullah ibn Mas'ud bertanya lagi, ''Lalu apa?'' ''Berbakti kepada kedua orang tua,'' jawab beliau. Lalu aku bertanya lagi, ''Kemudian apa lagi?'' Beliau menjawab, ''Jihad di jalan Allah.'' (Muttafaq 'Alaih).

Saudaraku, perilaku tunggu dulu ini sejatinya sangat merugikan, terutama untuk kegiatan-kegiatan yang secara utuh dan syah harus dilakukan pada saat itu, bukan untuk klarifikasi atau yang memerlukan data lebih lanjut. Apakah kegiatan untuk urusan dunia, lebih-lebih lagi untuk urusan akhirat. Dapat dibayangkan kalau selama ini (berpuluh tahun berlalu) kita tidak dihinggapi perilaku ini (tunggu dulu) berapa banyak produktivitas atau hasil yang lebih baik yang mungkin dapat kita peroleh. Kalau dihitung untuk tingkat nasional berapa banyak produktivitas yang hilang dari ratusan juta umat muslim yang berperilaku tunggu dulu.

Tunggu dulu sama saja dengan mengulur waktu atau membuang kesempatan pertama. Bilamana kebanyakan aktivitas yang dilakukan dengan pola ini, maka berapa banyak kemungkinan keberhasilan yang kita lewatkan atau paling tidak waktu yang tersia-sia

Bacalah waktu-waktu anda yang telah lalu, apakah ia berlalu membawa nilai-nilai yang mulia, atau sekian banyak tunggu dulu yang terekam dalam perjalanan hidup ini.

Saudaraku, marilah kita bertaubat kepada Allah swt atas kepergian kesia-siaan waktu yang telah berlalu. Kalau orang barat mengatakan waktu adalah uang, tetapi bagi kita harusnya waktu adalah rentetan amal ibadah atau waktu adalah tangga derajat kita di surga.

Tidak ada komentar: